Engsel gagang pintu dikuakkan secara perlahan-lahan oleh Rayla di pagi hari itu di saat sekolah masih relatif sepi. Ruang kelas pun masih kosong melompong tak ada orang selain Rayla sendiri. Lalu begitu memasuki kelas, ia beringsut menduduki salah satu bangku untuk selanjutnya memainkan telepon seluler dan dirinya mendapati grup angkatan masih hening bin sunyi senyap. Tak ada satupun murid yang melayangkan obrolan di dalamnya. Dan setelah memainkan ponsel tanpa tujuan jelas, ia teringat tanggal hari ini. Tujuh Juli tak lain tak bukan adalah hari ulang tahunnya dan pada tahun ini usianya menginjak 15 tahun sudah.
Dara langsing ini menggulung senyum menyambut usia barunya.
“Kira-kira pada tahu enggak ya hari aku ulang tahun?” Rayla bertanya pada diri sendiri saat seorang gadis menyusul Rayla masuk kelas.
“Siapa saja yang sudah datang?” Ternyata Natalie. “
Baru kita berdua. Yang lain enggak tahu kemana.” Jawab Rayla tanpa mengungkit hari ulang tahunnya. Tetapi kendati demikian, hanya sepersekian detik Natalie justru mendekati Rayla dan lantas mengucapkan selamat ulang tahun.
“Alles gute zum geburtstag, Rayla. Hoffentlich du bist alles die beste[1].”
Rayla tak sanggup bertutur banyak mendengar teman sekelasnya mengirim ucapan selamat ulang tahun selain terima kasih jua dalam Bahasa Jerman. Ia menggenggam erat ruas jemari putih Natalie di bawah kehangatan langit pagi itu kemudian usai menerima ucapan selamat ulang tahun, Rayla menanyakan siapa Natalie satu kelompok sekaligus hendak melakukan nanti.
“Kelompok aku rencananya mau bersih-bersih masjid besok terus nanti buka puasa bareng.” Tutur Natalie singkat.
“Eh, eh, Rayla, angkatan kita mau buka puasa bersama juga ya di luar sekolah?” Pertanyaan baru Natalie ini menciptakan kerut di kening Rayla.
“Eh seriusan? Wah aku belum tahu, kita belum rapat angkatan lagi.”
vvv
Acara token walk hari ini hendak dilalui sambil melintasi enam buah pos tempat permainan berlangsung. Berdasarkan penjelasan sekaligus pengarahan tim guru, setiap kelompok akan melewati pos toleransi, keberagaman, kuis gabungan Bahasa Arab-Jerman-Inggris, kebersihan, kepemimpinan dan tata cara beribadah. Khusus untuk pos tata cara beribadah, siswa Muslim dan Non Muslim hendak mendatangi pos yang seluruhnya berbeda lagi sebagai bentuk penyesuaian bukan pembedaan menurut latar belakang status sosial.
Rayla berangkat meninggalkan sekolah pukul 07.55 WIB atau lima menit sedikit lebih cepat dari jadwal asli pukul 08.00 WIB. Sambil ia beserta kelompoknya dibekali peta rute token walk, mereka meniti langkah telapak kaki mengitari permukiman dan perumahan penduduk tak jauh dari sekolah sembari diiringi obrolan hangat atau guyonan pengocok perut.
Tibalah kelompok enam di pos tentang toleransi yang dijaga oleh Pak Maman sang guru geografi bersama Bu Yani sang guru PKN.
“Tolong sebutkan definisi sikap toleransi menurut kalian beserta contohnya masing-masing dua.” Begitu sabda untuk mendefinisikan makna sikap toleransi menurut pendapat kelompok maka berembuklah kelompok itu mengamalkan titah sabda guru tadi.
“Toleransi itu artinya sikap menghargai perbedaan di sekitar kita. Terus itu ciri-cirinya orang berakhlak baik.” Definisi ini keluar dari balik bibir Stevie.
“Punten[2], Kak Stevie agamanya Islam ya?” Seloroh Jacqueline menghentak seisi kelompok.
“Iya Jacqueline, aku Tionghoa-Muslim.” Hanya sedikit argumentasi antara Stevie dengan Jacqueline sebelum hasil pemikiran mengenai makna toleransi dilayangkan pada Pak Maman pula Bu Yani. Syukur-syukur sembilan gadis tersebut sanggup membuat Pak Maman menganggukan kepalanya. Lalu giliran Bu Yani menanyakan contoh sikap toleransi.
“Kasih kesempatan orang lain beribadah sesuai keyakinan tanpa diganggu.” Jawab Rayla paling pertama. “Jalin silaturahmi sama orang-orang yang beda keyakinan.” Jawaban Kak Annisa menyusul kedua, dibuntuti serentetan jawaban dari tujuh gadis terakhir.