**
"Lo kenapa sih?"
Kanya sangat heran dengan tingkah laku Rayhan hari ini. Sejak melihat keberadaan Rayhan di depan sekolahnya, Kanya sudah mencium bau-bau aneh dari tingkah Rayhan. Entah itu mengalihkan matanya, tersenyum salah tingkah dan lain sebagainya.
"Hah? Gak kenapa-kenapa," jawab Rayhan. Tidak tahu saja jantung Rayhan sudah maraton.
"Aneh, Lo."
Kanya masih memperhatikan Rayhan dari kaca spion. Mencari-cari keanehan dari cowok di depannya ini.
"Lo salting ya? Gara-gara ucapan Gue kemarin?" tuding Kanya yang langsung tertawa ngakak melihat Rayhan yang tergagap.
"Apaansih, gak jelas, Lo."
Kanya berdehem. "Oh jadi gak suka nih?" ucap Kanya bersamaan dengan kedua tangan gadis itu melingkar erat di pinggang Rayhan.
Mendapat perlakuan semendadak itu, Rayhan benar-benar dibuat kaget setengah mati. Bahkan jika tidak segera sadar, Vespanya hampir saja oleng.
"Bangsat, Gue kaget," ucap Rayhan pura-pura kesal untuk menutupi rasa saltingnya.
Kanya hanya tertawa, sedangkan Rayhan masih sibuk menetralkan detak jantungnya. Berharap sedang tidak bermimpi. Karena Kanya yang dikenalnya bukanlah seperti ini. Tapi kalau memang Kanya menyukainya juga, Rayhan akan sangat senang. Tapi tetap saja apapun yang dilakukan oleh Kanya damagenya kurang ajar.
"Kenapa tiba-tiba?" tanya Rayhan.
Kanya mengangkat bahunya. "Habis kejedot kamar mandi. Tapi jangan ge-er dulu, nih cuma seujung kuku doang rasa Gue," ucap Kanya.
"Bangke, Lo, Nya!" ucap Rayhan, ia juga mengerti Kanya hanya bercanda.
"Gue baru tahu Lo blak-blakan," lanjut Rayhan.
"Sori-sori aja, Gue bukan tipe cewek-cewek pemalu. Kalau emang suka yaudah bilang gak perlu dipendem," jawab Kanya, gadis itu mulai berbicara panjang dengan Rayhan.
Rayhan tertawa kecil. "Kalau Lo nolak Gue gimana?"
"Ya bilang, Gue benci sama Lo, gak usah deket-deket!" jawabnya enteng.
Rayhan hanya geleng-geleng kepala. "Blak-blakan Lo pengen dimaki-maki, Nya."
Kanya hanya terkekeh. Gadis itu juga bingung kenapa tiba-tiba saja pikirannya tidak mau terlepas dari Rayhan. Setelah menghabiskan waktu panjang untuk berpikir, Kanya akhirnya mengakui kalau sedikit suka dengan Rayhan. Kehadiran Rayhan yang hampir setiap hari bersamanya, membuat cowok itu menempati ruang tersendiri di hidup Kanya.
Nyaman adalah yang dirasakannya. Meski banyak berdebat dengan Rayhan dan saling memaki. Yah, mungkin kali ini Rayhan menepati posisi orang kesayangannya selain Karina dan Faroz.
"Nya, mau ikut Gue nggak?"
"Kemana?"
"Futsal."