Getaran singkat dialami ponsel Rayla hari Sabtu pagi ini kendati adzan Subuh belum juga berkumandang. Dari kasur dirinya beranjak dan matanya ia usap secara perlahan memakai tangan kanan. Lalu masih dalam bekapan kegelapan kamar, ruas jemari kirinya menyambar ponsel di meja belajar sebelah kasur dan dirinya mendapati secarik pesan singkat berbahasa Belanda merasuki ponsel.
“Vriends, niet vergeten ja vandaag ik wachte jullie op ‘Warung Misbar’ Restaurant. Dat ist gelegen op Riau Staart. Het jullie weten dat?[1]” Rayla tercenung kala dirinya sadar disasar serangan fajar Bahasa Belanda. Mengapa temannya berani mengirim pesan Bahasa Belanda secara terang-terangan? Lantas apa tujuannya ia menanti di Warung Misbar?
“Aku enggak mengerti Nat. Bisa pakai Bahasa Indonesia enggak?” Protes Dessna namun sekaligus mengumpulkan lagi kesadaran Rayla.
“Dit is de eerste bijeenkomst van onze kracht op dit jaar[2] .”
Mufakat usil Natalie membuat sedikit anak kesal dan berang. Mereka mem-bully Natalie secara beruntun. Namun Rayla memilik tak menuruti langkah kawan-kawannya. Ia membaca pesan singkat Natalie dengan teliti lalu mengerahkan kemampuannya menerjemahkan pesan itu.
Barulah seisi grup angkatan menghempas nafas lega usai Rayla angkat bicara tentang arti kata-kata Natalie. Malah banyak di antara mereka yang baru ingat jua menyadari apabila hari Sabtu ini, Natalie, Donny dan Monica hendak mengadakan acara pertemuan pertama angkatan mereka di SMA. Pun pernah mereka menceritakannya setelah masa orientasi sekolah dulu. Rayla tentu saja berkeinginan menghadiri acara tersebut dan oleh karena itu, ia menceritakannya pada ibu. Beliau memberi lampu hijau pada Rayla, pun begitu dengan bapak. Lalu ia beranjak meninggalkan kasurnya menuju kamar mandi agar bisa mengambil air wudhu dilanjut shalat Subuh dua rakaat.
vvv
Navigasi jarum jam tangan mempertontonkan waktu pukul 09.30 WIB hari ini. Cuaca cerah mendorong langkah Rayla hingga ke teras Warung Misbar pada masih relatif sepinya suasana restoran. Dan langkah Rayla tercegat kurang dari 50 meter di depan pintu masuk. Suaranya lenyap bak ditelan keramaian Jalan Riau dalam sekejap sedang kakinya seolah melemas karena ia melihat Stevie hadir di sana lebih dulu. Jelas Stevie tidak datang seorang diri, melainkan ia didampingi seorang gadis remaja hampir sebayanya di sebelah kiri. Rayla merasa seperti pernah melihat gadis itu di facebook, namun dirinya sama sekali tak tahu nama gadis tersebut.
Gugup mendera jiwa Rayla tepat di depan gedung Warung Misbar. Hendak dirinya berkenalan dengan gadis remaja di sebelah Stevie, namun detak jantungnya mendebur kencang. Ia berpikir lebih dari dua kali demi mencari cara agar tak gugup mendekati dua gadis di hadapannya. Gugup mendera jiwa Rayla tepat di depan gedung Warung Misbar. Hendak dirinya berkenalan dengan gadis remaja di sebelah Stevie, namun detak jantungnya mendebur Hingga, Rayla memutuskan biar dirinya menyapa Stevie terlebih dahulu sebelum nanti berkenalan dengan sosok baru tak jauh darinya. “Hi Stev, tumben sudah datang. Kamu datang bareng siapa?” Sergah Rayla memecah kegugupan. “Eh, hi juga Rayla. Iya dari tadi aku sudah datang kok. Ini sepupuku dari Bogor, namanya Tiffany.” Fiuhhh... Akhirnya kegugupan Rayla pecah jua.