**
Pagi ini, saat jam istirahat berbunyi. Rayhan dan teman-temannya langsung beramai-ramai menuju kantin. Sebenarnya Rayhan ingin menghampiri Agan di kelasnya, tapi karena lapar, ia memilih untuk mengisi perutnya dulu di kantin. Cowok itu langsung masuk ke dalam salah satu kedai dan memesan makanannya. Lalu menyusul teman-temannya yang sudah menepati tempat biasanya. Rayhan melewati tempat duduk anak perempuan angkatannya, pandangan cowok itu bertabrakan dengan Kamila yang menatapnya tajam.
Sebagai informasi saja, gadis itu mulai dari kemarin menyuruhnya untuk langsung mengatakan yang sebenarnya kepada Agan mengingat Gante yang tidak bisa dipercaya. Bahkan karena chatnya tidak dibalas, Kamila sampai rela mengganggu tidurnya saat malam hari. Benar-benar gadis pantang menyerah.
Rayhan hanya membalas pandangan tajam Kamila dengan kedipan sebelah mata.
Baru saja duduk di tempatnya, entah kenapa Kamila yang tadi dilihatnya duduk anteng dengan teman-temannya sekarang malah melewatinya dan parahnya menyenggol bahunya pelan.
"Iya, Mil, iya. Gue mau makan dulu ini, laper," ucap Rayhan menoleh pada Kamila yang sudah melewatinya.
Ucapan Rayhan ternyata mengundang tatapan keingin tahuan teman-temannya.
"Kenapa Lo? Ada something ya?" tanya Irgi yang duduk di depannya.
"Tanya Iqbal," jawab Rayhan tertawa seraya mengedikkan kepalanya ke arah Iqbal yang duduk berjarak dua kursi dari Irgi.
Mendengar namanya dipanggil, Iqbal menolehkan kepalanya ke arah Rayhan. "Kagak tahu, Gue. Yang punya urusan siapa, yang di tanya siapa. Stres Lo!" jawab Iqbal.
"Denger-denger si Gante putus sama Kamila," ucap Rio, membuat teman-temannya menoleh kaget.
"Putus?" tanya Ganes memastikan.
"Iya, lagi anget di gosipin sama adek kelas. Sekilas doang Gue dengernya," jawab Rio lagi.
Rayyan datang dan duduk di sebelah Rayhan. "Orang-orang itu aneh, yang punya hubungan siapa yang rame siapa. Gak pantes aja masih ngomongin hubungan orang yang udah kandas, kita gak tahu gimana keadaan yang punya hubungan."
"Gue mah gak peduli kalau sama Gante," ucap Rayhan datar.
"Kasihan Kamilanya, tahu sendiri Gante kayak apa," sahut Abai membuat teman-temannya mengangguk setuju.
Kano datang dengan tangan membawa makanan Rayhan yang dititipkannya kapada cowok itu. Lalu Kano duduk di sebelah kirinya yang masih kosong. Baru saja mengambil sendok, panggilan yang diarahkan kepadanya membuat Rayhan menghentikan pererakan tangannya.
"Kenapa?" tanya Rayhan pada Fadel, adik kelas yang satu ekstrakulikuler dengannya.
"Dipanggil Bang Agan di ruangan," ucap cowok itu yang langsung diangguki Rayhan.
Rayhan memakan makanannya beberapa sendok, lalu bergegas keluar kantin menemui Agan di ruangan khusus pengurus angkatan.
"Gue lebih percaya sama Lo sih daripada sama Gante," ucap Agan langsung ketika Rayhan baru saja menginjakkan kakinya di ruangan.
"Saya cuma melakukan apa yang menurut saya benar. Perilaku Bang Gante sama aja ganggu anggota angkatan saya, Bang. Saya pribadi minta maaf karena sudah menghajar Bang Gante," ucap Rayhan menatap kedua bola mata Agan.
Agan tertawa. "Udah berapa tahun ini, Han? Masih aja formal."
"Udah kebiasaan, Bang."
Rayhan menatap Agan yang berdiri dan mengambil sesuatu di sampingnya. "Gue manggil Lo cuma mau ngasih ini doang," ucap Agan seraya meletakkan satu kemasan besar gula-gula tangkai.
"Bang, baru kali ini Gue kesel sama Lo. Boleh gak ngomong kasar? Gue kelaperan bang tadi sebelum kesini, gaktaunya cuma gini doang," ucap Rayhan kesal, tapi tangannya mengambil kemasan di atas meja itu.
Agan hanya tertawa.
"Sorry ganggu, Lo, makan. Yaudah lanjut sana!" usir Agan membuat Rayhan mendengus kesal.
Rayhan mengacungkan kemasan yang dibawanya seraya berterimakasih, tapi lagi-lagi ketika ingin melangkah keluar, suara Agan kembali membuatnya berhenti.
"Gue bangga sama, Lo, Han. Gak salah pilih emang, thanks buat kerja kerasnya," ucap Agan serius.
**
Bel pulang saja baru saja berbunyi, tanpa menunggu waktu lama Rayhan dan teman-temannya langsung beramai-ramai ke arah parkiran sekolah. Suara bising motor yang menyala dan suara dari beberapa siswa membaur menjadi satu. Menjadikan parkiran sangat ramai.
Hari ini mereka berencana untuk menggalang Dana Jumat. Yang ada kegiatan ekstrakulikuler, mengijinkan diri sebentar. Mereka akan menuju basecamp terlebih dahulu. Berbeda dengan Dana Jumat biasanya, kali ini Mereka hanya ingin menyumbangkan banyak nasi kotak. Karena dari hasil rapat minggu lalu, banyak laporan jika sepulang sekolah mereka selalu melihat orang yang kelaparan di pinggir jalan.
Berbeda dengan teman-temannya, cowok berjaket Navy dengan tulisan G 48 di punggungnya itu memilih melajukan Vespanya ke arah sekolah Kanya untuk menjemput gadis itu sesuai janjinya kemarin.
Sesampainya disana, ia melihat Kanya sudah berada di luar sekolah. Gadis itu duduk di halte. Tidak ada seragam yang melekat di tubuhnya. Digantikan oleh kaos hitam dengan lambang Champion dan celana legging selutut, ditambah lagi dengan rambutnya yang berantakan.
Melihat hal itu Rayhan mengernyit heran. Lalu cowok itu segera menyerahkan helm khusus untuk Kanya saat gadis itu mulai mendekat.
"Mana seragam, Lo?" tanya Rayhan.
Kanya menoleh ke arah belakang. "Tuh di tas."
Rayhan menganggukkan kepalanya. "Lo habis ekskul?" tanyanya seraya melepaskan tas di punggungnya.
"Kepo."
Rayhan berdecak kesal. "Selalu deh kalau ditanya jawabnya kepo."
"Terserah Gue," ucap Kanya menatap Rayhan. Lalu gadis itu terkekeh pelan ketika kedua mata Rayhan melotot. "Bercanda, habis ngelatih buat lomba."
"Widiiii, Lo ibu ketua?" tanya Rayhan berdecak kagum.
Sedangkan Kanya hanya diam saja. Rayhan mengartikan jika Kanya mengiyakan pertanyaannya.
"Kok udah balik?" tanya Rayhan lagi. Pasalnya sekarang baru saja waktunya jam pulang sekolah.
"Ngambil jam terakhir waktu pelajaran tadi," jawab Kanya.
"Ikut ekstrakulikuler apa, Lo?" tanya Rayhan lagi, cowok itu mulai mengendarai Vespanya ke arah basecamp setelah Kanya naik ke atas boncengannya.
"Taekwondo."
"Buset, makanya jago berantem," ucap Rayhan kagum. "Lain kali berantem sama Gue, yuk?" ajak Rayhan.
"Berani?" tanya Kanya.
"Beranilah, adu rasa cinta," jawab Rayhan membuat kanya mendengus kesal. Ngardusnya kumat.
Rayhan segera menghentikan Vespanya di depan pintu masuk gedung bekas setelah berpamitan kepada Kanya. Cowok itu berjalan masuk. Di sana terlihat beberapa teman-temannya yang masih di sini. Ada yang makan, memainkan ponselnya dan ada juga yang rebahan.
Rayhan langsung mengambil satu kantong plastik besar yang berjejer di depan sofa.
"Gue ambil ini ya!" ucap Rayhan kepada teman-temannya.
"Yoi."
Rayhan berjalan ke arah teman-temannya dan mengambil toples kue, cowok itu mengambil beberapa dan memakannya.
"Sama gebetan Lo lagi, Han?" tanya Agil.
Rayhan mengangguk. "Iyalah, berdua."
"Idih, suwooombongnya sampai neraka," sahut Biru.