“Cafe Starbucks Terminal 3 Bandara Dubai”
Itu nama tempat yang pertama kali Rayla rapalkan sendiri begitu turun dari pesawat Emirates Airlines EK 355 tepat pukul satu dini hari di Terminal 3 Bandara Internasional Dubai, Uni Emirat Arab. Pesawat Airbus A380 ini tampak bagai monster raksasa memuntahkan isi perutnya di tengah malam kala ia menurunkan seluruh penumpang beserta barang muatannya. Banyaknya jumlah penumpang malam ini mengharuskan Rayla, Stevie dan Christoff bersabar ekstra dalam melangkah keluar pesawat menuju garbarata dan ruang bandara. Langkah mereka terpaksa diperlambat, membuat itu memakan waktu selama 20 menit untuk keluar pesawat. Antrian baru lengang di lorong garbarata, penumpang dapat memperlebar jarak satu sama lain dalam langkahnya menuju loket imigrasi. Di bagian inilah Stevie tersadarkan diri, teringat sesuatu. Perempuan muda yang meniti karir sebagai Guru Art ini mesti mencari tahu dimana tempat bagi penumpang untuk transfer penerbangan bagi yang masih akan melanjutkannya ke negara lain.
Seorang petugas maskapai asli orang Uni Emirat Arab menjadi sasaran empuk Stevie kali ini. Christoff dan Rayla hanya bisa membuntuti dari belakang, ikut mengawal Stevie kemanapun dia pergi tanpa menyisakan waktu untuk basa-basi.
“Excuse me madam, do you know where is the place for passengers who want to transfer and connect their flight to another destination?” Petugas perempuan Uni Emirat Arab itu mengernyitkan dahi, pertanda tak langsung memahami pertanyaan Stevie.
“I don’t really understand your words. Please repeat it one more time.” Stevie yang heran petugas itu tak mengerti ucapannya lantas kini mengulanginya.
“Where is the transferring-connecting flight place? Should I go to the transfer desk or just directly go to the gate and wait there?” Stevie mengulangi pertanyaannya memakai intonasi lebih pelan.
“Oh yes, exactly. You just need to go to the gate directly because every transfer-connecting flight ticket has been automated, so it also automated your baggage claim.” Penjelasan si petugas tadi benar-benar melegakan hati Stevie. Penerbangan transfer tidak perlu lagi melakukan check-in ulang, alias hanya tinggal langsung ke garbarata.
Otomatis Rayla dan Christoff pun tinggal perlu melakukan hal serupa, langsung berjalan ke garbarata. Tetapi sebelum sampai ke sana, mereka tetap akan datang ke kafe Starbucks Terminal 3 Bandara Dubai sebab sebagian kawannya telah menanti di sana. Ada Matthew, Fariq, Alif serta Diandra yang akan mereka temui malam ini. Tiffany juga tak ketinggalan ikut menemui di sana. Sementara Jacqueline adik kelas mereka menunggu di Kanada sebagai tuan rumah. Alhasil dengan terkantuk-kantuk tiga anak muda ini sekarang meniti langkah ke Cafe Starbucks masih di Terminal 3. Jika mereka bingung arah lokasinya kemana, mereka tinggal bertanya saja kepada petugas bandara. Bahkan tak tanggung-tanggung Matthew sudah mengirim lokasi alias send location kafenya lewat grup percakapan instan Line pada ponsel masing-masing. Itu mempermudah mereka menemukan lokasi ‘nongkrong’ dini hari ini karena hanya tinggal mengikuti petunjuk arah di ponsel.