Aku dan Rara kemudian melanjutkan obrolan santai kita di kamar sambil menikmati oleh-oleh martabak dari Ayah.
Setelah beberapa menit kita asik mengobrol, akupun tiba tiba teringat dengan pesan dari pak Warto.
“Eh, Ra, aku lihat rangkuman kamu dong, buat referensi,” kataku dengan bergegas kepada Rara.
Rarapun langsung mengambil buku yang ada di tasnya sambil berkata, “Referensi apa nyontek nih,” ejek Rara.
“Referensi Ra, soalnya nanti aku rangkum lagi, rangkuman kamu hahahah,” akupun tertawa bersama Rara.
“Emang dasar kamu tuh ya,” pungkas Rara.
“Hehehe aku harus belajar juga nih Ra, gabisa ngerjain asal asalan, besok bakalan diinterogasi sama pak Warto,” ucapku.
“Ya itu kan karena Raya sendiri yang mainnya kebanyakan ya,” balas Rara sambil menoel hidungku.
“Iya sih, yaudah aku belajar dulu ya Ra, kamu bisa nonton film atau liat sosmed dulu yah.”
“Iya Ray, belajar yang tekun ya,” ucap Rara sambil tersenyum.
“Siap boss,” ucapku kepada Rara, akupun mulai membaca dan memahami materi tentang sejarah sambil menandai point’ point’ penting yang harus aku ingat dan cermati supaya bisa mengerjakan tugas dan lolos dari interogasi pak Warto esok hari.