Hari sudah menjelang sore ketika tiga sekawan barusan beranjak dari restoran Bakmi GM lewat pukul dua siang. Waktu yang juga kian beranjak mendekati jam shalat Ashar terus berpacu cepat, hanya membuat ketiganya tak berjalan jauh-jauh dari Mushola di lantai bawah. Tadi selepas pergi meninggalkan restoran Bakmi GM ketiganya menyempatkan diri mampir ke toko fashion Yogya, mencari-cari apakah ada jenis pakaian yang ingin mereka beli dan hasilnya hanya Stevie sendiri yang mendapatkan dua stel celana legging abu-abu. Ketika Rayla menanyai apa alasan gadis pemakai kacamata tadi sengaja membeli dua stel celana legging abu-abu barusan, secara gamblang Stevie mengaku celana legging lamanya sudah longgar sekaligus sudah sobek. Alhasil ia menjadi tak nyaman memakainya namun ia butuh sehingga ia memutuskan membelinya mumpung di Ciwalk.
Kendati demikian Stevie turut mengaku dirinya acap memakai sarung atau daster saat di rumah. Celana legging hanya sebatas menjadi pelengkap merangkap pengganti dua jenis busana terusan tadi. Dan benda itu kini Stevie benamkan ke dalam tas selempangnya persis ketika ia kembali meneruskan langkahnya menyusuri mall Ciwalk. Kini ia mengambil rute ke areal outdoor Ciwalk melalui pintu di samping Toko Yogya di lantai bawah, lalu belok kanan ke arah luar melewati deretan kios besar mencakup restoran The Kiosk di ujung. Ia terus berjalan diikuti Rayla dan Christoff sampai mereka tiba di titik tengah Ciwalk, sebuah lapangan berbentuk lingkaran yang lagi-lagi persis berada di bawah restoran Bakmi GM. Sabtu sore ini menjelang malam minggu lapangan lingkaran itu tidak dipakai acara apapun alias hanya ada lalu-lalang pengunjung selain mereka bertiga. Apalagi ini hari sudah menjelang hari Minggu, tingkat keramaian Ciwalk pasti akan bertambah beberapa kali lipat ketimbang hari biasa.
Di sini ketiganya lalu duduk mengambil istirahat sejenak. Kaki tak lupa mereka luruskan usai sehari suntuk diajak berkompromi mengelilingi Ciwalk. Lalu Christoff menceletuki sederet pertanyaan singkat, “Eh kita sudah shalat Ashar ‘kan?” “Oh, sudah dong. Tadi kita ke mushola yang ada di lantai satu itu.” Tutur Rayla mengingatkan Christoff setelah ia hampir lupa. Untuk urusan ibadah shalat fardhu bukan Christoff namanya jika tak mengutamakan shalat pada awal waktu. Rayla dan Stevie turut memastikan diri telah menunaikan ibadah shalat Ashar sekaligus memastikan tidak ada yang sedang mendapat ‘halangan’ untuk tidak shalat saat ini. Lalu sebotol minuman teh dingin mereka teguk secara bergantian di tengah-tengah istirahat sore hari ini.
Hampir 15 menit mengambil waktu istirahat ketiganya lalu memutuskan pulang dan kini pikiran mereka sudah tak lagi sebebas tadi pagi saat berangkat. Jika tadi pagi mereka memiliki semangat tinggi untuk menghabiskan akhir pekan di Ciwalk, maka sore ini semangatnya telah mengempis hingga titik terendah. Mereka larut dalam pikirannya masing-masing dalam perjalanan pulang menggunakan mobil Grab ke kawasan Dago. Mereka pun seolah-olah memiliki dunianya sendiri kini terutama Rayla. Sepanjang hari menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan bersama temannya nyaris membuat ia melupakan sang tokoh idola, Presiden Joko Widodo merangkap kaitannya dengan peristiwa politik nasional Indonesia sepanjang tahun 2017 ini. Di kacamatanya, politik Indonesia sepanjang tahun 2017 ini mengalami gejolak yang sangat ganas akibat sengitnya pertarungan Calon Gubernur DKI Jakarta beberapa bulan silam ketika ia masih jadi anak SMA.
Di perjalanan pulang dari Ciwalk ingatannya mendadak terbang ke waktu setahun silam. Persis di bulan-bulan seginilah ia sedang mengalami puncak masa remajanya pada bangku kelas 12. Fanatismenya terhadap Presiden Joko Widodo sejak kelas 10 juga sedang berada pada puncaknya begitu juga Ahok yang muncul karena kedekatan mereka sejak memimpin Jakarta tahun 2012. Namun itu pernah dipandang sinis oleh sebagian rekannya yang merasa tidak setuju dengan opininya waktu itu.