RAYHAN MAHAWIRA

Nurindah Puspitasari
Chapter #7

05. KANYA

**

Rayhan mengendap-endap setelah memasuki rumah. Baru saja kakinya akan menaiki tangga, suara mamanya terdengar, membuat cowok itu kaget setengah mati.

"Darimana baru pulang?" tanya mama.

Tanpa membalikkan badannya Rayhan menjawab. "Sekolah ma, nokrong bentar. Rayyan ulangtahun."

"Dari kemarin malam kamu sekolah?" desak mama.

"Kan kemarin aku udah pesan ke ayah, kalau aku main ke rumah Rayyan," jawab Rayhan lagi.

"Tapi mama nggak percaya tuh."

"Astaghfirullah, ma, perasaan su'udzon mulu sama anak. Lagian kemarin Vespa Riyan dibawa lari."

Mama Rayhan berjalan mendekat. "Kalau ngomong sama orangtua itu di tatap, bukan malah dipung-ASTAGHFIRULLAH RIYAN!!! UDAH MAMA DUGA KAMU PASTI BERANTEM!" teriak Mama marah ketika menarik pundak Rayhan agar berhadapan dengannya dan melihat lebam Rayhan yang belum kering.

Rayhan hanya diam seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Tugas negara, Ma."

"Tugas negara-tugas negara, emang kamu Presiden?!" jawab mamanya sinis, lalu menarik kedua tangan Rayhan ke arah sofa.

"Itu lebamnya banyak banget, kamu ini gak bisa berantem aja sok-sokan berantem," lanjut mamanya berteriak seraya berjalan ke dapur untuk mengambil kotak P3K.

Rayhan mendelik kesal. "Sembarangan! Kalau nggak jago berantem mana ada aku dipilih ketua angkatan."

Rayhan melihat mamanya keluar dari dapur. "Heh! Kamu kira ketua angkatan dipilih cuma gara-gara jago berantem, hah?!"

"Iyalah."

"Kata siapa?" tanya Mama tidak mau kalah. Kedua tangannya mulai mengobati lebam di wajah Rayhan.

"Kataku barusan," jawab Rayhan dengan songongnya. Membuat mamanya menekan lebam di pelipisnya. Seketika Rayhan berteriak kesakitan.

"Pelan-pelan, ma, sakit!"

"Salah sendiri, kalau nggak mau sakit ya jangan berantem!"

Rayhan tidak menjawab, percuma karena mamanya memang ratu debat di rumah. Tidak ada yang bisa mengalahkan mamanya. Cowok itu memainkan jari-jarinya.

"Ngomong-ngomong, yang bawa lari Vespa kamu siapa, Yan?" tanya mamanya penasaran.

Rayhan hanya mengedikkan bahunya acuh. "Tau, cewek! Tapi habis itu di balikin."

"Cewek? Kenalin ke mama dong, Yan. Sejak kamu tobat. Mama pengen liat kamu gandeng cewek lagi," ucap mamanya lagi-lagi mengundang delikan mata Rayhan.

Dulu disuruh tobat, sekarang udah tobat, disuruh gandeng cewek lagi. Enggak paham lagi dengan mamanya. Meskipun Rayhan dekat dengan banyak cewek di sekolahnya, tapi itu hanya sebatas teman. Tidak ada yang lebih dari itu.

"Kenal aja enggak. Mau dikenalin ke mama," jawab Rayhan kesal.

"Ya kenalanlah, masa mantan playboy nggak tau caranya buat kenalan sama cewek,"

Rayhan hanya memutar bola matanya malas. "Terserah mama aja lah."

"Pasti ceweknya cantik," ucap mama lagi.

"Sok tau mama."

"Sedikit urakan," ucap mama lagi, beliau menghentikan gerakan tangannya lalu sedikit memundurkan badannya untuk melihat Rayhan

"Rambutnya di jedaikan?"

"Jedai?" tanya Rayhan bingung

"Jepit badai Riyan, gitu aja nggak tau, makanya belajar nama aksesoris biar tau,"

Rayhan melotot kesal. "Astaghfirullah, ma, Riyan cowok," jawabnya lelah menghadapi mamanya.

"Oh iya mama lupa! Lanjut, dia pakai seragam?"

"Iya, kok mama tahu sih?"

Mama Rayhan tersenyum lebar. "Nebak doang, tapi kalo beneran sih gapapa, cantik banget pasti, kenalin ke mama ya kapan-kapan. Jaket kamu ganti, pasti jaket yang pertama, kamu pinjemin ke ceweknya yah? Terus kok bisa ambil jaket baru? Kan kamu nggak pulang," ucap mamanya tanpa henti.

Lihat selengkapnya