Rayla

Rivaldi Zakie Indrayana
Chapter #19

Tapos

Sekolah Rayla sudah disibukkan lagi dengan satu agenda kegiatan penting pada bulan Januari ini tepat saat siswa-siswinya masih belum lama masuk. Para pengurus OSIS, di sela-sela kegiatan belajar dan mengajar kini sibuk melewati hiruk-pikuk menjelang acara sharing dari salah seorang narasumber yang rencananya bakal mengangkat tema mengenai kejujuran. Lantas siapakah sosok narasumber yang sebenarnya? Kita lihat nanti.

           Beberapa hari terakhir ini Pak Ja’far sebagai ketua pembina OSIS sering mengadakan rapat koordinasi dengan pengurusnya demi mempersiapkan acara narasumber tersebut hingga ke detail-detailnya. Semua siswa kelas 10 dan juga kelas 11 dilibatkan menjadi panitia sementara kelas 12 akan terlibat sebagai peserta bersama sebagian anak SMP. Penyelenggaraan ini turut menjadi kesempatan bagi anak-anak yang belum menjadi anggota OSIS termasuk Rayla dikarenakan pada semester lalu ia tak mengikuti LDK secara penuh. Terlebih lagi ada rasa trauma yang sejak itu bersemayam cukup lama di benaknya. Ia berinisiatif tidak mau ikut LDK lagi menyangkut hal demikian dan tak tanggung-tanggung ia meminta Pak Ja’far mengevaluasinya.

           “Buat yang belum masuk OSIS, sama kayak yang lainnya, bakal selalu terlibat di setiap kegiatan. Nanti akan dievaluasi apakah kalian sudah layak masuk atau belum.” Imbuh Pak Ja’far di suatu kesempatan.

           Dalam penerawangan Rayla berdasarkan info dari guru pun, di semester dua ini akan lebih banyak aktivitas non akademik di sekolah. “Semester dua ini kita akan bersama-sama menghadapi lebih banyak tantangan. Kelas 10 Insha Allah akan research project, Kelas 11 harus akan lebih konsisten mempertahankan motivasi belajar dan Kelas 12 akan banyak mengikuti ujian.” Begitulah gambaran semester dua yang dibocorkan Pak Adrian pada hari pertama sekolah tempo hari. Kembali lagi ke acara narasumber. Kali ini Pak Ja’far mengamanahi tugas menjadi tim dokumentasi kepada Rayla. Dia menerima amanah itu sebagai kehormatan dengan sepenuh hati.

           "Jadinya narasumber kita siapa nih?” Tanya Stevie yang juga belum bergabung jadi anggota OSIS. “Wah aku enggak tahu Stev. Coba nanti tanya ke Pak Ja’far deh.” Imbuh Rayla tak tahu menahu. Ia lalu ‘diseret’ Stevie ke topik seputar kaitan antara OSIS dengan LDK. 

           “Ini katanya ‘kan sekaligus jadi evaluasi buat yang tempo hari belum lulus LDK. Kalau sudah bisa masuk OSIS tanpa harus mengulang LDK, berarti itu sudah otomatis jadi anggota. Tapai kalau belum bisa masuk gimana tuh?” Tanya Stevie penuh kecemasan.

           Kayaknya sih begitu. Seumpamanya belum lulus, ya kemungkinan terburuknya harus mengulang LDK lagi nanti.” Rayla menerka-nerka kemungkinan terburuk baginya dan Stevie membuat mereka cemas. Mereka enggan mengulangnya dan jika tidak berkenan, mereka akan bicara lantang pada sekolah menyatakan keengganannya kembali mengikuti LDK. Dua gadis cantik ini memang sangat vokal terhadap unsur senioritas sehingga mereka berani bersikap demikian, apalagi Stevie yang terus terang dirinya merasa ‘ditipu’ sekolah dengan adanya LDK. “Katanya enggak ada senioritas. LDK itu sama saja bentuk lain senioritas.” Imbuhnya geram. Mukanya menunjukkan amarah luar biasa.

           “Kamu bagian apa?” Tanya Rayla mengalihkan topik percakapan.

           “Dokumentasi juga. Aku paling senang di bagian itu, persis kayak kamu Ray.” Keikutsertaan Stevie dalam satu divisi membuat hati Rayla bersorak gembira. Lagi pula tim dokumentasi hanya perlu mematangkan kesiapan teknis untuk dikerjakan di hari H. Dan sekolah terus berupaya menyiapkannya. 

           Baru pada hari H, semua siswa melibatkan dirinya di acara narasumber ‘Kejujuran.’ Setelah dikonfirmasi, yang akan tampil menjadi pembicara adalah Rian Saputra, seorang motivator muda asal Jakarta berbekal pengalaman masa sekolahnya. Pagi ini ia datang dari Surabaya menggunakan pesawat pagi dan akan dijemput dua teman sekelas Rayla di Bandara Husein Sastranegara.

           “Kak Rian datang naik pesawat apa?” Rayla menanyai Hanif . “Katanya naik AirAsia jam 7 dari Surabaya. Palingan jam 8 sudah landing di sini.” Tutur Hanif singkat. Rayla tak bergeming lagi selain mengiyakan perkataan Hanif barusan. Ia selanjutnya berlari lagi ke aula GSG, memotret persiapan yang tengah berjalan di dalam sana. Tak hanya memotret, ia turut kebagian tugas mem-video rangkaian acara nanti. Maka kini ia mengambil tripod untuk memasangkan kameranya. Lambat laun seiring persiapan, peserta audience mulai berdatangan memenuhi aula. Ada kelas 12 dan ada juga anak SMP yang kesemuanya adalah kelas sembilan. Di antara puluhan anak SMP, Rayla melihat ada Jacqueline menyempil sendiri memamerkan paras cantiknya. Tak tanggung-tanggung banyak anak lelaki berinisiatif mendekati adik kelasnya sejak SD tersebut. 

           Aula penuh, Kak Rian datang dengan dikawal Hanif dan Fitria yang tadi menjemputnya di bandara. Maka enggan buang-buang waktu, MC segera memulai acara sebelum mempersilahkan Kak Rian tampil berbicara mengambil alih panggung.

           “Dulu aku ini sering banget bolos sekolah. Caranya, setiap pagi aku berangkat dari rumah pakai seragam tapi banyak keliling kota, bukan langsung ke sekolah dan orang tuaku enggak tahu. Terus gimana kalau ketahuan? Mereka malah santai-santai saja kok, ibu justru membebaskan aku memilih apapun yang aku suka. Apalagi waktu aku mau Ujian Nasional SMP. Dulu guru-guruku bebas menyebarkan contekan kunci jawaban lewat media apa saja dan setiap kali aku mau lapor, pasti dihalang-halangi terus dan aku kecewa sampai mogok sekolah karena disitulah letak kejujuran yang sebenarnya.” Ujar Kak Rian ke seisi aula.

Ia turut membagikan pengalamannya ketika SMA, kuliah dan saat ini sudah kerja. Pengalamannya pada masa-masa itulah yang menuntunnya agar senantiasa menanamkan nilai-nilai kejujurannya saat ini. Seisi aula terpukau mendengarnya termasuk Rayla di belakang kamera.

           Lalu usut punya usut, narasumber Tionghoa ini ternyata sekarang merintis karier sebagai aktivis LSM, pembicara sekaligus pengajar bagi anak-anak kurang mampu. Baginya ini menjadi jalan terbaik untuk menyebarkan nilai-nilai kejujuran.

Lihat selengkapnya