**
"Jangan diambil Hyung, di marahin tante Linda nanti!" teriak Jani yang mengejar Rayhan mengelilingi kelas seraya menyebutkan nama yang biasa menjadi bahan omongan Rayhan berserta teman-temannya. Padahal orang yang bernama Tante Linda tidak ada, memang mulut Rayhan yang selalu mengarang apapun, sampai bisa melahirkan nama Tante Linda. Bahlkan kelas sebelah pun tahu.
Rayhan melompat dari meja ke meja demi menghindari Jani. Cowok itu mengambil kipas mini berwarna biru muda milik Jani, saat gadis itu masih enak-enaknya rebahan di depan kelas setelah penilaian lari pada pembelajaran Olahraga. Alhasil, gadis itu berlari mengejar Rayhan tidak terima karena mengganggu acara pendinginannya.
"Ntar Jan. Pinjem bentar, panas!" jawab Rayhan masih berlari, bahkan sampai mengganggu teman-temannya yang sedang di tempat duduknya.
"Gak bisa, balikin gak, Hyung! Cepet, ih!" teriak Jani, gadis itu berhenti sebentar untuk mengambil napas.
Kano mencibir kecil melihat Rayhan dan Jani yang sama-sama bersandar di meja dengan napas ngos-ngosan. "Noh kan, udah tau habis penilaian lari masih aja kejar-kejaran! Kalau masih kurang, sono lari di lapangan belakang!" omel cowok itu.
"Gak usah ngomel aja Lo, mending bantuin Gue ambil kipasnya!" jawab Jani sinis.
"Dih, ogah banget," jawab cowok itu tak kalah sinis.
Tidak menghiraukan Kano, Jani melirik ke meja seberang, dimana Rayhan bersandar dengan mata yang tertutup dan menghadapkan kipas di depan wajahnya. Tanpa bersuara Jani menghampiri Rayhan.
"WOI KAGET GILA!!" pekik Rayhan memegang dadanya, ketika melihat Jani yang berjarak beberapa langkah darinya. Lalu cowok itu kembali berlari menghindari Jani.
"YAH, HYUNG KOK LARI SIH! AWAS YA LO!!" teriak Jani kesal yang akhirnya kembali memilih rebahan di belakang kelas.
Gadis itu memejamkan matanya dan menggunakan kedua tangannya untuk kipas. Jani membuka matanya ketika merasakan angin menerpa mukanya. Dia melihat Rayhan yang merebahkan tubuh di atas kepalanya dan meletakkan kipas ditengah-tengah mereka.
"Gini kan enak, adil! Gak perlu lari-lari," ucap Rayhan.
"Dih, Lo sendiri yang lari, Hyung! Ya Gue kejar, lagian Gue lagi ngadem di ganggu!" ucap Jani kesal, gadis itu mengambil kipas mininya dan digunakan sendiri membuat Rayhan protes.
"Dibilangin gini aja biar adil, kok diambil, udah diem aja itu tangan!" omel Rayhan seraya mengambil kipas mini itu lagi dan meletakan di antara mereka berdua.
Jani mendengus kecil namun juga menuruti Rayhan.
Lama mereka berdua memejamkan mata, senggolan kecil pada kaki Jani membuat gadis itu membuka sedikit kelopak matanya.
"Betewe, Lo ngapain sih manggil Gue hyang-hyung hyang-hyung! Maap-maap aja nama Gue Rayhan kalau Lo lupa," ucap Rayhan masih dengan
kedua matanya yang tertutup.
"Karena... Gue pengen," jawab Jani santai.
"Gue nanya ya dijawab yang bener!" ucap Rayhan lagi.
Jani berdecak kesal. "Ini Gue lagi jawab, dodol!"
"Tapi jawaban Lo nggak memuaskan!"
"Maruk Lo!"
Rayhan menyenggol kaki Jani lagi. "Yaudah buru jawabnya!"
"Iya-iya Hyung! Gak usah senggol-senggol napa, belum aja Gue bacok Lo ya!" ucap Jani ngegas.
"Buruan!"
"Menurut Gue, karena Lo itu udah kayak abang bagi Gue maupun cewek angkatan lainnya, ya karena mulut Gue aja sukur japlak manggil Lo Hyung," jelas Jani, tangannya ikut bergerak.
Rayhan membuka mata dan sedikit menolehkan kepalanya kepada Jani yang malah terpejam. "Hubungannya abang sama Hyung apa, odol!"
"Ck, Hyung itu panggilan Korea dari kakak laki-laki, gitu aja masih gak ngeh. Kayak gini kok di pilih ketua angkatan," cibir Jani, gadis itu sampai menoleh kesal kepada Rayhan dan melihat Rayhan dari ujung rambut sampai kaki.
"Eh, tuh mulut jangan julid mulu. Gue nanyanya apa jawabnya sampai kemana! Lambe turah banget!" jawab Rayhan sinis.
"Minyiminyiminyi," ledek Jani.
"Gak sopan!"
"Emang Hyung siapa hah?!"
"Kakak Lo, mungkin?" ucap Rayhan tertawa geli.
"Dih!"
"Lagian umur Gue sama Lo pada masih mudaan Gue," ucap Rayhan lagi dengan sedikit tertawa mengejek.
"Bangke! Muda aja sombong, kalau Lo ngerasa kayak gitu berarti Lo harus panggil Gue kakak!"
"IDIIIHHH OGAH BANGETT!" seru Rayhan.