Lenguh sapi dan kambing serentak membahana di area sekolah pada hari Jumat pagi ini. Tanah berlapiskan batu puffing-block sudah kotor dan bau sambil ditutupi rerumputan ilalang yang habis dipotong pula untuk makanan para hewan qurban hari ini dan Rayla datang ke sekolah dengan mengenakan baju serba hitam lengkap sambil ia mengalungkan tali kamera di lehernya karena ia bertugas sebagai tim dokumentasi. Tidak cukup Rayla seorang diri, melainkan Jacqueline, Hafid dan Radhit akan turut bertugas mendokumentasikan acara.
Rayla pergi menaruh tas di kelas untuk berikutnya turun lagi ke lapangan. Di sana, Rayla mendapati banyak murid sudah mulai mempersiapkan acara. Ada yang masih membersihkan area lapangan, ada yang berjuang memasang tenda dan ada pula yang mengurusi hewan qurban. Semuanya tak pelak terpotret lensa kamera Rayla sebelum Jacqueline turut mengabadikan acara qurban. Lantas Rayla melangkahi lapangan berkeliling-keliling memotret setiap peristiwa yang terjadi pagi hari itu sebelum mulai shalat Dhuha di ruang aula sekolah. “Mohon pastikan, setiap anak sudah dapat posisinya masing-masing dan tidak ada yang menganggur siapa pun itu. Kalau menganggur... Nanti pahalanya berkurang banyak.” Imbuh Pak Khalid di aula.
Maka berduyun-duyun setiap anak pergi berjalan menuju lapangan tempat qurban. Kini Rayla bertugas ditemani Jacqueline, Hafid dan Radhit menjepret setiap runtutan peristiwa. Tim pemisah jeroan, pencacah daging, penimbang daging serta pengepak pun sudah mulai bersiap-siap sambil dipersatukan oleh beragam perbedaan bagai mengamalkan petuah dan teladan Presiden RI keempat Abdurrahman “Gus Dur” Wahid. Terngiang di kepala Rayla secarik pepatah dengan bunyi, “Tidak penting apapun agamamu atau sukumu... Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu...”
“Allahu Akbar-Allahu Akbar, Laa Ilaaha Ilallahu Allahu Akbar... Allahu Akbar Wakhira Ilham.” Gema takbir berkumandang di segala penjuru sekolah begitu kambing pertama disembelih tukang jagal. Tepat di leher kambing terbuka selongsong rongga dan darah mengucur deras dari dalamnya menuju sebah lubang yang telah digali. Jemari Rayla menjepret momen “berdarah” ini dari dekat. Dan begitu aliran darah kambing qurban sudah habis, tukang jagal membawanya ke tempat pengulitan. Jepret!! Kamera hitam memotret mengabadikan proses pengulitan.
“Sudah dapat berapa foto, Jacqueline?” Seloroh Rayla di titik pemisahan daging dan tulang kambing. “Banyak Kak Rayla, 55 foto.” Jawab Jacqueline menjentikkan senyum manis. Ini kesekian kalinya Rayla mengagumi kecantikan Jacqueline. Lalu Rayla berputar-putar ke seluruh lapangan mencakup tempat masing-masing kelas memasak daging hewan qurban sesuai kreasi.