Rayla 2.0 Side A (Catatan 2017-2019)

Rivaldi Zakie Indrayana
Chapter #34

Diplomasi Layang-Layang

Rencana berubah. Tiffany lantas saja membatalkan rencananya untuk datang langsung ke Bandung menggunakan kereta api begitu tahu ayah Rayla akan segera mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Cengkareng usai merampungkan tugas penerbangannya dari Amsterdam, Belanda hari ini. Dengan dalih kepraktisan, tanpa tedeng aling-aling gadis remaja 15 tahun ini sampai meminta Rayla agar sudi menjemput bapak di Cengkareng agar gadis keturunan Tionghoa asal Kota Hujan Bogor ini bisa lebih menghemat waktu tempuh dari rumahnya. “Coba tanya bapak dulu deh, Kak Rayla. Siapa tahu bapak memang mau dijemput di bandara.” Ujarnya lewat percakapan panggilan video Line kemarin malam. “Terus dari Bandara Soekarno-Hatta ke Bandungnya mau naik apa?” Rayla membuat Tiffany sadar belum memikirkan apa pilihan moda transportasi yang paling tepat untuk meneruskan perjalanan dari Cengkareng ke Bandung.

“Ingat-ingat Jalan Tol Cikampek sekarang macet karena lagi dibangun tol layang. Kalau naik mobil siap-siap lama, malahan bisa menginap sekalian di sekitar bandara.” Christoff menginterupsi percakapn dua gadis cantik tadi. Raut paras ayu nan rupawan mereka semakin tersadar, perjalanan menjemput bapak bisa saja justru membuahkan petaka berupa kelelahan bagi mereka apalagi ini bulan Puasa. “Tif, kalau begini mending bapak pulang sendiri saja. Toh lagian juga sudah ada kendaraan operasional maskapai yang siap mengantar ke rumah.” Christoff dan Stevie mengangguk setuju atas saran Rayla ini. Namun Tiffany justru memelas ‘mengharap belas kasihan’ Rayla agar mau bertemu di Bandara Soekarno-Hatta. “Nanti deh aku pikir-pikir dulu.” Imbuhnya mengakhiri percakapan video. Christoff dan Rayla lalu berembuk membangun diskusi di depan mushola rumah.

“Mas, si Tiffany justru malah memelas banget minta kita jemput bapak ke Bandara Soekarno-Hatta. Tapi kayak yang barusan mas bilang, jalan tol Cikampek lagi dibangun makanya macet. Jadi mending naik apa ya ke bandara?” Tanyanya yang masih mengenakan bawahan mukena. “Naik kereta api? Turun di Stasiun Gambir terus lanjut naik Bus Damri ke bandara. Atau taksi-grab. Praktis ‘kan?” Ini saran-rekomendasi yang tak terpikirkan oleh mereka sebelumnya. Naik kereta api dari Bandung ke Jakarta (Stasiun Gambir) lalu meneruskan perjalanan naik bus ke Cengkareng. “Tapi saat lagi puasa. Kuat mas?” Rayla menanyai kakaknya telak, tapi juga dirinya sendiri. Keduanya lalu terdiam saja, bingung memikirkan solusi untuk menjawab keinginan Tiffany. Buntu mencari jawaban, Rayla pun merogoh ponsel tak jauh dari sebelah paha kanan. Jemari kurusnya langsung lincah mengetikkan pesan singkat Whatsapp ke bapak. Hanya butuh beberapa menit untuk pesannya sampai ke Belanda nan jauh di Eropa sana.

“Ya sudah, enggak apa-apa kamu jemput bapak saja di bandara. Dari Bandung tinggal naik kereta api turun di Stasiun Gambir. Terus nanti lanjutkan lagi perjalanannya naik bus ke bandara. Oh iya, sekarang semua penerbangan Garuda Indonesia mau domestik apa internasional datang dan pergi di Terminal 3 Ultimate yang baru itu. Kamu naik bus saja, duduk sampai kamu turun di Terminal 3. Toh busnya juga mampir ke setiap terminal.” Tok! Akhirnya bapak setuju putra-putrinya menjemput di Bandara Soekarno-Hatta. Maka tanpa tedeng aling-aling lagi ia segera menghubungi Tiffany serta Stevie demi menyampaikan kabar baik ini. Wajah memelas Tiffany sirna seketika saja. Rayla tak lagi kuasa melihat ekspresi itu, walau hanya mereka-reka lewat panggilan telepon. “Oke deh, kalau begitu sampai bertemu di Bandara Soekarno-Hatta ya. Di Terminal 3 Ultimate yang baru itu ‘kan?” Intonasi Tiffany kini terdengar lebih bersemangat. “Ya Tif, di situ. Jangan lupa ya.” Klik. Percakapan ditutup usai mereka sanggup menghasilkan kesepakatan tentang kedatangan Tiffany.

*** 

Kacamata Stevie dalam sekejap mampu menangkap sekelebat bayangan kecil berlalu-lalang di Kawasan Silang Monas hanya kurang dari 10 menit menjelang Kereta Api Argo Parahyangan menepi di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat pukul 08.15 WIB pagi hari ini. Gerak-gerik bola mata Stevie kali ini menarik perhatian Rayla yang lalu penasaran dengan apa yang dilihat Stevie. “Eh siap-siap turun dari kereta yuk, ini sebentar lagi mau sampai. Kamu lagi lihat apa?” Ajak Rayla begitu masinis mulai memperlambat laju keretanya. “Itu di Monas kayak ada banyak orang lalu-lalang. Tapi kayaknya mereka bukan pengunjung orang lagi puasa begini. Berarti mereka siapa ya?” Pertanyaan Stevie tak langsung dijawab lantaran masinis keburu menghentikan laju kereta persis di Stasiun Gambir. Rayla langsung mengajak Stevie turun tangga menuju bus ke bandara. “Oh itu Paspampres[1] lagi apel. Pasti Presiden Jokowi mau ada acara di sini.” Kelopak mata Christoff lebih tajam. Ia sanggup mengidentifikasi sosok-sosok mungil yang tengah berkeliaran di Kawasan Silang Monas. Mereka jadi mungil karena tadi dilihat dari dalam gerbong kereta api di atas.

Masuk ke bus, ketiganya sibuk dengan gawai masing-masing kecuali Rayla. Matanya terus menatap ke arah Kawasan Silang Monas dan membenarkan pandangan kakaknya bahwa orang-orang di sana adalah para anggota Paspampres yang tengah berkegiatan. Enggan memendam rasa penasarannya lebih lama, ia lalu merogoh komputer tablet dari dalam tas ranselnya. Website Google ia buka lebar-lebar dan mulai mengetikkan nama Presiden Joko Widodo di bagian mesin pencarinya. Dan usut punya usut, ternyata memang benar hari ini Jokowi memiliki satu agenda penting yang akan ia tunaikan jua di Istana Negara. Terlebih lagi agenda itu juga sekaligus turut mengundang sesosok tamu asing dari luar negeri, yakni India. Lantas siapakah orang India yang akan bertandang untuk menemui Mantan Walikota Solo itu? Jawabannya tentu saja adalah Narendra Modi, Perdana Menteri India saat ini bersama delegasinya.

Seumur-umur, juga selama menikmati masa jabatan Presiden Jokowi hampir empat tahun belakangan ini Rayla baru pertama kali ini menyaksikan peristiwa kunjungan kenegaraan dari India. Biasanya dia paling sering mendengar berita tentang kunjungan kenegaraan dari negara-negara Barat, Timur Tengah atau Asia Timur seperti halnya kunjungan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Raja Salman asal Arab Saudi lewat setahun silam, belum lagi delegasi-delegasi Eropa. Tapi yang datang kali ini adalah Perdana Menteri India dan mungkin PM Narendra Modi juga akan berkegiatan di Monas bersama Presiden Joko Widodo. Kembali lagi ke bus bandara. Sudah hampir 20 menit ia berada di sini, tapi bus tidak kunjung berangkat. Pengemudinya saja masih berada di luar dan konon ia belum menjalankan busnya karena masih harus menunggu jadwal keberangkatan. “Penumpangnya juga mbak, ini masih butuh enam orang lagi.” Ujarnya saat diminta berangkat.

Hanya tiga penumpang yang mengisi sisa enam kursi, supir bus akhirnya menyerah. Dirinya memilih langsung berangkat ke Bandara Soekarno-Hatta mengantarkan para penumpangnya. Lagi pula menunda jadwal keberangkatan lebih lama lagi itu tidak baik, bisa membuat penumpang telat naik pesawat. Bus bergerak meninggalkan stasiun, dan belum jauh menderum rupanya bus berhenti tepat di depan gerbang masuk Istana Merdeka Jalan Medan Merdeka Utara. Polisi dan Paspampres berpakaian formal berupa jas-dasi menghentikan semua laju kendaraan yang hendak melintas di sana. Otomatis bus harus menunggu selama kurang lebih tiga menit sampai iring-iringan mobil tamu VIP melintas di depannya, hendak masuk Istana. Rupanya itu PM India Narendra Modi! Rayla terpana melihat iring-iringan kendaraan sang perdana menteri melintas di depannya. Ia sampai terburu-buru mengeluarkan komputer tablet dan merekam dengan kameranya itu.

Usai iring-iringan mobil PM Narendra Modi lewat, bus kembali melaju. Dari dalamnya, Rayla menoleh ke arah Istana Merdeka berharap dapat melihat Presiden Joko Widodo berdiri di sana. Tetapi sayangnya ia hanya mendapati barisan anak-anak penyambut PM Narendra Modi memakai baju adat daerah se-Indonesia seraya mengibarkan bendera Indonesia dan India. Bus berlalu pergi meninggalkan gerbang istana, Rayla menjadi sulit percaya dengan apa yang ia lihat tadi. Rasanya sungguh mengejutkan dan mengagumkan, baru kali ini ia menyaksikan sendiri peristiwa kunjungan seorang kepala negara asing ke negaranya sendiri secara langsung. Ini terasa seperti mimpi. Dan ia juga merasakan adanya kebanggaan yang menjalar dalam relung hatinya kini.

Sepanjang perjalanan menuju Bandara Soekarno-Hatta rasa lapar dan hausnya seakan menguap. Ia tak henti-hentinya membicarakan kedatangan PM Narendra Modi tadi bersama Stevie, serta rekaman videonya tak lupa ia sebarluaskan lewat fitur IG Story agar kawan-kawannya bisa menyaksikan. Dan Stevie, di sepanjang perjalanan ini tidak lupa menjalin komunikasi dengan Tiffany menanyakan sekarang sudah sampai mana. Adapun Tiffany menjawab dirinya baru lewat daerah Cibubur dan mungkin akan sampai di Bandara Soekarno-Hatta berbarengan dengan Stevie. Maka Stevie pun bisa lebih tenang sekaligus bahagia hingga tiba di Cengkareng nanti.

*** 

“Hufff Hhht” Tak ada hujan tak ada angin, tanpa sempat melihat mata badai menerjang walau hanya sedetik, begitu saja Stevie menghempaskan badannya ke tubuh Rayla sesampainya di Terminal 3 Ultimate. Rayla yang baru saja membenamkan kembali komputer tabletnya di tas dan beringsut melihat jadwal penerbangan di layar monitor, sontak saja kaget melihat reaksi Stevie yang seperti ini. “Lha kamu kenapa Stevie?” Beruntung jemarinya bisa cepat menangkap dan menahan tubuh Stevie sebelum ambruk lebih cepat. “Haaa, haaa, haaa, aku mendadak capek Rayla, meskipun kita baru sampai di sini & belum ngapa-ngapain.” Ditolong Christoff ia lalu memapah tubuh Stevie ke pinggir terminal, mencari tempat duduk supaya Stevie bisa merasa lebih nyaman dan semenit-dua menit mencari akhirnya mereka dapat menemukan tempat duduk yang letaknya agak mepet ke belakang, diantara ruang boarding dan counter check-in maskapai penerbangan.

Lihat selengkapnya