Berbeda dengan biasanya, suasana sekolah pagi ini terasa sepi. Siswa yang datang tak begitu banyak, termasuk Rayla salah satunya yang kini tengah menanti jam pelajaran Bahasa Jerman. “Pada kemana nih, kok sedikit banget sih?” Salah seorang teman sekelas Rayla menceletuk sesaat sebelum jam pelajaran dimulai. “Macam-macam alasan buat enggak masuk. Hari ini ada yang sakit, ada juga yang masuk tanpa keterangan yang jelas.” Kali ini Stevie mencoba memecah kesunyian.
Meskipun bersemangat untuk belajar Bahasa Jerman, namun sebenarnya hati Rayla kurang bersemangat menghadapi hari ini. Setangkup kisah tentang perjalanan fieldtrip ke Dieng masih terngiang-ngiang di dalam benaknya sampai Herr Warsono mengawali jam pelajaran. “Karena hari ini jumlah kita sedikit, jadi kita menonton video tentang Jerman saja. Materi Insha Allah minggu depan kalian pelajari setelah semuanya lengkap.”
Di layar televisi LED, Rayla dan teman-temannya melihat sebuah video tentang sistem transportasi umum di kota-kota besar di Jerman seperti Berlin, Frankfurt dan Hamburg. “Duh... Bagus banget tuh kendaraannya orang Jerman...” Kali ini Fariq sampai terpana melihat kecanggihan dari transportasi Jerman. Video ini juga mengingatkan Rayla pada saat-saat pertamanya belajar Bahasa Jerman. “Siapa yang mau ke Jerman?” Tanya Herr Warsono di akhir sesi pertama. Semua siswa mengacungkan tangannya setinggi mungkin dan membuat Herr Warsono tersenyum tipis. “Semoga keinginan kalian tercapai! Amin...” Sontak suasana kelas menjadi riuh-rendah oleh tepuk tangan siswa sebelum memasuki waktu istirahat selama 15 menit.
Suasana belajar di sesi kedua lebih santai dari sesi pertama karena hanya diisi dengan kegiatan bertukar cerita tentang pengalaman pribadi antara Herr Warsono dengan Rayla dan teman-temannya sampai Herr Warsono menceletuk ditengah-tengah, “Yang jatuh cinta apa kabar?” Tidak ada jawaban selain wajah Stevie yang memerah pertanda malu dan teman-temannya ikut menggoda. Ahhh....“Ugh, tahu begini mending aku masuk hari ini...” Ujar Dessna di grup angkatan. “Kalau sehat-sehat saja memang lebih baik kamu masuk hari ini Des. Sekarang gimana, kamu sehat?” Balas Rayla. “Sebenarnya cuma pegal-pegal karena kelamaan duduk di bus, tapi mau jalan rasanya malas...” Kemudian Rayla hanya tertawa kecil melihat penyesalan teman-temannya yang tidak masuk sebelum hari yang sepi berlalu.
vvv
Waktu terus berjalan dan kini sudah sampai di penghujung bulan April 2015. Berbagai macam cerita di tahun pertama masa SMA telah tertorehkan dan membekas di hati semua remaja, termasuk Rayla dan Stevie. Di waktu senggang, mereka berdua saling mencurahkan isi hatinya. “Ray, gimana SMA seru apa enggak?” Tanya Stevie. “Seru dong, kayaknya aku enggak akan pernah lupa sama masa SMA.” Ujar Rayla sambil memutar-mutar rambut panjangnya. Masa belajar di Kelas 10 hanya tersisa kurang dari dua bulan lagi. Kemarin, Rayla dan Stevie baru saja selesai melaksanakan sidang research project. Tiba-tiba Alif datang memecah keheningan sambil mengatakan, “Lho kok pada melamun?” Sontak, dua gadis tersebut merasa terkejut. “Biasa lif, aku sama Stevie lagi memikirkan masa SMA yang ternyata seru juga...” Lalu Alif hanya mengangguk pelan dan ikut duduk.