**
Pagi-pagi sekali, Kanya sudah di ganggu oleh suara gedoran pintu yang terdengar tidak sabaran. Gadis itu keluar dari selimutnya dan berjalan malas ke arah pintu.
Ketika melihat siapa pelakunya, ga9dis itu mendengus malas dan langsung berbalik badan.
"Anak gadis gak boleh ngebo!" ucap Karina masuk diikuti oleh Faroz di belakangnya. Cowok itu membawa beberapa kantong belanjaan.
"Ngapain?" tanya Kanya malas.
"Udah sana, mending mandi. Bau ketek, Lo!" ucap Karina mengibaskan tangannya, bermaksud mengusir Kanya.
"Kurang ajar!" maki Kanya kesal. Gadis itu berjalan menuju dapur.
Membuka almari dan mengambil kemasan bubuk minuman coklat.
"Jorok, sumpah! Belum mandi udah minum coklat," ucap Faroz yang sedang berdiri di sampingnya.
"Bacot, jamet diem aja," jawab Kanya kesal. Gadis itu duduk di kursi pantry setelah menuangkan air panas ke dalam mug-nya. Kakinya terangkat satu di atas kursi.
Karina dan Faroz menggelengkan kepalanya. "Lo tuh emang titisan preman ya, Nya! Gak ada feminimnya jadi cewek."
"Bacot! Jamet tahu apa," jawab Kanya.
Faroz melotot tidak terima. "Kalau tega, Gue lempar Lo dari atap gedung ya!" ucap Faroz, cowok itu berbalik badan mengambil gelas dan menuangkan air dingin.
Kanya melirik ke arah Karina yang sibuk menata barang belanjaan di dalam kulkas miliknya.
"Buat apaan? Gue males masak," Kanya bertanya malas.
Karina menoleh. "Mau ada party kecil-kecilan nanti malem."
"Seru tuh—"
"Gue undang Rayhan, ntar kita bertiga nginep sini," sela Faroz membuat Kanya menoleh ke arahnya secepat kilat.
"Ngapain, Lo undang si Rayhan?" tanya Kanya sewot.
Faroz meletakkan gelasnya di atas meja, lalu memajukan badannya dan menatap lekat Kanya.
"Calon pacar Lo kan? Kenapa sewot, Lo salting, Nya?" ucap Faroz.
Kanya mencibir kecil. Hampir saja gadis itu melempar wajah Faroz dengan gelas di tangannya itu.
"Nyablak aja, Lo! Gue jual juga tuh mulut," jawab Kanya sadis membuat Faroz langsung memundurkan badannya.
"Beruang hutan kumat," desis Faroz kesal, cowok itu menolehkan kepalanya ke kanan.
"Ngomong apa, Lo?"! ucap Kanya marah.
"Ora ngomong aku, pede!" bela Faroz.
Karina menarik kursi pantry dan duduk di sana. "Terima aja kenapa sih, Nya? Keliatan banget dari matanya kalau di sayang sama, Lo," ucap Karina menasehati.
Kanya tersenyum. "Masa?"
"Iy—"
"Gue gak peduli," selanya bernada mengundang decakan Karina dan Faroz.
"Gue santai, soalnya Gue tahu Rayhan itu sayang banget sama, Lo," sahut Faroz ikut-ikutan menasehati.
"Sok tahu!" jawab Kanya lagi.
"Dia ngelindungin semua anak angkatannya aja bisa, apalagi ngelindungin Lo yang labelnya otewe jadi cewek dia," lanjut Faroz tidak menghiraukan jawaban Kanya.
"Ngapain ngelindungin semua anak angkatan? Dia bapaknya?" jawab Kanya lagi. Benar-benar menguji kesabaran Karina dan Faroz.
"Bukan, bangke! Dia ketua angkatan, kesel Gue sama Lo lama-lama," ucap Faroz ngegas, cowok itu sangat kesal sekarang.
Kanya hanya mengedikan bahunya. Gadis itu menghabiskan minuman coklatnya.
"Udah, mending Lo mandi sana! Jangan kayak gembel," usir Karina kepada Kanya.
Kanya melirik sinis ke arah Karina, gadis itu bangkit dari duduknya. "Gak sadar diri, Lo lebih gembel kalau bangun tidur!"
Karina melotot kesal, gadis itu mengambil langkah untuk menghampiri Kanya. Sebelum peperangan terjadi, Faroz langsung bangkit untuk melerai. Karena kalau Karina dan Kanya bertengkar pasti akan terjadi bencana besar.
Faros sendiri bingung, kenapa dia bisa menjadi teman dari dua gadis bar-bar dan beringas.
"Berantem terooos, Gue kurung lama-lama Lo berdua," ucap Faroz melerai seraya menarik Karina menjauh dan mendorong Kanya pelan agar masuk ke kamar mandi.
Belum sampai dua langkah, Rayhan muncul dihadapan mereka. Kanya kembali berbalik, siap untuk menanyakan bagaimana cowok dengan kaos polos berwarna biru gelap itu mengetahui password apartemennya. Kanya yakin pasti salah satu temannya itu yang memberitahu.
"Siapa?" tanya Kanya to the point.
Faroz tergagap. "A—apa?"
"Password?" tanya Kanya, gadis itu menatap tajam Faroz.