RAYHAN MAHAWIRA

Nurindah Puspitasari
Chapter #1

Prolog

**

"Lo tahu nggak susahnya Rayhan nyatuin 3 angkatan!? Lo tahu nggak rasanya di maki sama senior?! Perlu Gue panggilin Rayhan? Biar sekalian Lo dihabisin!" sentak Rayyan, cowok berponi seperti boyband korea itu berdiri tegap di atas siswa yang terduduk dengan kepala menunduk di hadapannya.

"Yo, panggilin Rayhan!" ucapnya kepada Rio, yang langsung membuat cowok itu berlari ke arah gedung IPA.

Arayyan Bratadhikara. Biasa dipanggil dengan nama Rayyan. Ketua jurusan IPS. Cowok bertubuh tegap dengan tinggi 178 cm itu dikenal nakalnya sebelas-duabelasan dengan Rayhan, Sang Ketua Angkatan.

Cowok itu masih menatap tajam siswa di hadapannya, tiga pukulan sudah ia layangkan pada tubuh siswa itu, sisanya adalah tugas Rayhan. Cowok itu benar-benar emosi ketika mendengar bahwa siswa ini mengadu domba tiga jurusan agar kembali terpecah. Dilatar belakangi oleh sekolah tetangga yang ingin menghancurkan solidaritas yang sudah di perjuangkan oleh Rayhan.

"Ngapain Lo?!" suara bass yang menggema di koridor IPS membuat kegaduhan yang ricuh, seketika senyap.

Abayomi Rayhan Mahawira. King of Disaster. Biasa dipanggil dengan nama Rayhan. Ketua angkatan yang paling ditakuti diantara kedua ketua jurusan yang lainnya. Pelopor angkatan paling solid di salah satu SMA Negeri yang terletak di salah satu Ibu Kota.

"Anak buah Saswitama buat ulah." ucap Rayyan menyebutkan salah satu Sekolah Swasta yang menjadi musuh bebuyutan sekolahnya, seraya memundurkan badannya, memberi tempat kepada Rayhan untuk mengambil alih siswa di hadapannya itu.

Rayhan tertawa kecil, lalu memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana. Cowok itu mengangkat satu kakinya lalu mengangkat dagu siswa di hadapannya menggunakan kakinya yang terangkat.

"Udah puas belum mainnya?" tanya Rayhan tenang. Meskipun suaranya tenang, tapi terselip emosi yang siap meledak dan ketegasan yang kuat.

"Ketua Lo, pengecut Aldhan Mahendra!" maki Rayhan, cowok itu menatap tajam siswa laki-laki yang bersimpuh di hadapannya. Makian yang keluar dari mulut Rayhan, membuat siswa dihadapannya mendongak dengan wajah yang keruh.

Tanpa bisa ditebak oleh Rayhan, tiba-tiba sebuah tinjuan melayang dari Aldhan. Kini cowok itu sudah berdiri dihadapannya dengan kedua tangan yang mengepal erat.

Rahyan tertawa remeh, "Kenapa? Nggak terima?"

Pernyataan yang dilontarkan oleh Rayhan membuat wajahnya terkena pukulan kembali, hal itu tidak disia-siakan oleh Rayhan, cowok itu membalas pukulan Aldhan. Dengan brutal, Rayhan menghantamkan genggamannya pada wajah Aldhan berkali-kali, kakinya juga ikut menendang perut Aldhan sampai cowok itu jatuh tersungkur menabrak pot bunga sampai terguling dan pecah.

Ketika Rayhan maju ingin menarik Aldhan berdiri, tangannya ditahan oleh Rayyan. "Han, udah kelewatan."

"Emang Gue peduli?" jawab Rayhan menghempaskan tangan Rayyan, lalu kembali maju dan menghajar Aldhan yang sudah lemas tidak bisa membalas pukulan Rayhan.

Rayyan hanya bisa berdecak kesal, seperti inilah Rayhan jika ada yang mengusik solidaritas angkatannya. Garangnya tidak tertandingi dengan apapun. Didikan mental yang diberikan oleh para seniornya membentuk Rayhan seperti ini, makian yang diterimanya tidak membuatnya sakit hati, tetapi ia pakai sebagai prinsip hingga menghasilkan angkatan paling solid selama Sekolah Negeri yang di tempatinya ini berdiri.

"I think enough, Lo bisa bikin dia mati, Han!" ucap Rayyan menghentikan Rayhan sebelum akhirnya cowok itu meloloskan satu kali pukulan terakhir pada Aldhan yang memejamkan matanya.

"Lo pikir Lo siapa hah?! Bahkan Gue bisa buat Lo dikeluarin dari sekolah ini!" bentak Rayhan, wajahnya memerah karena emosi.

Cowok itu maju dan menginjak perut Aldhan, "Asal Lo tau, sekolah ini gak butuh cowok parasit kayak Lo. Ngadu sana sama ketua Lo! Gue tunggu undangannya!" ucap Rayhan lalu cowok itu pergi meninggalkan koridor IPS.

***

"Lo bisa milah kan, antara masalah pribadi dan masalah di sekolah?" ucap Agan kepada tiga juniornya yang sedang berdiri tegak dengan kepala menunduk kebawah.

"BISA JAWAB NGGAK?! PERCUMA GUE MILIH LO BUAT JADI KETUA ANGKATAN, KALAU JAWAB PERTANYAAN SIMPEL KAYAK GINI NGGAK BISA!" bentak Agan seraya menggebrak meja di depannya.

"Bisa, Bang!" jawab Rayhan tegas.

"KALIAN BERDUA BISA NGGAK TANGGUNG JAWAB SAMA JURUSAN YANG LO PEGANG?!" bentaknya lagi kepada Rayyan dan Iqbal.

"Bisa, bang!" jawab Rayyan dan Iqbal kompak.

"GUE GAK MAU DENGAR, ADA MASALAH LAGI. Dan Lo Rayhan, seharusnya Lo ngasih contoh yang baik, karena di antara kalian bertiga, Lo pusat yang paling sering di pandang," ucap Agan, tanpa memberi Rayhan kesempatan untuk menjelaskan alasan dibalik kerusuhan yang terjadi beberapa jam yang lalu.

Rayyan yang sebenarnya tidak tahan mendengar Rayhan di salah-salahkan, kini mengangkat kepalanya dan menggeserkan pandangannya hingga menatap kedua mata Agan. "Bang, kasih kesempatan buat Rayhan jelasin, karena ini nggak ada sangkut pautnya sama masalah pribadi dia." ucapnya tegas.

Agan menghela napasnya, lalu menatap Rayhan yang masih menundukkan kepalanya. "Ada sangkalan?" tanya Agan.

"Saswitama punya anggota yang sekolah di sini dan di tugasin untuk menghancurkan solidaritas angkatan saya, Bang," jelas Rayhan memandang kedua mata Agan.

"Saswitama? Kenapa Saswitama mau hancurin angkatan Lo? Dia kenal sama Lo?" tanya Agan lagi, cowok itu tetap pada pendiriannya bahwa masalah ini ada sangkut pautnya dengan masalah pribadi Rayhan.

"Dia teman SMP saya dulu," jawab Rayhan.

Agan tersenyum miring, "See? Berarti itu ada hubungannya sama masalah pribadi Lo. Gue gak mau tau, apapun masalahnya Lo harus bisa milah, jangan sampai kena imbas ke angkatan yang udah Lo perjuangin," ucapnya.

"Saya dengar ketua Saswitama tidak di terima di sekolah ini, oleh karena itu ingin menghancurkan angkatan Rayhan," sahut Rayyan membela Rayhan.

"Saya pikir ini bukan salah Rayhan, Bang," lanjut Iqbal, yang sejak tadi hanya diam mendengarkan.

"Gue gak mau tahu, ini udah konsekuensi kalian bertiga. Apapun itu kembali kepada Lo bertiga. Gue mau Saswitama nggak akan pernah lagi ganggu angkatan Lo, bisa dilakukan?" perintah Agan, suaranya dingin, datar dan tegas tanpa mau dibantah.

"Akan saya lakukan, Bang," jawab Rayhan tak kalah tegas.

"Lo berdua?" tuding Agan pada Rayyan dan Iqbal.

"Kami akan berdiri dibelakang Rayhan, membantu melakukan perintah," ucap kedua cowok itu bersamaan, tetapi lagi-lagi mengundang senyuman meremehkan dari Agan dengan kekehan kecil yang keluar dari bibirnya.

"Lo kira dayang, berdiri di belakang Rayhan? Posisi Lo sama persis kayak Rayhan, bukan Raja sama pelayannya," ucap Agan sarkas.

"Saya akan berdiri di samping Rayhan untuk melakukan perintah," ralat Rayyan dan Iqbal.

Lihat selengkapnya