Wujud sosoknya tentu saja seorang perempuan. Rambutnya tercukur pendek seleher, kulitnya putih serta tak lupa secarik kacamata bening membekap wajahnya. Tiap kali lewat di depan Rayla bahkan Stevie dan Christoff, gadis belia itu tak lupa mengerlingkan senyum termanisnya yang dapat membuat siapa saja merasa jatuh hati sekaligus jatuh cinta apalagi laki-laki. Dan Christoff yang sudah beberapa bulan terakhir ini berpisah dengan Bunga sang pujaan hati semasa SMA kini mulai terpikat dengan gadis itu. Siapakah nama perempuan calon pujaan hati baru Christoff itu? Jawabannya mudah sekali, namanya Senja. Di mata Christoff berdasarkan hasil pengamatannya beberapa kali baik saat di kelas kuliah maupun di luar kelas, sosok Senja dirasa memenuhi kriteria menjadi seorang pujaan hati. Ia bisa saja sekadar jadi pelengkap atau pengganti si Bunga setelah beberapa bulan ini tak bertemu cukup lama, sehingga hati Christoff takkan selamanya kesepian.
Namun apabila ia disuruh memilih antara Bunga atau Senja, ia bingung sendiri. Hatinya bimbang untuk melepaskan salah satu perempuan di ruang hatinya. Ia mengatakan jujur pada dirinya sendiri, ia masih tetap mencintai si Bunga meski tak kuasa menolak kehadiran si Senja. Walhasil ia memutuskan sendiri untuk memberi ruang bagi kedua sosok perempuan tadi di dalam hatinya. Perkara siapa yang terpilih mendampinginya bersama kelak, lihat saja nanti.
Kembali ke area kampus.
Masih membahas si Senja. Jawaban Christoff terkait pertanyaannya saat kuliah Ilmu Politik (lagi) tadi pagi jam 10 terjawab siang ini, di bangku Taman Fisip. Bersama Stevie ia kini menemui si Senja menanyakan kemanakah gerangan dirinya saat kuliah Ilmu Politik tadi. Raut wajahnya tetap melepaskan senyum khas meladeni pertanyaan Christoff. “Tadi gue skip dulu Chris.” Imbuhnya pendek. Christoff hanya tersenyum tipis mendengar jawaban teman barunya ini. “Terus setelah ini ada kelas lagi?” Ia mengajukan sebutir pertanyaan. “Hmm, enggak ada. Sekarang gue kesini habisnya ini ada perlu, habis ini mau langsung balik lagi ke kosan.” Gadis cantik ini kembali menggulung senyum persis di ujung kalimat ucapannya. Puas ngobrol singkat dengan Senja, Christoff kini mengalihkan pandangannya ke Stevie tepat di sebelahnya. “Rayla mana?” Justru Stevie yang bertanya duluan. “Kamu kan abangnya sendiri, mestinya tahulah dia dimana?” Lanjutnya sebelum Christoff sempat memberi jawaban secara gamblang nan singkat.
“Lagi ke depan sebentar, beli sesuatu. Paling sebentar lagi gabung sini.” Imbuhnya. Ekspresi Stevie datar-datar saja, tidak menunjukkan reaksi signifikan kepada laki-laki 18 tahun tersebut. Kepala Stevie yang ditumbuhi rambut panjang terurai ini menengok ke samping kirinya, memandang lebih jauh ke langit biru kawasan Ciumbuleuit dan sebagian panorama kota Bandung nun jauh di bawah sana. Lumayan menyegarkan mata, merilekskan suasana kesuntukan pasca kuliah. Ekspresi datar Stevie jadi tampak teduh usai melihat pemandangan begitu dari atas kampusnya. Siapapun yang beruntung akan bisa merasakan keteduhan ekspresi wajah Stevie berikut kecantikannya. Orang-orang beruntung itulah takkan kuasa ‘tuk jatuh hati kepada Stevie.
Hingga seseorang membuyarkan kedataran-keteduhan ekspresi wajah Stevie dari samping. Stevie yang terlonjak sekejap masih beruntung bisa menguasai keadaan dalam waktu singkat. Melihat Rayla yang tadi ia cari-cari kini telah datang, air muka Stevie mendadak berubah sumringah. Senyum merekah terbit di wajah orientalnya menyambut hangat kehadiran sahabat baiknya itu, menanyakan tadi habis datang dari mana. “Tadi habis ke toko Yogya di depan, beli sesuatu terus sekalian daftar jadi Panitia Pubdok[1] TAHI, Temu Akrab Hubungan Internasional 2017. Eh btw[2] kalian semua sudah pada daftar jadi panitia?” Pertanyaan Rayla kini menghentak bathin kawan-kawan di sekelilingnya. “Oh sudah dong, barusan daftar jadi bagian Pubdok juga biar langsung kerja di hari H. Terus anyway loe daftar jadi panitia bagian apa, Senja?” Jawaban Christoff langsung ‘menghujam’ Senja. “Gue keamanan.” “Gue Pubdok bareng Christoff-Rayla. Artinya sama, kita kerja di hari H TAHI.” Stevie menimpali, untuk pertama kalinya memakai kata ganti “lu-gue”.