Kesamaan pandangan politik berhasil merekatkan hubungan pertemanan Rayla dan Stevie. Rayla mencium itu saat ia memberanikan diri mengenal sosok Stevie belum sampai sepekan menjadi siswi SMA. Walau ia baru mengenal Stevie menjelang penetapan presiden-wakil presiden terpilih menurut real count, tetapi akhirnya mereka dapat berteman dekatnya juga. Obrolan bersama mengenai progres pemerintahan Jokowi selalu mereka bicarakan bersama.
Dan Stevie menunjukkan sesuatu hal yang berbeda hari ini. Dari dalam buku agendanya, Stevie menarik secarik foto seorang pria tua berusia hampir 60 tahun yang mengenakan peci, kacamata dan setelan jas-dasi-kemeja putih. Di belakangnya terdapat bendera Merah Putih yang tak berkibar sedang matanya sudah buta sebelah. Siapa pria tua itu? Kakek Stevie kah? Bukan. Jawabannya adalah Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Ternyata selama satu tahun ini, Stevie turut mengagumi Gus Dur selain Presiden Jokowi. Rayla pun sedikit terlonjak kala mengetahui Stevie kagum pada sosok Gus Dur.
“Kenapa kamu kagum banget sama Gus Dur selain Jokowi?” Tanya Rayla di suatu hari Jumat pada pertengahan Oktober menjelang siang.
“Gus Dur itu presiden yang paling toleran-pluralis di mata aku sepanjang sejarah. Buat aku, Gus Dur boleh saja buta secara fisik tapi hatinya sama sekali enggak buta. Beliau berhasil kasih kebebasan berarti buat orang-orang minoritas terus beliau bisa lihat isi hati mereka. Gus Dur boleh saja jalan dibantu tongkat, tapi orang minoritas selalu dituntun ke arah yang lebih baik.”
“Betul banget, zaman sekarang sudah mulai jarang ada sikap toleransi antar umat beragama. Kalau merasa benci sama yang beda agama, pasti langsung menyerang-nyerang enggak jelas pakai cara apapun. Rasulullah saja enggak pernah kayak gitu sepanjang hidupnya. Terus enggak tahu juga bakal kayak apa reaksi Gus Dur kalau sekarang beliau hidup terus lihat sendiri permusuhan Karena beda agama.” Ujar Rayla datar, mengenang sang ulama kondang tersebut dalam hati dan pikirannya. Rayla sendiri juga Stevie sama sekali tak sanggup mengingat akan berlangsungnya masa kekuasaan Gus Dur karena di masa itu mereka masih kecil. Usia satu tahun sepertinya kisaran paling awam bagi diri mereka berdua kala itu.
Sambil berterus terang kepada Stevie, Rayla merasa sangat bangga dapat belajar bersama-sama di sebuah sekolah dengan beraneka ragam latar belakang guru dan muridnya. Tidak peduli mereka Muslim atau Non-Muslim, namun mereka tetap dapat hidup rukun sekaligus bersama-sama menimba ilmu dalam satu atap juga saling mengingatkan satu sama lain. Cukup tergelung senyum tipis di paras rupawan Stevie mendengar pengakuan jujur kawan dekatnya tersebut. “Dari kecil juga aku selalu belajar di sekolah yang kayak gini. Aku bisa tahu lebih banyak tentang perbedaan, keberagaman juga toleransi-pluralisme.” Imbuh Stevie.
Berselang sejenak Rayla menceletuk, “Stevie, ada rencana ziarah ke makam Gus Dur di Jombang enggak?” Melonjak kaget sedikit tubuh Stevie tatkala ditanyai keinginan berziarah ke pusara Gus Dur nun jauh di Jawa Timur sana.
“Pasti ada dong, apalagi opa-oma yang ingin banget ziarah ke sana sejak Gus Dur meninggal. Aku ingin belajar lebih banyak tentang perbedaan melalui ziarah ke makam Gus Dur Karena beberapa teman-teman aku waktu SMP ada yang sudah pernah ziarah ke sana.” Rayla tercenung sendiri mendengar itikad baik Stevie. Dia sangat enggan melihat sekat-sekat perbedaan yang ada di depan mata, dapat memisahkan antara satu golongan dengan satu golongan lain. “Aku ingin benar-benar menunaikan teladan-petuah Gus Dur nanti.” Rayla geleng-geleng.
vvv
Rayla menduduki sebilah bangku panjang di dekat aula sekolah walau tak mengikuti Shalat Jumat. Ia melirik arah navigasi jam tangannya. Waktu menunjukkan pukul 11.40 WIB sudah, lewat lima menit dari jadwal kumandang adzan Dzuhur pukul 11.35 WIB. Namun Pak Adrian sudah naik mimbar sesuai jadwalnya membawakan khutbah Jumat hari ini. Terlebih dahulu beliau mengucapkan salam, kemudian diselingi gema adzan Dzuhur baru menyampaikan isi khutbah. Mungkin isi ceramah siang beliau akan sangat inspiratif hari ini.
Dan terbukti benar tatkala kata-kata pertama disampaikan Pak Adrian.