Rayla 2.0 Side A (Catatan 2017-2019)

Rivaldi Zakie Indrayana
Chapter #43

Untuk Perempuan Pemakai Topi Merah

Lalu mataku merasa malu, semakin dalam dia malu kali ini

Kadang juga dia takut, tatkala harus berpapasan ditengah pelariannya

Di malam hari menuju pagi, sedikit cemas namun banyak rindunya

 

Kutipan lirik reff lagu “Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan” hasil gubahan band Payung Teduh itu terngiang-ngiang di telinga Rayla pada hari pertama kuliahnya di semester tiga tahun ajaran 2018-2019 ini, Selasa 14 Agustus 2018. Pagi-pagi sekitar pukul 06.45 WIB dia sudah berada di kampus. Dan kutipan lagu hits milik band asal Depok, Jawa Barat itu telah menemaninya selama kurang lebih tiga bulan terakhir ini termasuk saat liburan di Bali dan Singapura bulan Juni lalu. Sehingga tak heran lagi lagu itulah yang tak pernah absen membangkitkan ingatan akan kenangan di Bali dan Singapura tempo hari. Lalu hari pertama kuliah ini sekaligus menandakan rangkaian acara SIAP atau Inisiasi-Adaptasi baik gabungan di tingkat universitas maupun fakultas sudah usai pada minggu lalu. Artinya hari ini mahasiswa baru angkatan 2018 alias adik-adik kelas Rayla di kampus sudah mulai kuliah untuk pertama kalinya.

Tinggal ospek di level program studi yang belum dilaksanakan. Di Fisip, sesuai tradisi yang telah dianut sejak lama ospek prodi baru akan berlangsung di tengah-tengah semester biasanya mepet-mepet sebelum atau setelah UAS termasuk prodi Hubungan Internasional itu sendiri. Setali tiga uang seperti pengalaman Rayla tepat setahun lalu, rangkaian acara Meeting Day for the Students of International Relations alias MIDDLE sudah dimulai dari awal September sampai berakhir secara resmi di penghujung bulan yang sama. Selepas itu biasanya akan langsung mulai ujian tengah semester atau UTS ganjil. Itu tahun lalu. Tahun ini, desas-desus yang beredar menyebut rentang waktu penyelenggaraan ospek prodi HI masih setali tiga uang dengan yang telah lalu. Hanya saja, untuk rangkaian acara MIDDLE tahun ini Rayla memilih tidak bergabung sebagai panitia karena enggan merasa letih di sela-sela perkuliahan. Christoff dan Stevie turut memutuskan hal senada. Sehingga di semester ini dia akan lebih full menjalani kuliah.

Kembali lagi ke kampus. Menjelang pukul tujuh pagi suasananya masih sepi. Belum banyak orang datang ke sana, bahkan dosen kelas pertama hari ini saja juga belum tiba. Tidak tanggung-tanggung ia sudah menempelkan secarik pengumuman di daun pintu kelas memberitahu bahwa kelas Metodologi Ilmu HI hari ini baru akan dimulai jam setengah delapan. Kelas dimulai masih lama, Rayla memutuskan mencari Stevie di sekitar gedung Fisip. Tempo hari ia sudah kasih tahu, mayoritas jadwalnya selalu berbarengan. Yang berbeda hanya terletak di hari Kamis jam 10. Kalau jadwal Rayla kosong, maka pada hari itu Stevie akan mengikuti kuliah Komunikasi Internasional.

Baru naik satu tingkat ke lantai lima tempat aula terletak, tahu-tahu dia menemukan teman dekatnya itu sedang duduk ngampar di lantai. Wajahnya serius menatap layar komputer tablet di atas paha kanannya sedang paha kiri tetap menapak ke lantai. Jemari tangan putih Stevie pun tampak asyik menggambar sesuatu di layar komputer tablet Samsung itu pun. Rayla yang sekonyong-konyong penasaran Stevie sedang menggambar apa lantas mendekat agar bisa menyapa. Namun belum juga sempat menyapa, tahu-tahu anak perempuan sulung tiga bersaudara ini menyorongkan komputer tabletnya kepada Rayla. Tangan gadis cantik penyuka band Peterpan/Noah ini sudah berhenti menggambar. Ia lalu menunjukkan gambar itu pada Rayla sendiri. “Kemarin malam sebelum tidur aku kepikiran ingin bikin logo grup pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin. Makanya tadi pagi sambil sarapan juga waktu lagi OTW ke sini, aku sibuk coret-coret gambar di sini terus jadi deh gambar Jokowi-Ma’ruf Amin di gelas kopi. Sesuai nama grup, ‘kan kamu sendiri yang bikin. Gimana, cocok enggak?” Pamernya panjang lebar.

Rayla menatap gambar Stevie dalam-dalam. Diikutinya setiap tarikan garis di sekujur gambar. Wajah Presiden Joko Widodo dan Calon Wakil Presiden Ma’ruf Amin di permukaan air kopi paling menarik perhatiannya. Apalagi Stevie menggambarkan wajah pasangan calon petahana ini di dalam kopi Cappucino. Kelezatan aroma khasnya merangsang pikiran Rayla untuk segera mengatakan logo ini bagus. “Cocok banget Stev, gambarnya bagus. Aku suka nih, sok kamu langsung screenshot saja terus pasang jadi foto profil grup ya.” Tanpa basa-basi Stevie segera menuruti instruksi Rayla yang tercermin dari senyumnya itu. Alhasil hanya butuh sekejap, foto profil grup “Dukuh Kopi Harum” telah terpasang sekaligus menandakan terbitnya logo resmi mereka.

Pukul setengah delapan tepat, dosen Metodologi Ilmu HI datang ke kelas. Jumlah mahasiswa yang menunggu di dalamnya sudah lebih banyak ketimbang tadi dan ia pun lantas memulai kelasnya. Dosen itu jelas Mas Moel. Dan Topik-topik seputar materi kuliah yang baru ia perkenalkan hari ini termasuk isu-isu politik kekinian bisa dikemas dengan begitu apik, sederhana dan lucu sehingga mudah dipahami. Materi-materi mata kuliah ini yang mayoritas memiliki sangkut-paut erat dengan teori pemikir ilmu HI pun mulai dikenalkan memakai gaya seperti tadi sampai-sampai kuliah selama satu jam tidak terasa begitu cepat berlalu. Beliau lalu mengakhiri kelasnya tepat pukul 08.45 WIB.

Begitu juga dengan mata kuliah Organisasi Internasional bersama Dosen Mbak Riffany. Sore harinya pada pukul empat, selain membahas apa saja materi yang bakal dipelajari selama satu semester ke beliau sudah membahas agenda presentasi yang semuanya akan dilaksanakan setelah UTS nanti. Termasuk tugas-tugas yang akan diberikan saat beliau harus pergi keluar kampus akibat ada keperluan yang sama sekali tidak bisa ditinggalkan untuk beberapa pekan ke depan. Kemudian beliau langsung meminta para mahasiswanya untuk segera membentuk kelompok. Dan mumpung satu kelas bersama Stevie juga Christoff, maka tak ayal lagi Rayla segera mendapuk mereka jadi anggota kelompoknya. “Satu lagi Ray, kita masih kurang. Ini sekelompok harus berempat.” Titah Stevie ditanggapi Mbak Riffany langsung. “Ya pastikan kalian sudah berempat ya. Jangan sampai ada yang ketinggalan ya.” Tuturnya seraya tersenyum.

“Kecuali ada yang belum kebagian kelompok dan jumlah anggotanya sampai harus lebih dari empat, that is very ok. Paling tidak ada satu atau dua kelompok yang punya lima sampai enam anggota.” Tutupnya ketika semua kelompok di data, dan Rayla kini telah merekrut Difa, seorang lelaki sawo matang dengan tubuh yang agak sedikit lebih tinggi darinya di satu kelompok. 

*** 

Lihat selengkapnya