RAYHAN MAHAWIRA

Nurindah Puspitasari
Chapter #20

18. NONGKRONG

**

Farozebracross: Join nongki? Di kafe biasanya.

Pesan dari Faroz yang beberapa menit lalu masuk, membuat Rayhan mengangkat kepalanya dari kegiatan tidurnya. Rayhan yang sedang memakai hoodie navy-nya itu sedari tadi hanya menenggelamkan kepalanya malas. Sedangkan teman-temannya sedang sibuk dengan semua tugas yang satu jam yang lalu di berikan oleh guru piket.

Seandainya guru piket tadi tidak mengatakan agar dikumpulkan sekarang dan yang tidak mengumpulkan akan di tambah tugas plus menulis penyesalan di kertas hitam, maka para anggota kelas XI IPA 1 tidak akan mengerjakan.

Tapi berbeda dengan Rayhan, peringatan yang diberikan oleh guru piket tadi hanya dianggap sebagai angin lalu dan memilih tidur ditemani dengan speaker milik Dani yang mengeluarkan suara musik Indie.

Tidak menjawab pesan Faroz, Rayhan memilih untuk membacanya saja dan memilih untuk melihat story WhatsApp yang di buat oleh teman-temannya.

Mulai dari teman TK, SD, dan SMP yang masih berhubungan dengannya sampai teman SMA bahkan adik dan kakak kelas meskipun hanya sebatas penonton story.

Rayhan menekan lingkaran paling atas dengan nama Karina. Di sana terlihat Faroz yang penuh dengan tepung dan rambut basah ditambah suara-suara yang menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Rayhan juga melihat sekilas, Kanya berdiri beberapa langkah dari Faroz sembari membawa kue ulangtahun.

"Tanggal berapa sekarang, No?" tanya Rayhan pada Kano yang sibuk menyalin contekan dari ponselnya.

"Tujuhbelas, ngapa?" tanya Kano tanpa menatap Rayhan, cowok dengan topi SMA terbalik itu masih fokus dengan buku di hadapannya.

Kalau dilihat-lihat, isi kelas XI IPA 1 ini memang tidak ada yang waras. Di dalam kelas Kano memakai topi, Rayhan memakai hoodie, Irgi memakai laken pramuka milik anak perempuan, Mico memakai kaca mata hitam yang selalu di bawanya entah untuk apa, dan Tara yang mengikat lengan baju seragam olahraga di lehernya.

Memang dari beberapa kelas IPA, hanya kelas XI IPA 1 yang terkenal dengan serentetan catatan hitam dan paling bobrok meskipun di huni oleh banyak anak pintar. Menurut guru-guru, kelas ini terkenal karena kehadiran pentolan sekolah yang paling bandel di banding pentolan IPA yang berada di kelas lain. Apalagi ditambah dengan kehadiran Rayhan, sang ketua angkatan yang terkadang dikenal dengan King of Disaster atau biasa di panggil KD.

"Faroz ultah," ucap Rayhan.

"Temen SMP Lo itu?" tanya Kano lagi yang hanya di angguki oleh Rayhan, yang hanya sia-sia saja karena Kano tidak melihat Rayhan.

"Woi!"

"Iya, njing. Udah ngangguk juga," jawab Rayhan kesal.

"Ya Gue mana tahu, mata Gue ke sini bukan ke Lo," ucap Kano sewot, "lagian punya mulut tuh ngomong bukannya ngangguk," lanjutnya.

Rayhan tidak menanggapi, memilih mengacungkan jari tengahnya di muka Kano. Yang langsung dibalas Kano dengan gigitan.

"Jorok, anjing!" maki Rayhan mengusapkan jarinya di bahu Kano yang sedang tertawa.

"Woi! Rame ae! Ojok ngerusak citra rasa lagune!" protes Gandi dari meja belakang yang hanya direspon Rayhan dengan acungan tangannya juga.

Kembali fokus dengan ponselnya, Rayhan mendapatkan panggilan video dari Rayyan. Memang mereka sering seperti ini, meskipun tidak berguna. Hanya menampilkan kamera belakang ataupun wajah keduanya. Se-absurd itu memang.

Rayhan segera menerima panggilan tersebut dan meletakkan ponsel di tengah mejanya dengan Kano. Tempat pensil milik Rayhan sebagai penyangga. Sedetik kemudian, wajah Rayyan terpampang di layar di barengi dengan suara gaduh di seberang sana.

"Ngapain, Lo?"

"Tidur, ganggu ae, Lo."

Kano menoleh dan menyahut. "Pesi tok, ojok percoyo, Yan," ucapnya seraya memunculkan wajah di belah Rayhan.

"Jamkos?" tanya Rayhan.

"Iya, tugasnya gak nanggung."

"Gue tugas segunung juga bomat, los dol."

Rayyan terkekeh disebrang sana. "Gue ada contekan berjalan."

Lihat selengkapnya