Rayla 2.0 Side A (Catatan 2017-2019)

Rivaldi Zakie Indrayana
Chapter #54

Regen op Buitenzorg

Aku ingin berjalan bersamamu, dalam hujan dan malam gelap

Tapi aku tak bisa melihat matamu

Aku ingin berdua denganmu, di antara daun gugur

Aku ingin berdua denganmu

Tapi aku hanya melihat keresahanmu

 

-       Payung Teduh, Resah

 

Malam begitu indah berseri menawarkan kedamaian bagi hati Rayla yang rasanya baru terlelap beberapa jam lalu setibanya di rumah kerabat dari sahabat baiknya usai menempuh perjalanan jarak menengah dari Bandung menuju ke Kota Bogor, Jawa Barat menggunakan kereta api via Stasiun Gambir Jakarta. Alunan lagu “Resah” karya band Payung Teduh kembali terngiang di benaknya usai terhenti beberapa jam sejak ia tidur tadi, sekaligus kembali mengingatkannya pada perjalanan yang tadi ia tempuh seusai merampungkan kelas pengganti Mata Kuliah Ekonomi Politik Internasional. Perjalanannya naik kereta api Bandung-Bogor melalui Jakarta terasa begitu syahdu kali ini, lantaran alangkah beruntungnya ia, hujan turun mengguyur deras tatkala Kereta Api Argo Parahyangan menempuh perjalanan menuju ibukota. Dan sambil menikmati pemandangan yang tersaji di pinggir rel kereta sepanjang perjalanan, Rayla yang belakangan ini sedang suka dengan lagu Payung Teduh memutarkan lagu tadi berkali-kali. 

Versi yang ia putar terdiri atas versi original dari Payung Teduh itu sendiri dan cover instrumental dari orang lain di kanal Youtube. Berulang kali, telinganya tidak pernah kenal bosan mendengar gubahan lagu berinstrumen musik akustik tersebut semakin menambah kesyahduan perjalanannya dari Bandung ke Bogor kali ini. Ia benar-benar menikmati ini semua. 

Kembali lagi ke kamar tidur.

Jarum jam di meja belajar Tiffany sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. Artinya hanya butuh waktu selama kurang lebih satu jam lagi untuk sampai masuk waktu adzan Subuh berkumandang. Malam pun jadi terasa singkat walau seumur-umur Rayla merasa itu selalu panjang. Ditambah lagi tidur lelapnya pada malam ini, membuat malam yang tadinya sudah terasa singkat jadi semakin lebih singkat lagi. Menyadari masih ada sisa waktu sampai menjelang fajar, Rayla merebahkan lagi badan kurusnya di atas tempat tidur dan menyandarkan kepalanya ke bantal. Badannya pun dimiringkan 90 derajat ke kiri, mendapati sepasang anak gadis sebayanya masih terlelap. Mata mereka terpejam rapat-rapat, hembusan nafasnya terdengar menderu sampai bisa meniupkan rambutnya sendiri. Mereka adalah Stevie dan Tiffany. Rayla tersenyum simpul mendapati pemandangan begini. Dalam hatinya, sekejap telah menjalar rasa bangga bisa memenuhi keinginannya sendiri malam ini. Rasanya bisa mampir ke rumah Tiffany di Bogor saja sudah senang.

Adapun rasa itu timbul dari keinginan Stevie beberapa bulan lalu. Seumur-umur jadi sepupu dekat, rasanya ia sama sekali belum pernah mampir menginap di rumah Tiffany. Hanya Tiffany yang rajin datang mengunjungi kota kembang Bandung setiap kali tiba libur sekolah. Namun Stevie belum pernah sehingga timbul rasa tidak enak dalam hatinya. Alhasil selama menjalani perkuliahan di HI satu tahun terakhir ini, berulang kali ia mencoba memperhitungkan tiap-tiap detail rencana kalau singgah ke Bogor termasuk soal waktu. Berulang kali pula ia selalu saja gagal mewujudkan rencananya membalas kunjungan Tiffany karena masalah waktu. Hingga akhirnya ia berhasil mewujudkan rencana tadi pada hari ini walau lagi-lagi ia menemui banyak halang-rintang. Ditiadakannya sejumlah kelas kuliah pada akhir Oktober lalu membuat dosen mesti mengadakan kelas pengganti. Dan rata-rata semuanya diadakan pada hari Jumat termasuk kelas Ekopolin kemarin. Itu jelas membuat Rayla, Stevie dan Christoff menjadwal ulang keberangkatan kereta apinya yang semula siang hari menjadi sore hari. Akibatnya, jadilah ketiga sekawan ini tiba di Stasiun Gambir Jakarta pada malam harinya.

Dan mereka dijemput Tiffany sendiri beserta kakaknya ‘tuk teruskan perjalanan ke Bogor. Tiba di Kota Hujan, mereka langsung disambut bermangkok-mangkok Soto Mie buatan Tante Yenny, ibunda Tiffany. Aromanya yang amat menyengat serta hangatnya citarasa kuah menggugah selera yang belum makan. Maka tanpa tedeng aling-aling mereka langsung saja mengudapnya sampai habis, bahkan menambah kira-kira sampai dua kali saking enaknya.

“Sok, mangga silahkan tambah saja. Enak lho, ini wajib dicoba mumpung kalian lagi di sini. Habisnya kapan lagi kalau enggak hari ini?” Tante Yenny tidak keberatan tamunya menambah makan lagi. Lepas makan malam Rayla dkk mandi secara bergiliran sebelum terlelap tidur di kamar yang sudah disediakan. Rayla dan Stevie memilih bersama Tiffany di kamarnya, paling belakang sedangkan Christoff di kamar sebelah.

Lewat pukul empat pagi.

Lihat selengkapnya