Tugas mencari contoh sampul scrapbook untuk membuat buku tamu acara Temu Akrab Hubungan Internasional (TAHI) 2017 akhir bulan November ini baru saja keduanya selesaikan menjelang akhir pekan ini. Dedikasi mereka sebagai panitia Pubdok TAHI 2017 mereka tunjukkan dengan sungguh-sungguh. Buktinya, hari Kamis kemarin dimana mereka seharusnya libur karena tidak ada jadwal kuliah mereka justru datang ke kampus demi mengikuti rapat bagian penerimaan tamu TAHI bersama Windy, Catherine dan Freddy serta tak ketinggalan Dorfel. Keempat mahasiswa baru ini adalah orang yang sangat beragam latar belakang identitasnya. Windy adalah seorang gadis berkulit putih namun berasal dari Kupang╼Nusa Tenggara Timur. Catherine seorang gadis pemilik rambut panjang nan bergelombang asal Bogor, Jawa Barat dengan kulit sawo matang. Freddy merupakan seorang pemuda kurus nan jangkung dengan rambut tipis asal Jakarta dan Dorfel ialah sosok pemuda berambut gondrong namun pendek dengan kulit putih asal Bandung.
Mereka tergabung dalam divisi buku tamu Pubdok TAHI 2017 bersama Rayla serta Christoff. Sementara Stevie kebagian tugas menjadi tim dokumentasi keliling, wajib mengabadikan setiap momen yang terjadi di sekujur lokasi acara kelak. Contoh sampul scrapbook yang diminta Windy telah Rayla dan Christoff kirimkan Kamis sore kemarin untuk selanjutnya di-design Catherine. “Nanti jangan lupa kirim lewat e-mail saja ya, biar si chat-nya enggak tenggelam kalau di Line.” Tutur Windy kemarin. Dan Rayla-Christoff hanya tinggal menuruti instruksinya hingga tuntas kemarin. Kemudian di kemarin sore pula, cerita rupanya tak cukup berhenti sampai di situ. Christoff tetap berkutat di depan monitor laptop selepas mengirim surat elektronik pada Windy. Sekarang lelaki pemilik wajah mirip orang bule ini mencoba melacak keberadaan si Bunga melalui berbagai cara di internet. Dengan bantuan mesin pencari Google ia terlebih dahulu mengetikkan nama akun instagram si Bunga yang dapat ia temukan dengan sangat mudah. Hanya perlu sedetik untuk itu. Kedua, ia mengetikkan nama kampus universitas tempat si Bunga berkuliah pula pelacakannya di instagram lantaran ia kini penasaran telahkah berubah tampilan fisik si Bunga gerangan.
Semenit-dua menit mencari, ujungnya Christoff menemukan foto terbaru si Bunga jua. Foto itu ia temukan di dalam sebuah akun Instagram yang mencatut nama kampus tempat kuliah pujaan hatinya tersebut. Foto itu persis seperti memberi jawaban untuk pertanyaan Christoff tadi. Telahkah si Bunga mengubah penampilan fisiknya gerangan? Jawabannya benar sekali, Bunga telah mengubah gaya penampilan fisiknya begitu mengawali masa kuliah. Dulu saat SMA, setiap hari Bunga selalu mengenakan kerudung aneka warna setiap harinya dengan baju panjang menutupi sekujur lengan serta kakinya. Kacamata di wajah lonjong nan putihnya dulu memiliki lensa persegi panjang kecil berwarna merah. Kini setelah kuliah, ia langsung menanggalkan kerudungnya╼membiarkan rambut pendek seleher nan indahnya terlihat jelas. Bentuk kacamatanya juga ikut membesar, kini lensanya lebar dan frame berwarna hitam legam. Di foto itu juga, Christoff bisa melihat si Bunga dengan masker pada wajahnya sekali-kali. Sedangkan gaya pakaiannya selalu panjang-tertutup.
Dan penampilan begini tetap saja terlihat cantik di mata Christoff sehingga itulah alasan mengapa ia tetap mencintai si Bunga kendati kini telah berpisah. Bunga tetap tak memudarkan kecantikannya hingga kini, serta Christoff masih amat mengharapkan supaya kelak ia dapat kembali menjumpai gadis pujaan hatinya itu di lain kesempatan. Malahan ia juga turut berharap supaya ia dapat mempersunting Bunga sebagai istri alias pendamping hidupnya di masa mendatang. “Bunga, akhirnya aku bisa menemukan kabar terbarumu. Aku kangen kamu. Yuk kita ketemuan lagi nanti.” Christoff bergumam sendiri malam hari ini selepas melihat foto si Bunga ditemani lagu Peterpan.
Dari pintu kamar, Rayla hanya tersenyum mendapati abangnya berhasil ‘meng-update’ penampilan terbaru sang kekasih. “Cie mas, akhirnya bisa lihat si doi juga tuh.” Imbuhnya berbisik.
***
Ditiadakannya jadwal kuliah hampir sepanjang minggu kemarin ternyata tak selalu berbuah manis di kemudian hari. Jadwal yang ditiadakan tersebut selalu membuat dosen pengampu mengadakan kelas kuliah pengganti di waktu kosong pada hari lain. Itupun tidak selalu kosong bagi setiap mahasiswa akibat perbedaan jadwal kuliah. Jadi tidak perlu heran lagi jika banyak bangku kosong di kelas pengganti. Hal itu sudah sering terjadi sejak awal tahun ajaran pada bulan Agustus lalu sampai sekarang, hari Jumat tanggal 10 November 2017. Setiap hari Jumat pagi Rayla, Christoff serta Stevie kebagian menjalani jadwal kuliah untuk kelas Logika. Kelas mata kuliah itu selalu diawali pukul delapan pagi dan berakhir pukul setengah sepuluh lebih sepuluh menit. Selebihnya jadwal sudah kosong meski keesokan Sabtu paginya harus kuliah Sosiologi.
Namun kebebasan mingguan tiap Jumat itu harus rela mereka korbankan kini lantaran Pak Refly, dosen kelas Ilmu Ekonomi yang mengajari mereka tiap hari Selasa sore terpaksa mengganti peniadaan jadwal kuliah dua pekan silam ke hari ini jam 10. Adapun kedua kelas yang biasanya kuliah di jam berbeda kini kuliah bersama-sama dalam satu waktu. Ia memutuskan melebur dua kelas agar lebih cepat selesai. Alhasil Rayla, Stevie serta Christoff tiba di kelas pukul 09.45 berhubung beliau akan memulai kuliahnya tepat pukul 10.00 WIB. Ketika kuliah dimulai, bahasan materi masih tidak jauh berbeda dengan kelas sebelumnya yakni tentang elastisitas kurva permintaan serta penawaran barang di pasar. Ruas-ruas jemari beliau pun tetap tak kenal henti menggambar dua kurva permintaan-penawaran di papan tulis. “Evaluasi dari UTS kemarin, saya masih sering menemukan kesalahan kalian saat menulis dua kurva ini. Maksudnya kalian sering terbalik dan tertukar saat menulisnya. Garis kurva permintaan harusnya naik ke sebelah kanan, sedangkan kurva penawaran harusnya menunjukkan garis turun ke kiri.” Imbuhnya singkat.
Salah seorang mahasiswa lainnya lalu mengacungkan tangan kanan dan bertanya.
“Pak terus garis putus-putus berarti menunjukkan tingkat angkanya ya?”
“Ya benar sekali. Dan buat semuanya, tolong yang teliti ya setiap kali kalian diminta menulis kurva. Jangan lupa cantumkan tingkat angkanya sedetail mungkin sesuai ketentuan soal.” Jawabannya kini lebih panjang. Sementara di bangku belakang, jemari Rayla tetap terus menari ligat di atas permukaan halaman buku mencatat detail setiap materi perkuliahan di depan kelas. Kendati ini hanya kelas pengganti, Rayla sama sekali tidak bisa menanggalkan kebiasaannya mencatat materi secara detail karena demikianlah saran ibunya. Hal begini dimaksudkan beliau agar ketika menjelang ujian kelak putrinya tidak akan kelabakan mencari materi atau meminjam catatan orang lain yang itu belum tentu nyaman dipelajari berhubung tingkat persepsi serta kelengkapan catatan setiap mahasiswa sudah tentu akan berbeda-beda, alias ada yang lengkap ada juga yang tidak lengkap. Begitu juga Christoff, demikian juga Stevie. Catatan lengkap ialah amunisi terbaik mereka di kuliah.
Hanya berselang 1 jam 15 menit.
Beliau ujung-ujungnya menitipkan tugas kepada setiap mahasiswanya yang menghadiri kuliah hari ini. Tugas itu wajib dikumpulkan hari Jumat depan melalui petugas office boy yang berjaga-jaga di dekat ruang kerjanya sebelum dibawa presentasi pada minggu pertemuan terakhir sebelum tiba masa ujian akhir semester atau UAS awal Desember mendatang. Kepada para mahasiswa, pria berkumis ini meminta pandangan mereka terkait program pembangunan infrastruktur andalan Presiden Joko Widodo selama tiga tahun terakhir ini memerintah sebagai Presiden Indonesia. Mereka diminta menuliskan pandangannya baik pro maupun kontra, apakah program infrastruktur selama ini sudah efektif mendorong laju roda pertumbuhan ekonomi atau tidak. Jika sudah, tuliskan pandangan positif mereka terhadap infrastruktur Presiden Jokowi. Sebaliknya jika tidak atau belum, sebutkan pandangan negatif atau kritik yang baik untuk Jokowi. Mendengar instruksi demikian ketiga sahabat di bangku belakang lantas mengangkat senyum lebar.
Loyalitas sebagai pendukung setia Presiden Jokowi sejak awal menjabat pada 2014 silam sudah barang tentu mendorong mereka untuk menuangkan pandangan positif kepada program infrastruktur Jokowi.
“Diketik apa ditulis tangan?” Pertanyaan Stevie menyembul sebelum Pak Refly selesai menjelaskan.
“Tuh dengarkan dulu.” Rayla menyorongkan pulpennya ke depan kelas.
“Tugasnya diketik ya supaya lebih rapi. Malas saya baca tulisan berantakan, bikin pusing saja.” Beberapa mahasiswa tergelitik mendengar instruksi tersebut. Nyatanya dia tipikal dosen yang malas menghadapi tulisan tak terbaca. Baginya, tulisan tak terbaca sama saja mengharap nilai buruk.
Ketiganya berpisah di lantai tiga Fisip. Christoff beringsut melangkah ke depan demi menunaikan ibadah shalat Jumat di Masjid Gang Bukit Indah persis di seberang rektorat. Rayla dan Stevie berhubung mereka perempuan, otomatis sama sekali tidak punya kewajiban shalat Jumat. Yang ada bagi dua gadis manis ini hanya kewajiban shalat Dzuhur setiap hari. Maka mereka langsung mengambil rute ke bawah, melewati loket administrasi dan ruang pimpinan lalu turun tangga ke mushola. Setiap hari Jumat mushola ini tak pernah kosong dari kehadiran mahasiswi Muslim yang hendak shalat Dzuhur dan tak pelak setiba disana, Rayla dan Stevie menemui sejumlah teman kuliahnya yang perempuan baik sesama anak HI, Publik maupun Bisnis.
“Eh kalian berdua tahu enggak caranya perempuan jadi imam? Kalau cowok ‘kan gampang biasanya tinggal berdiri sendiri di depan trus kita mengikuti.” Tanya Kinara, mahasiswi HI 2017.
“Setahuku sih imam & jamaah perempuan tetap sejajar, tinggal keraskan suara.” Stevie memberi jawaban sekenanya segera dibantah Rayla.
“Enggak deh. Mestinya imam perempuan tetap berdiri di depan, jamaah tinggal mengikuti.”
Ragu pendapat siapa yang benar, mereka memutuskan shalat munfarid saja di mushola. Kontras dengan Christoff yang kini menyembul di antara belasan shaf jamaah laki-laki di Masjid Bukit Indah begitu muadzin mengumandangkan azan pertanda khotib segera memulai khotbah Jumatnya. Selangkah dua langkah maju, ia tak kunjung mendapatkan tempat duduk. Tetapi ia juga belum sempat mengambil air wudhu, jadi ia bisa mengambilnya terlebih dahulu baru setelahnya menempati shaf yang kosong di bawah. Begitu ia duduk khotib langsung memulai ceramahnya selama sekitar 20 menit baru selepasnya menunaikan ibadah shalat Jumat berjamaah.
Christoff baru sempat menemui Rayla dan Stevie di Warung Remaja, sebuah kedai makanan murah ala kantong mahasiswa yang terletak berseberangan dengan bangunan Yayasan Unpar dan hanya berjarak satu bangunan dari Warung Bambu alias Warbam persis di depan gerbang rektorat. Dan kedua gadis ini ternyata sudah berbaik hati memesankan Christoff sepiring Mie Tek-tek Goreng seperti pesanan milik keduanya supaya tidak membuang-buang waktu lebih lama lagi. Sehingga tanpa berpikir panjang ketiganya langsung melahap porsi Mie Tek-tek Goreng itu begitu Christoff sampai di Warung Remaja. Cuaca hujan memaksa mereka cepat-cepat menghabiskan makan siangnya lantaran selepas ini mereka akan memulai perjalanan keliling kota. Kemana sajakah mereka akan pergi? Jawabannya, simaklah ulasan di bawah berikut ini.
***
Lorong tengah bus kota
Nomor tujuh yang ingin bertolak
Aku datang melintasi hujan