Rayla 2.0 Side A (Catatan 2017-2019)

Rivaldi Zakie Indrayana
Chapter #68

Menyelesaikan Setengah Perjalanan

“Oke ya Rayla, sekarang kamu sudah masuk kuliah di HI Unpar. Setelah ini perjalanan kamu juga Christoff bakal panjang dan kamu tetap harus berupaya sekuat tenaga karena dua tahun pertama ini bakal menentukan dua tahun selanjutnya. Artinya kalau kinerja kuliahmu bagus, kamu bakal cepat lulus. Tapi kalau sebaliknya, ya kelulusan kamu bisa jadi lebih lama. Makanya berusahalah sebaik mungkin ya.”

Nasihat lama ibu tadi kembali terngiang di sekujur celah dalam benak Rayla pukul tiga dini hari ini. Lengannya yang terasa sebesar sasak hanya bisa ia gunakan untuk menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Usai bangun tidur menjelang waktu sahur pada pekan kedua bulan puasa 2019 ini, ia mencoba mencerna pikirannya secara lebih dalam lagi. Dua tahun pertama kuliah akan sangat menentukan dua tahun sisanya. Kalau prestasinya baik maka akan lebih memudahkan cepat lulus. Kalau kurang itu akan mempersulit kelulusan secara cepat. Dan tanpa terasa hari ini ia sudah nyaris menggenapi dua tahun pertama masa kuliahnya dengan baik. Mayoritas nilai yang diraihnya selalu baik sekaligus memuaskan. Indeks prestasi entah semester atau kumulatif dari semester-semester terdahulu pun setali tiga uang, sama baik dan memuaskan.

Artinya Rayla akan lulus kuliah dengan mudah dan cepat nanti. Jika bisa cepat ia akan segera lulus kuliah hanya dalam waktu tiga setengah tahun sebagaimana tren yang banyak dialami mahasiswa kekinian ini. Kalaupun harus lebih, paling tidak ia bisa memparipurnakan masa kuliahnya hingga empat tahun atau menyesuaikan standar sebagian mahasiswa di banyak kampus. Tanpa terasa pula waktu begitu cepat berlalu. Ia bisa menghela nafas lega usai tahu dirinya bisa se-survive ini hingga dua tahun pertama masa kuliahnya berhasil dilalui. Kadung terjaga dari lelap tidurnya semalam, ia pun memutuskan bangun saja. Disibaknya selimut tebal bermotif sepasang angsa tengah berenang di telaga penuh teratai memperlihatkan bawahan mukena pink yang ternyata belum ia lepaskan sejak semalam. Enggan melepasnya karena kepalang tanggung, Rayla pun memutuskan tetap mengenakannya sebagai pengganti daster atau sarung.

Lumayan manjur untuk menutupi bagian kaki jenjangnya.

Keluar dari kamar tidur, ia langsung mendapati ibu sudah asyik mengudap makanan sahur. Sepotong piring bermuatan nasi dilengkapi lauk-pauk berupa gudeg Yogya ada di genggaman tangannya sejak 10 menit lalu. Melihat putri bungsunya sudah terjaga ia langsung segera menyuruh dia agar ikut mengambil kudapan sahur yang sama. Tanpa basa-basi lebih panjang lagi ia langsung saja mengambil kudapan sahur dengan komposisi dan porsi yang sama seperti ibu. Berselang sejenak ia sudah duduk di samping sang ibu. Kakaknya, Christoff baru menyusul tujuh menit setelah dia. Menduduki sofa, di hadapan matanya sendiri ia langsung saja ikut melahap tayangan berita terkini.

Akhirnya usai sembilan bulan bertarung, Ketua KPU-RI Arief Budiman mengetok palu tengah malam ini jua. Dini hari tanggal 21 Mei 2019 ini, setelah satu bulan menjalani proses rekapitulasi KPU menyelesaikannya jua. Hasil yang diperoleh pun menyamai hasil hitung cepat atau quick count sebulan lalu. Pasangan calon petahana Joko Widodo-Ma’ruf Amin yang diusung Koalisi Indonesia Kerja unggul alias menang Pilpres 2019 dengan perolehan suara 55,50% atas pasangan calon penantang Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang diusung Koalisi Adil-Makmur dengan perolehan suara 44,50%. Artinya cita-cita, harapan sekaligus impian Rayla selama ini telah tercapai. Jokowi sang tokoh idola berhasil mempertahankan kursi Presiden untuk masa jabatan keduanya kelak. Dan Prabowo harus rela menelan kekalahan dari Jokowi untuk kedua kalinya seperti 2014 lalu. Tercapainya keinginan Rayla ini sekaligus menjadi simbol dari nasihat lama ibu yang tadi sempat terngiang-ngiang nyaring di relung kepalanya. Dua tahun pertama menentukan dua tahun sisanya.

Selain untuk kuliah, nasihat lama tadi rasanya juga cocok digunakan untuk mimpinya melihat lagi Jokowi dilantik sebagai Presiden Indonesia. Dua tahun kemarin sejak ia pertama kali masuk kuliah pada 2017 hingga sekarang mengakhiri semester lima pada pertengahan 2019 seolah-olah turut menjadi penentuan apakah Jokowi bisa menang lagi atau tidak. Sambil menikmati masa kuliahnya yang juga tidak kalah indah, bersama semua teman sesama pendukung Jokowi ia terus mengerahkan harapan serta usaha terbaik supaya keinginannya itu terijabah. Tingkat kepuasan warga terhadap kinerja Jokowi sepanjang periode 2014-2019 terus berbanding lurus dengan elektabilitasnya yang tinggi tak serta merta membuatnya cepat berpuas diri. Ia terus mengawasi jalannya pemilihan presiden hingga KPU mengesahkan hasil rekapitulasi hari ini.

Kegelisahan tentang nasib Jokowi yang kerap kali merundungnya selama dua tahun terakhir ini bisa ia hempaskan begitu saja terhitung mulai sekarang. Tinggal outlook mengenai kinerja beliau bersama Calon Wakil Presiden Ma’ruf Amin sepanjang periode berikutnya yang akan dan harus Rayla ikuti. Seraya mengudap makanan sahur, dalam benaknya ia sekaligus berpikir bahwa dengan selesainya proses rekapitulasi kali ini maka harus selesai pula semua ketegangan atau gesekan politik yang telah membelah warga selama ini. Toh para elit politik yang hadir sebagai perwakilan masing-masing pasangan calon juga sudah berpelukan erat di KPU semalam dan mendadak Rayla merasa hatinya gadang. Ia bersorak penuh kemenangan besar kali ini.

Namun seiring hari beranjak siang, ternyata tak semua pihak bisa langsung menerima keputusan ini. Banyak dari mereka terutama di kubu yang masih belum percaya harus menerima kekalahan melayangkan protesnya kepada KPU dan Bawaslu saat Rayla sedang di kampus guna mengikuti ujian akhir semester untuk mata kuliah Analisis Kebijakan Luar Negeri. Mereka melayangkan protesnya lewat cara mendatangi langsung Kantor Bawaslu di Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat. Awalnya orang-orang itu hanya terdiri atas formasi perseorangan. Tetapi lambat laun bertambah dan terus bertambah semakin banyak menjadi kerumunan massa. Usai kerumunan massa ini terbentuk sedemikian besar barulah Rayla juga banyak orang seluruh Indonesia bisa memahami apa yang sesungguhnya akan terjadi: Protes guna menolak Hasil Pilpres 2019.

Walau aksi unjuk rasa sudah dijamin pun diperbolehkan undang-undang, namun itu tidak serta-merta memberi jaminan keamanan. Potensi kerusuhan sangatlah besar, setali tiga uang dibanding kerugian material serta medis. Apalagi tanggal berlangsungnya aksi penolakan hasil Pilpres kali ini juga jatuh bertepatan dengan peringatan 21 tahun Reformasi 1998. Pasti ada kekhawatiran besar tentang terulangnya kerusuhan zaman zaman segitu terutama bagi mereka yang pernah jadi target bahkan korban semasa kerusuhan 1998 melanda tanah air. Hal demikian tentu membuat Rayla tidak bisa tinggal diam apalagi saat ini bapak sedang tidak di rumah. Beliau sedang pergi menjalankan tugas penerbangannya ke tiga kota berbeda negara sekaligus yakni Jeddah-Arab Saudi, Tokyo-Jepang dan terakhir Amsterdam-Belanda. Beberapa hari terakhir ini beliau pasti harus ada di Jakarta.

Memastikan Stevie dan Tiffany aman, kini Rayla hanya tinggal perlu menghubungi bapak guna menanyakan apakah beliau sempat pulang ke Bandung atau tidak. Malahan kalau perlu sekalian saja batalkan penerbangan yang belum terlaksana mengingat ancaman keamanan di Jakarta kini telah mencapai level tertinggi. Dan ketika dihubungi, bapak mengatakan dirinya sama sekali tidak bisa pulang ke Bandung terlebih dahulu. Waktunya sangat mepet, hanya ada jeda dua hari untuk istirahat sebelum melanjutkan penerbangan selanjutnya ke Amsterdam, Belanda. Bapak baru akan bisa pulang ke Bandung menjelang hari lebaran nanti. Alhasil Rayla jadi tak kuasa membiarkan ayahnya tetap bertahan di Jakarta di tengah-tengah masa genting ini.

Lihat selengkapnya