**
Pagi ini, Rayyan sudah berada di sekolah, kelas masih sepi. Cowok itu terduduk bingung, memikirkan respon Biru saat ia menyapanya tadi. Biasanya cowok tinggi itu akan mengekor dan nangkring di kelasnya. Tapi tadi pagi, menoleh saja tidak. Padahal Rayyan sudah menjegal kaki cowok itu tadi.
Apa mungkin karena pesannya kemarin malam? Tapi, Biru bukanlah cowok yang baperan. Ah, sudahlah. Cowok itu akhirnya meletakkan kepalanya di meja. Memejamkan matanya, ingin tidur sebelum pelajaran dimulai.
Beberapa menit kemudian, cowok itu terusik ketika suara teman-teman kelasnya tertawa. Dengan lemas, Rayyan mengangkat kepalanya. Lalu pandangannya jatuh pada Rio yang duduk di meja guru. Sekilas cowok itu melihat ke arahnya, lalu langsung membuang muka.
Satu hal lagi yang berbeda, semua teman-temannya akan selalu berkumpul di mejanya, meskipun Rayyan tidur. Tapi pagi ini, teman-teman cowoknya itu memilih berkumpul di meja guru, tanpa mengajaknya.
Tadi Biru, sekarang Rio dan teman-temannya. Lalu setelah ini siapa lagi? Cowok itu melengos, lalu keluar kelas. Berjalan di koridor dengan wajah kalemnya, Rayyan baru saja akan menyapa Wildan, namun cowok itu langsung menyingkir tanpa melihatnya.
Anjing! Ini semua kenapa sih?! Dia membuat salah apa?! Semua teman-teman angkatan seakan memusuhinya. Dengan kesal cowok itu berjalan ke koridor IPA, Rayyan ingin melihat respon Rayhan, jika cowok itu sama seperti yang lain, Rayyan lebih baik pergi bolos.
Tangannya gatal untuk menonjok siapa saja yang ada di depannya. Teman-temannya seperti bocah SMP, kalau ada masalah itu seharusnya di bicarakan, bukan malah menghindar dan memusuhinya seperti ini.
Rayyan menggebrak keras pintu masuk XI IPA 1. "Mana Rayhan?!" teriak cowok itu. Tapi tidak mendapat respon dari penghuninya.
"Meira, mana Rayhan?" tanya cowok itu, garis wajahnya berubah kaku. Lihat, bahkan pacarnya sendiri tidak merespon kehadirannya.
Kekesalannya bertambah ketika hanya gelengan kepala yang ia dapat dari Meira. Wajah gadis itu pun juga datar. Seakan tidak mengharapkan kehadirannya.
Rayyan masuk ke dalam IPA 1 dan menarik Meira keluar. Gadis itu memberontak, meminta untuk dilepaskan. Namun, Rayyan tidak peduli. Cowok itu memojokkan Meira di tembok.
"Gue ada salah?" tanya Rayyan, suaranya sangat rendah. Meira tahu, cowok dihadapannya ini sedang menekan emosinya dalam-dalam agar tidak meledak.
"Nggak," jawab Meira singkat, matanya berlarian kemana-mana.
"Tatap Gue kalau ngomong!" ucap Rayyan tegas.
"Ck, apasih Ray, datang-datang langsung marah-marah?!" teriak Meira kecil, tidak mau menarik perhatian siswa-siswi yang berlalu lalang di koridor.
"Gue nggak marah, Gue cuma nanya, Gue ada salah sama Lo? Perasaan kemarin malam kita baik-baik aja, kenapa sekarang Lo jadi kayak gini?" tegas Rayyan, tidak sekalipun mengalihkan pandangan dari Meira.
"Ra, bisakan diomongin baik-baik? Gue salah apa? Jangan kayak gini!"
Meira langsung menatap Rayyan jengah. Gadis itu menaikkan pandangannya. "Apanya yang diomongin baik-baik? Lo emang cowok paling nggak peka Rayyan."
Rayyan menghela napasnya pelan.
"Ada salah apasih, Ra? Omongin langsung jangan belibet!" tanpa sadar Rayyan menaikkan nada bicaranya. Membuat Meira langsung menatapnya tak percaya.
"Lo bentak Gue?"
"Argh, enggak, Ra. Maaf."
"Udahlah, capek ngomong sama Lo," ucap Meira, lalu kembali kedalam kelas meninggalkan Rayyan yang mati-matian menahan emosi.
Rayyan akhirnya memilih untuk berjalan menuju tangga, berniat untuk tidur di UKS. Persetan dengan bel masuk yang baru saja berbunyi. Rayyan benar-benar membutuhkan ketenangan. Setelah sampai di UKS, cowok itu melihat Rayhan sedang mengobati lebammya. Ingin menghampiri namun, Rayyan sedang malas. Moodnya turun drastis. Percuma menghampiri, jika Rayhan tak sedikitpun melihatnya, meskipun tau kedatangannya.
Bodoh amat, cowok itu merebahkan tubuhnya di salah satu brankar dan membuka ponsel. Membaca lagi chat di grup kemaren malam. Mungkin ada salah kata atau apa sampai semua teman-temannya memusuhinya.
Rayyan sedikit melirik, ketika Rayhan bangkit dari duduknya dan berjalan keluar tanpa menoleh ke arahnya.
Lihat!
Rayhan juga!!
Rayyan hanya menghela napas lelah.
Tidak menemukan apapun, akhirnya cowok itu tertidur.
Tanpa sadar cowok itu tertidur sampai jam istirahat kedua, dimana waktunya untuk Sholat Dhuhur. Terdengar dari masjid, suara Iqbal yang berkoar-koar kepada warga sekolah untuk segera melaksanan sholat berjamaah.
Cowok itu berjalan dengan wajar datar ke masjid. Sedikit kecewa, teman-temannya sedikitpun tidak ada yang mencarinya. Menyakitkan sekali, dijauhi tanpa tahu kesalahannya apa.
Keasikan melamun, tidak sadar bahwa ia hampir saja menyandung Rio.
"Bangsat, Lo kalau sakit mending di UKS," ucap Rio namun hanya ditanggapi dingin oleh Rayyan. Cowok itu benar-benar sudah bodoh amat dengan semua teman-temannya.
Setelah Sholat, Rayyan keluar dari masjid dan dengan cepat mengenakan sepatunya. Lalu bangkit, tanpa menoleh cowok itu berlalu dari masjid. Namun tiba-tiba tubuhnya melayang ke atas. Diujung kakinya, ada Rio, Biru, sedangkan di kedua pundaknya ada Wildan dan Faroz. Rayyan mencoba memberontak pada saat mereka membawa Rayyan ke taman belakang, namun belum juga turun, cowok itu terlempar ke dalam kolam ikan. Bertepatan dengan lagu Ulang Tahun versi Koplo terdengar di sound sekolah.
"Kenapa, Yan? Lo emosi?" tanya Rayhan, cowok itu duduk di ranting pohon, tepat berada di depan kolam renang.
Oh jadi dia dikerjain?