Rayla 2.0 Side A (Catatan 2017-2019)

Rivaldi Zakie Indrayana
Chapter #39

Menjejak Pulau Dewata dan Negeri Singa (Sepucuk Surat untuk Kawan)

Bali dan Singapura, Juni 2018 

Hi kawan, apa kabar? Bagaimana liburanmu di pertengahan tahun ini?

Ah, sederhana saja. Semoga liburanmu di pertengahan tahun ini sangat menyenangkan seperti halnya aku yang pada akhirnya dapat menjejakkan kaki untuk pertama kalinya di Pulau Dewata Bali dan tentu saja kembali lagi ke Singapura setelah sewindu lamanya tak bersua. Aku pergi mendatangi kedua tempat ini tidak mendadak juga, sebab bagaimana tidak Stevie telah mengabarkan ini jauh-jauh hari. Bahkan kurasa sebulan menjelang keberangkatan ia telah berkabar tentang perjalanan ini. Dan naluri perjalananku sontak saja bangkit seperti dialiri listrik bertenaga tinggi. Aku sangat bahagia karena akhirnya libur lebaran tahun ini bisa terasa lebih menyenangkan dibanding tahun kemarin.

Sehingga perjalananku dimulai tepat pada hari Selasa, 19 Juni 2018. Bersama Christoff, Stevie dan Tiffany aku bertolak meninggalkan kota kembang Bandung menggunakan jasa pesawat AirAsia langsung menuju Denpasar selama kurang lebih dua jam dan sampai disana sore harinya. Cuaca hujan pada kenyataannya tak menghalangi pandangan mataku mencari Pak Made, pengemudi mobil rental yang telah siap sedia menjemput sekaligus mengantarku keliling-keliling Pulau Dewata selama lima hari ini. Maka perjalanan ku awali pada sore hari itu, tepat setelah aku mendapati pesawat besar aneka ukuran milik banyak maskapai seluruh dunia di Bandara Ngurah Rai. Serta hujan masih terus mengawal jalanku hingga ke Hotel Amaris di Jalan Lebak Bene, Kuta tak jauh dari Pantai Kuta pula. Di sepanjang jalan inilah aku mulai mendapati orang-orang asing banyak berseliweran mencerminkan wajah asli Pulau Dewata.

Aku tidak pergi kemana-mana lagi selain makan malam karena sudah malam dan hujan juga.

Esoknya aku baru mulai berkeliling. Tempat pertama yang dituju adalah Pantai Kuta lantaran jaraknya yang dekat dari hotel. Aku datang kesana diekori Christoff, Stevie dan Tiffany selepas shalat Subuh pukul setengah enam pagi. Suasananya masih sangat sepi, belum ada satupun pengunjung yang datang. Namun akses jalan masuk menuju pantai tetap dibiarkan terbuka sehingga aku bisa masuk. Dan disinilah kami semua menikmati udara pagi pantai. Semilir angin tampak sanggup memanjakan diriku, walau aku sempat kaget ketika melihat sebuah pemandangan ‘aneh’ disini yakni ketika aku tahu nyatanya Tiffany hanya sebatas membungkus dirinya menggunakan kain jarik penuh corak batik. Di baliknya masih mengenakan baju tidur. Mungkin ia sengaja mengenakan pakaian begini karena buru-buru mencari pakaian luar dan enggan berlama-lama, ia memutuskan pakai jarik saja.

Lihat selengkapnya