Sebuah sepeda motor berhenti tepat di depan Rumah Rayla ketika seorang pria berjaket oranye mengeremnya secara perlahan.
“Surat!!!” Teriak Pak Pos singkat ketika Rayla baru saja selesai melaksanakan Shalat Isya berjamaah. Di halaman rumah dirinya menerima dua pucuk surat sambil membubuhkan tanda tangan pada lembar tanda terima sebelum akhirnya Pak Pos pergi meninggalkan rumah. Alangkah terkejutnya Rayla tatkala ia membaca nama pengirim dan alamat yang tertera di amplop, Khansa dari Belanda dan Fasya dari Tiongkok.
“Nak, siapa yang mengirim surat ini?” Tanya bapak tatkala ia melihat putri bungsunya sedang menggenggam surat.
“Ini pak, tumben Khansa sama Fasya kirim surat dari Belanda sama Tiongkok. Sekarang kan era teknologi modern, cerita-cerita soal pengalaman di luar negeri bisa lewat e-mail atau aplikasi media sosial lainnya.” Sambil menjawab Rayla mengutarakan rasa penasarannya terhadap dua surat tersebut.Usai menyobek amplop ia pun mulai membaca surat dari Khansa yang bercerita bahwa Khansa telah tinggal di Belanda selama dua bulan lengkap dengan ibadah puasa yang pertama kali ia jalankan di sana. Kurang lebih begini bunyi suratnya:
Amsterdam, 30 Agustus 2014
Buat sahabatku, Rayla, Di Bandung
Assalamu’allaikum Wr. Wb.
Halo Rayla, apa kabar sekarang? Gimana, kamu sehat-sehat saja kan di Bandung juga bapak-ibu sama Mas Chris? Semoga baik-baik saja ya.
Alhamdulillah, sampai hari ini enggak terasa aku sudah dua bulan tinggal di Belanda setelah kemarin terbang jauh naik pesawat Garuda Indonesia dari Jakarta. Aku berangkat bareng papa-mama Hari Sabtu malam tangal 21 Juni 2014 jam 23.10 WIB. Oh iya, waktu pesawatnya sudah lepas landas aku baru sadar kalau aku berangkat di tanggal ulang tahunnya Jokowi. Dalam hati, aku berharap semoga Jokowi bisa terpilih jadi Presiden Indonesia ke-7 di umur 53 tahun. Ternyata harapan aku juga kamu terkabul sebulan setelah aku sampai.
Bulan puasa tahun ini kebetulan banget jatuh waktu Belanda lagi summer atau musim panas. Kamu pasti tahu sendiri kan, kalau puasa waktu lagi musim panas bisa sampai 19 atau 20 jam sendiri. Contoh, kita sahur jam 03.00-04.00 (sama kayak di Indonesia) terus buka puasa jam 21.00-22.00. Semula aku sempat ragu mau puasa. Tapi setelah mencoba di hari pertama, Alhamdulillah puasaku lancar jaya terus kalaupun harus enggak puasa, paling kalau hanya ada halangan.
Selama sebulan pertama di Belanda, aku sibuk mendaftar ke beberapa SMA yang ada di sini. Beberapa SMA yang kira-kira cocok, aku datangi bareng mama. Dari sejumlah SMA di Amsterdam, akhirnya aku memilih satu terus langsung daftar. Enggak cuma itu, berita tentang perkembangan Pilpres juga aku ikuti terutama soal Jokowi. Di sini aku yakin, Jokowi-JK bakal menang Pilpres dan ternyata betul. Sebagian besar rakyat Indonesia di Belanda percaya sama Jokowi-JK.