Awak pesawat rupanya baru memadamkan lampu kabin sekitar lebih dari satu jam seusai pesawat mengudara dari Bandara Changi Singapura usai sebelumnya mereka membagikan menu makan malam kepada penumpang. Jenis makanan yang ditawarkan ada beragam jenis dari berbagai negara mencakup salah satunya Indonesia. Ketika seorang pramugari berkebangsaan India menyodorkan kartu menu makanan kepada Rayla di kursinya, dengan halus gadis itu menolak untuk memesan makan malam karena sudah kenyang. Tadi dia sudah makan di bandara sebelum lepas landas. Tidak mau menyerah, pramugari yang belakangan Rayla ketahui namanya adalah Anika itu menukar tawaran makanan dengan minuman. “Ich denke es ist besser zu trinken für dich. Was trinken welch ist möchten zu gewalt?”[1] Mengejutkan, Pramugari Anika ternyata bisa bicara Bahasa Jerman. Rayla sampai tercengang sendiri melihat kemampuan Pramugari Anika ini.
Ujungnya Rayla memilih teh manis sebagai penghangat tubuh di tengah dinginnya AC kabin pesawat. Tanpa ragu Pramugari Anika menuangkan teh manis dari teko elektrik di atas gerobak dorong, menyodorkan segelas teh manis hangat kepada Rayla. Tiffany dan Stevie menolak tawaran ketika ditanya oleh Pramugari Anika yang kemudian berlalu ke bagian belakang pesawat. Melihat gelas teh manis bersanding lekat dengan buku agenda cokelat, Rayla merasa ini pemandangan indah di dalam gelapnya kabin. Ia pun lalu merogoh ponsel dari saku rok biru dongker, memotret dua benda tadi memakai fitur Instastory miliknya dan langsung diunggah. Berikutnya tanpa diminta, baru Rayla menceritakan pengalaman masa kuliahnya ke Tiffany.
***
Awal bulan Agustus 2017 di kota Bandung.
Langit masih bersinarkan pantulan cahaya lampu kota menembus sisa kegelapannya semalam. Udara dingin juga masih tidak kalah menusuk tulang, menembus setiap jengkal pori-pori kulit. Lazimnya, jam segini orang masih memilih untuk kembali melanjutkan tidur sampai adzan Subuh berkumandang atau matahari terbit. Namun pilihan tersebut tak berlaku bagi Rayla kini. Pagi-pagi sekali selepas Shalat Subuh dan mandi juga sarapan, bersama Christoff sang kakak ia telah pergi menempuh perjalanan dari rumahnya menembus kegelapan di Jalan Dago. Selain mereka berdua ada juga sang ibu yang turut mengantar di dalam taksi menuju kampus Universitas Katolik Parahyangan atau Unpar di kawasan Jalan Ciumbuleuit Bandung. Hari ini merupakan hari pertama Rayla dan Christoff menginjakkan kaki sebagai Mahasiswa serta Mahasiswi setempat usai mereka resmi diterima melalui seleksi tertulis beberapa pekan lalu. Adapun pagi ini mereka pergi memakai taksi lantaran supir pribadi mereka, Pak Warsono baru saja pulang ke kampung halamannya di Gombong, Jawa Tengah demi merawat ibunya yang sedang jatuh sakit.
Pagi ini juga keduanya akan diterima secara langsung oleh Rektor beserta para jajaran civitas academicanya pada upacara penerimaan Mahasiswa Baru Angkatan 2017. Di event tahunan kampus tersebut akan ada banyak sekali mahasiswa baru yang datang sekitar 2.500 orang. Ribuan mahasiswa baru itu terbagi ke jenjang studi S-1 dan D-3. Untuk ospek gabungan kali ini semua kegiatan akan dipusatkan di kampus Unpar Ciumbuleuit, sementara ospek fakultas akan sedikit berpencar.
Kian mendekati kampus, lalu lintas mulai macet. Dari dalam taksi terlihat segelintir mahasiswa baru yang memilih berjalan kaki ke kampusnya daripada lama terjebak macet walau sebenarnya kendaraan tetap terus bergerak maju. Rayla yang mulai khawatir takut terlambat mendorong-dorong supaya kendaraan terus bergerak maju sampai akhirnya tiba di depan Gedung Rektorat. Di depan gedung yang pagarnya belum dibuka dalam remang-remangnya langit pagi ini ribuan mahasiswa telah membentuk barisan rapi dibantu segelintir mahasiswa senior yang bertugas sebagai panitia. Melihat panjangnya barisan, Rayla langsung beringsut mengikuti arahan panitia ospek untuk berbaris sesuai spot barisan di halaman gedung rektorat nanti.
Gerbang Rektorat dibuka tepat pukul 05.30 WIB usai semua mahasiswa berkumpul tepat waktu. Mahasiswa baru berjalan memasuki halaman sambil dibagikan sejumlah buku penting dari seniornya tepat di depan pintu gerbang. Buku-buku itu mereka genggam sebentar, selepasnya baru dimasukkan ke tas ransel. Rayla terus berjalan mencari titik spotnya sesuai kode di nametag-nya, sampai ia menemui titik itu bareng kakaknya. Sementara Stevie nampaknya akan berdiri di spot lain, untuk kali pertama terpisah dari Rayla selama tiga tahun ini saling mengenal. Di samping itu, panitia dengan bantuan pihak kampus terus merapikan barisan para mahasiswa baru.
Upacara penyambutan mahasiswa baru dimulai dari pidato Rektor dilanjut serangkaian kegiatan sepanjang upacara. Baru selepasnya para mahasiswa baru diarahkan bergerak ke ruang ospek gabungan masing-masing untuk agenda selanjutnya, yakni penataran Nasionalisme-Religiusitas bersama dosen fasilitator masing-masing. Rayla dan Christoff melangkah dalam barisannya ke arah Fakultas Teknik Informasi & Sistematika seraya menyelipkan obrolan tentang keberadaan Stevie. “Eh Stevie dimana ya? Kamu tahu & sempat kontak dia enggak?” Imbuh Christoff di belakangnya, sama-sama memakai baju hitam-putih. “Yah mana kutahu mas, aku enggak sempat kontak dia.” Tutur Rayla pendek, meneruskan langkahnya melintasi basement Gedung Fakultas Teknik sesuai arahan panitia sebelum mereka benar-benar sampai di gedung tujuan untuk hari ini.
Setiba di ruang kelas, Rayla meminta izin ke kamar mandi kepada panitia senior yang hari ini ikut bertugas mengawal jalannya penataran. Begitu mendapat izin ia begitu saja melengos ke kamar mandi yang terletak di samping kelas. Selepasnya baru ia kembali lagi, mulai mendengarkan pemaparan dari dosen fasilitator di kelas. Dosen itu namanya Ibu Betta. Di awal sesi beliau terlebih dahulu mengajak mahasiswanya memperkenalkan diri. Satu per satu mahasiswa menyebutkan nama, program studi pilihan serta daerah asal. Lewat perkenalan ini Rayla menyadari, teman-teman barunya di kampus baik yang satu fakultas/prodi maupun tidak, berasal dari berbagai penjuru tanah air menggambarkan keberagaman milik tanah air Indonesia. Di kelas ini saja sudah ada banyak mahasiswa dari segala penjuru tanah air. Belum di seluruh kampus, bisa lebih.