Seminggu berlalu, seminggu sudah pula libur semester ganjil tahun akademik 2018-2019 berjalan. Artinya semua aktivitas perkuliahan di semester tiga telah usai, tinggal menanti bermulanya semester baru. Untuk sekarang Rayla hanya perlu merilekskan pikirannya setelah satu semester penuh menjalani perkuliahan. Atas saran ibunya, juga sesuai arahan kurikulum prodi HI Unpar, selain rebahan Rayla turut memanfaatkan libur panjang kali ini dengan membaca lagi alur mata kuliah dalam kurikulum prodinya untuk menentukan mau mengambil mata kuliah apa saja di semester depan terlebih lagi di sepanjang tahun 2019 kelak ia wajib mengambil mata kuliah peminatan bidang serta kawasan. Program studi HI menawarkan sebanyak empat rumpun peminatan bidang yang populer di kalangan mahasiswa-dosen dengan sebutan kelompok bidang ilmu atau KBI. Keempat KBI tersebut terpecah ke dalam topik politik dan keamanan internasional, ekonomi-politik internasional, rezim dan organisasi internasional serta media budaya masyarakat.
Masing-masing KBI memuat dua mata kuliah. Mahasiswa bebas memilih KBI mana saja, namun tentu saja wajib mengambil mata kuliahnya dan Rayla sendiri cenderung ingin memilih KBI 3 tentang rezim dan organisasi internasional. Alasannya sederhana saja, ia mendadak jatuh hati dengan mata kuliah Kepemimpinan Global yang isinya banyak membahas karakter pemimpin dunia. Berarti tidak menutup kemungkinan Presiden Joko Widodo bakal masuk jadi topik pembahasan materi mata kuliah ini. Christoff pun sama terpikatnya dengan mata kuliah ini seperti sang adik. Untuk itu ia juga memutuskan akan mengambilnya bersama sang adik sedangkan Stevie dengan berat hati terpaksa mengakui harus pisah jalan karena perbedaan pilihan KBI-nya. Sekitar tiga pekan lalu saat acara sosialisasi KBI, Stevie bilang sendiri kepada Rayla bahwa dirinya merasa sangat tertarik menjadikan lagu Noah sebagai bahan skripsinya kelak. Rayla yang mendengarnya hanya bisa mengerutkan dahi. “Maksudnya gimana tuh? Memangnya ada lagu Noah versi bahasa asing?”
“Ya belum tahu sih, aku juga masih belum kebayang mau membahas apa secara spesifiknya. Tapi yang jelas sih aku bakal mencoba menghubungkan ini ke diplomasinya Jokowi. Jadi gampangnya tema skripsiku nanti begini, “Lagu Noah sebagai instrumen diplomasi Indonesia di era Presiden Joko Widodo.” Diplomasi ke negara mana, lihat saja nanti deh.” Ternyata Stevie sudah begitu visioner, mampu berpikir jauh ke depan tentang skripsinya secara agak spesifik. Rayla saja masih tergagap-gagap menentukan topik skripsinya, walau hatinya sudah mensinyalir topiknya takkan jauh-jauh dari Presiden Jokowi bermodal kecintaannya terhadap beliau akhir-akhir ini. Stevie pun sejatinya masih ingin membahas Presiden Jokowi dalam skripsinya walau berbeda KBI. “Kalau bahas lagu Noah berarti kamu KBI 4 Stev.” Imbuh Rayla waktu itu.
Rampung membicarakan pilihan KBI, Rayla beranjak dari dipan kamarnya menuju pintu dengan begitu energik. Kakinya mendadak lincah menari-nari di lantai rumah, bergerak ke arah kamar mandi belakang untuk segera membersihkan diri. Keluar kamar mandi kurang dari setengah jam berselang, gelagatnya masih sama. Ia tetap menari-nari seenergik tadi pertanda hatinya sedang girang. Kegirangannya itu bersumber dari peristiwa yang ia saksikan di media massa kemarin sore dimana akhirnya Pemerintah Indonesia di bawah Presiden Joko Widodo berhasil merampungkan negosiasi dengan Freeport. Setelah memakan waktu bertahun-tahun hampir sepanjang periode Jokowi, akhirnya PT. Freeport Indonesia setuju melepaskan 51% sahamnya kepada Pemerintah Indonesia untuk selanjutnya dimiliki Indonesia sendiri. Pimpinan Freeport telah menandatangani nota kesepakatannya bersama Presiden Jokowi, Menteri ESDM[1] Ignasius Jonan, Menteri BUMN[2] Rini Soemarno, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Lingkungan Hidup-Kehutanan Siti Nurbaya dan sejumlah pejabat terkait lainnya. Rayla sendiri tidak kalah girangnya mendengar keputusan ini. Menurutnya, keberhasilan negosiasi ini bakal menyumbang dampak baik terhadap kinerja Jokowi di setahun terakhir masa jabatannya. Status beliau sebagai Presiden Petahana mampu diperkuat dengan keberhasilan negosiasi ini.
Saking senangnya, seperti biasa ia menyebarkannya di fitur Instastory juga teman-temannya di grup pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin. Mereka semua menyambut baik kabar gembira dari Presiden Jokowi melalui Rayla kali ini, menganggapnya sebagai hadiah natal dan tahun baru 2019.
Kembali ke kamar depan. Di depan lemari baju ia kini sibuk memilah serta memilih baju terbaik yang ingin dirinya kenakan hari ini. Kemeja flanel kotak-kotak hijau dan biru masih jadi primadonanya sudah sangat sering memakainya. Dipadukan dengan celana katun cokelat muda serta kaos kelabu, ia mengenakan semua itu menutupi mayoritas bagian tubuhnya sekaligus pertanda ia siap pergi menghadiri acara kumpul-kumpul reuni bersama kawan sekelas SMA-nya di Kafe Delapan Padi, Jalan Dipatiukur Bandung. Tempat yang tergolong masih baru ini dipilih berdasarkan kesepakatan bersama mereka tempo hari. Kebanyakan mereka menyatakan bisa hadir kecuali Andra yang entah mengapa akhir-akhir ini jarang muncul. Rayla tak bisa menanyai di grup kelas karena merasa tidak enak hati. Mungkin lebih baik bertanya langsung di kafe nanti.
“Siapapun yang datang duluan nanti sebut meja pesanannya atas nama Natalie ya.” Rayla hanya tinggal menuruti instruksi mantan ketua kelasnya itu di grup. Ia menyebutkan nama pemesannya kepada petugas restoran dan berhasil mendapatkannya walau tadi sempat nyaris salah. Dan ia menunggu seorang diri terlebih dahulu. Satu sampai dua menit, awalnya belum ada yang datang. Lewat lima menit baru Diandra datang bersama Alif. Lalu ada Natalie dan Matthew yang menyusul berselang lima menit sehingga jadilah mereka mengobrol terlebih dahulu. Selain saling bertukar cerita tentang pengalaman kuliah di kampus masing-masing, sejak awal kedatangan tadi berulang kali Rayla celingak-celinguk ke arah pintu depan kafe. Matanya memperhatikan siapa saja pengunjung yang datang secara detail. Tanpa harus bilang ia sudah tahu alasan pastinya, mencari Andra yang entah akan datang atau tidak walau akhirnya ia memilih bertanya langsung ke Natalie.