Rayla

Rivaldi Zakie Indrayana
Chapter #41

Pentas Seni Pertama

Waktu menuju diselenggarakannya pagelaran pensi alias pentas seni yang memasang tajuk “I stand on my age” tersisa kurang dari satu bulan lagi. Maka angkatan sembilan harus bergerak lebih cepat lagi demi mempersiapkan acara pensi tersebut. Lalu menurut rencana, acara yang tajuknya disingkat menjadi “ISOMA” ini akan mengundang sejumlah musisi yang akan unjuk gigi di atas panggung nanti. Tidak hanya itu, pensi buatan angkatan sembilan ini pula hendak menyelenggarakan bazaar makanan-minuman ringan serta fashion show dari sejumlah siswa.

Hari ini tiba lagi rapat angkatan yang agendanya membahas persiapan acara pensi. Tim panitia diketuai Ulqi dan Dessna wakilnya. Ulqi si bujang pemilik tubuh tinggi-kurus ini terlihat sangat serius memimpin rapat, terlebih lagi tatkala mengecek ulang anggota setiap divisi. Pada pensi pertama ini, Rayla kebetulan berbeda divisi dengan Stevie. Rayla kebagian jatah menjadi anggota tim dokumentasi acara sementara Stevie kebagian jatah menjadi anggota tim dekorasi lalu tentu saja dua dara ini tidak bekerja sendirian. Rayla nanti akan bekerja sama dengan Petra serta Ilman. Stevie nanti hendak membuat hiasan dekorasi seraya dirinya mendapat bala bantuan dari Fatimah, Dessna, Nanda disusul Willy sebagai satu-satunya anak lelaki di tim dekorasi.

“Hmmm, sekarang semuanya langsung saja kumpul per divisi ya. Terus bicarakan rencana kerja masing-masing, biar lebih detail.” Titah Ulqi di tengah rapat akbar setelah pulang sekolah ini. Dessna cukup bicara segelintir kata menyambung ucapan Ulqi, bujang yang wajahnya memang mirip Uki “Noah” di mata banyak siswa angkatan sembilan, apalagi Stevie.

“Sayang banget Ulqi enggak lancar main gitar, malah cuma bisa main bass.” Bisik Stevie sesaat menjelang ia berpisah dari Rayla yang justru tidak banyak bergeming. Mereka lalu meleburkan diri pada masing-masing divisinya. Tim dokumentasi mengambil tempat di bawah salah satu AC pendingin ruang aula.

Rayla tidak memancarkan kecanggungan walau dia satu-satunya anak perempuan di tim dokumentasi. Perihal itu ditandai oleh keaktifan dirinya berbicara jua bertanya tentang tidak jelasnya sesuatu pada Petra dan Ilman. Lalu dari dua teman laki-lakinya ini, Rayla baru mengetahui jika tim dokumentasi dibagi lagi menjadi dua golongan untuk dua area. Ada area photo booth dimana seluruh pengunjung acara bisa berfoto ria dibantu oleh tim fotografer sebelum nanti dicetak melalui perangkat komputer yang terhubung langsung dengan kamera fotografer. Dan satu lagi yang terakhir, tak lain tak bukan ialah dokumentasi keliling. Lantas dalam golongan yang mana Rayla sendiri akan memenuhi tugas kepanitaannya nanti?

Dapat dipastikan dalam golongan dokumentasi keliling. Pasalnya tim fotografer photo booth sudah dipegang oleh Petra dan Ilman.

“Nanti aku memang bantu Ilman di stand photo booth. Rayla jangan lupa foto-foto area acara sambil keliling. Eh, eh, kira-kira nanti dikasih rundown lagi enggak?” Tanya Petra memancing kerutan dahi Rayla dan Ilman.

Rundown buat apa?” Mereka bertanya balik.

“Ya buat masing-masing panitia. Biar tahu urutan acara terus kalau buat kita, ya biar fotonya sesuai urutan acara.” Papar Petra tenang seolah tak memikul beban. Pun berikutnya, dua bujang dan satu dara ini asyik mendiskusikan tipe kamera yang kira-kira layak dipakai saat pensi nanti. Rayla sendiri mengakui kepemilikan kamera DSLR merek Nikon tipe D3100 yang dilengkapi pengisi baterai dan tiang kaki tiga penyangga kamera biar tidak goyang saat memotret atau merekam. Petra cukup mengantongi kamera DSLR merek Canon, sedang Ilmanlah makhluk yang paling tajir dalam urusan kamera. Selain kamera DSLR, Ilman jua mengantongi kamera Go-Pro dan kamera saku. Lengkap sudah senjata merangkap amunisi Rayla, Ilman dan Petra.

Rembuk masing-masing divisi menemukan akhir, kini semua anak melebur kembali dalam satu lingkaran besar. Merasa setiap divisi telah mengikat kepastian, Ulqie kini mencoba memastikan lagi siapa saja artis yang akan hadir.

“Kemarin aku sudah coba kontak semua artis buat konfirmasi. Alhamdulillah mereka bersedia tampil. Juga sekali lagi, artisnya itu ada Catherine (anak SMP), Madya (teman SMP angkatan enam), ditambah band Sky-books, Pisau Kayu, Captain Apollo sama yang terakhir Dark Milk. Mereka minta fasilitas yang sudah disiapkan sebagian.” Papar Ulqie panjang lebar dilanjutkan Dessna.

“Catatan buat semuanya, berhubung jumlah anggota tim dekorasi sedikit banget, nanti sebelum acara, yang enggak bertugas tolong bantu. Insha Allah bisa lebih cepat selesai.” Dan sejak itu hari berlalu, segala jenis persiapan pensi dilakukan oleh angkatan sembilan terutama tim dekorasi yang harus bekerja jauh-jauh hari sebelum tiba hari H.

vvv

Hilir mudik siswa-siswi angkatan sembilan yang menjelma jadi panitia pensi sudah terasa sejak hari Kamis ini, 14 April 2016. Mulanya hari ini tetap akan belajar normal, namun mengingat acara pensi esok hari, tim guru sepakat menghapuskan kegiatan belajar-mengajar kelas 11. Dari hari-hari kemarin Rayla sudah mulai bekerja turut menyumbang andil kepada tim dekorasi, terlebih lagi ada Stevie di sana. Kemahiran tangannya mencipta gores lukisan di kanvas demikian pula kerajinan tangan tidak perlu diragukan. Pasti hasilnya akan sangat apik dilihat dan dipuji Rayla seperti biasa. “Gambar kamu bagus banget, tambah wajah kamu yang cantik banget.” Stevie hanya bisa tertunduk malu saat kecantikannya dipuji.

Dan karena tim dokumentasi belum mulai bekerja, Rayla hari ini mencoba membantu Pak Asep menata panggung yang akan berdiri kokoh di aula sekolah. Kerangka panggung dirangkai satu per satu sampai memperpanjang petak yang sudah ada. “Pak Asep, kenapa enggak pakai panggung yang sudah ada saja? ‘Kan lumayan besar, luas bisa menampung banyak.” Rayla melemparkan saran tatkala panggung masih ditata.

“Wah memang sengaja begini, Rayla. Biar panggungnya jadi lebih besar terus penontonnya pasti banyak.” Pak Asep memotong kalimatnya lalu menyambung, “Sekalian pakai barikade panggung di sini. Biar nanti penonton enggak terlalu maju menerobos panggung.” Imbuhnya sambil menata panggung dibantu pasukan maintenance.

Beres mendirikan fondasi panggung, perhatian Pak Asep terarah kepada belum adanya pagar barikade sebagai tanda pembatas antara panggung dengan penonton. Menurut Pak Edi, salah seorang petugas maintenance yang turut serta mendirikan panggung di sekolah terdapat besi pagar bekas yang sudah tidak terpakai.

Lihat selengkapnya