Dini hari itu, Sabtu 13 Februari 2016 sekitar pukul 02.00 WIB. Matahari masih mengurung diri seraya kumandang adzan Subuh masih bungkam tatkala kebanyakan manusia menjalin cerita di alam mimpi masih. Akan tetapi, tiga perkara tadi tidak berlaku seutuhnya bagi Rayla sebab dirinya saat itu sudah terjaga dari tidur untuk berikutnya mengembara ke tanah Kalimantan. Dengan memakai baju bebas, Rayla berkumpul di sekolah dengan kawan-kawannya mencakup Stevie dan Matthew guna menyimak briefing dari Pak Adrian sebelum nanti berangkat ke Bandara Soekarno-Hatta sekira pukul 03.00 WIB. Kurang-lebih lepas menempuh setengah perjalanan, Rayla mengajak Stevie menunaikan shalat subuh di rest area Km 42. “Stev, kita shalat bareng-bareng ya.” Dan Stevie hanya menuruti ajakan Rayla. Pukul 05.00 WIB, perjalanan panjang kembali dilanjutkan ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Alhamdulillah, perjalanan lancer membantu mereka mengikat sauh di Bandara Soekarno-Hatta pukul 06.30 WIB. Begitu sampai di halaman terminal 1, mata Rayla langsung menangkap sosok Fandy dan Nico yang sudah lebih dahulu menanti di bandara. Lepas berkumpul, gerombolan remaja-remaja ini menderap langkah menuju loket check-in maskapai Lion Air. Menurut rencana, Rayla akan terbang ke Kalimantan pukul 09.25 WIB dengan menggunakan pesawat Lion Air JT-758 dimana menunggu 1,5-2 jam adalah syarat utama sebelum boarding sekira pukul 09.00 WIB. Apabila tidak salah daun telinga Rayla mendengar, penerbangan Jakarta-Balikpapan hari itu dipimpin Kapten Teguh Edi Hardjiono selama 1 jam 50 menit, melawan perbedaan waktu satu jam. Pesawat menjejak landasan Bandara Internasional Sultan Aji Mahmud Sulaiman Sepinggan pukul 12.30 WITA dan selanjutnya perjalanan diteruskan ke STT Migas Balikpapan, memakan waktu lama karena harus berputar-putar mencari lokasinya selama beberapa jam.
Usai mencari-cari, akhirnya lokasi ditemukan dan kami diberi penjelasan oleh mahasiswa dan dosen setempat selama sekitar dua jam serta tidak lupa kami melaksanakan shalat Dzuhur dijamak Ashar. Pukul 17.15 WITA kegiatan di STT Migas berakhir lalu perjalanan diteruskan selama tiga jam ke Islamic Center Samarinda. Rayla sampai pukul 20.00 WITA di Islamic Center Samarinda. Tidak langsung tidur, melainkan setiba di Islamic Center kami menyempatkan diri mandi dan mencari makan malam tidak jauh dari penginapan. Usai makan malam, sontak anak laki-laki dihebohkan dengan kehilangan handphone milik Alif yang diperkirakan terjadi saat tidak berada di penginapan. Menurut kesaksian Fandy, saat hendak menelepon seseorang ia mengaku melihat seseorang berdiri di belakang penginapan dan selanjutnya pergi. Kemudian ketika kamar kosong, ia masuk dengan cara meloncat dari jendela lalu mengambil ponsel Alif. Terbukti beberapa tas koper milik anak-anak di dalam kamar tidur penginapan tersebut bergeser.
Paginya usai Rayla shalat Subuh di Masjid Islamic Center, dia dan kawan-kawanya segera berkemas-kemas karena di hari itu kami akan berpindah penginapan. Di hari kedua ini, tempat pertama yang dikunjungi adalah Museum Kayu Tenggarong. Untuk dapat sampai di Museum Kayu, bus mereka melintasi Jembatan Kutai Kartanegara di atas sebuah sungai besar. Museum Kayu terletak agak terpencil dan mereka kunjungi selama setengah jam. Selanjutnya, Rayla dan teman-temanku bermain ria di Taman Ladaya sampai siang hari. Sesuai jadwal, Rayla dan teman-temannya akan berkunjung ke Kampung Suku Dayak yang bernama Pampang. Semula, Rayla berpikir bahwa Pampang merupakan kampung perumahan suku Dayak seperti Kampung Naga di Tasikmalaya. Namun rupanya Pampang hanya sebuah bangunan gazebo besar sebagai tempat dimana tarian-tarian khas Suku Dayak yang dapat ditonton banyak orang, termasuk rombongan Rayla sendiri dari kota kembang alias kota Bandung tercinta.