Rayla

Rivaldi Zakie Indrayana
Chapter #46

Reshuffle Kabinet

Pak Adrian seperti biasa maju ke hadapan siswa dan guru di aula demi menyampaikan sepatah-dua patah kata sambutan di awal tahun ajaran baru 2016-2017. Fariq yang duduk di shaf paling depan dekat dengan meja tempat penyimpanan mikrofon menyorongkan sebatang mikrofon kepada Pak Adrian supaya suara ayah tiga anak tersebut bisa terdengar jelas oleh siswa satu aula. Pria pemakai kemeja biru polos itu lalu angkat bicara tanpa basa-basi lagi sebelumnya. “Jujur, semalam bapak tidak bisa tidur nyenyak karena terus memikirkan kegiatan hari ini sampai seminggu pertama di awal tahun ajaran. Kira-kira apa lagi yang kurang? Masih ada yang perlu ditambah enggak? Bapak sering bertanya-tanya begitu walau bapak tahu, hari ini baru kalian siswa-siswi kelas 11 dan 12 yang masuk sekolah sedangkan teman-teman kelas 10 baru akan masuk lusa.” Kemudian Pak Adrian memotong ucapannya alias sejenak berhenti.

“Ada yang tahu kenapa kelas 10 baru akan masuk sekolah lusa?” Sambung beliau.

“Momen penyambutan memang baru akan ada lusa.” Seorang siswa laki-laki, entah siapa namanya dan dia kelas berapa, melempar jawaban tanpa mengangkat tangan.

“Betul, kita akan menyambut siswa-siswi baru kelas 10 nanti hari Rabu. Artinya dengan kata lain, selama dua hari ini kita akan banyak fokus mempersiapkan acara penyambutan. Gambaran secara garis besar, momen penyambutan akan sama seperti wisuda kemarin hanya saja, momen penyambutan bersifat kebalikan dari wisuda dan di sini tidak ada inagurasinya.”

Rayla yang duduk bersandar ke tembok aula memahami maksud dan isi perkataan dari Pak Adrian tadi. Dua hari pertama hanya fokus mempersiapkan persembahan pertama untuk adik-adik tingkatnya di kelas 10 dan sama sekali tidak akan belajar materi. Hmm, kalau begini datang ke sekolah akan sangat menyenangkan setiap harinya biar perang bathin masih tetap berkecamuk ganas di dalam hati Rayla. Kombinasi perasaan antara senang karena hari pertama belum langsung belajar, sedih karena mesti mengakhiri libur dan jet-lag karena suasana sekolah yang sudah berbeda dari tahun ajaran kemarin. Lalu Pak Adrian meneruskan kata-kata sambutannya dan membacakan secara rinci akan jadwal kegiatan selama sepekan ke depan. Dan masih dengan susunan panitia yang sama seperti wisuda kemarin, latihan tahap pertama diawali pembagian divisi. Rayla didapuk menjadi anggota tim penabuh gamelan yang mengiringi langkah punggawa dan penari burung merak. Selama latihan, acap banyak kesalahan yang dilakukan. Maklum saja jika demikian. Tetapi latihan terus berlanjut sampai siang, diselingi sekadar canda-tawa.

vvv

Ranking Wahid” Tidak lain tidak bukan ialah nama permainan yang akan Rayla hadapi siang ini begitu selesai melaksanakan ibadah Shalat Dzuhur dan makan siang. Berdasarkan instruksi dari panitia, masing-masing siswa akan dipecah ke dalam banyak kelompok kecil yang nanti hendak diberi tugas untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari panitia. Siswa hanya boleh bekerja sama dengan teman satu kelompoknya, tidak bertanya ke lain kelompok atau mencari referensi dari sumber apapun. Kelompok yang jawaban benarnya paling banyak dan terus bertahan sampai babak penyisihan nanti dinyatakan sebagai pemenang. Dan formasi setiap kelompok akan terdiri atas dua orang siswa kelas 11 serta dua orang siswa kelas 12.

Untuk kesempatan kali ini, Rayla berada satu kelompok dengan Hanum, Hanafie, dan Reza. Kelompok kecil ini, setelah menerima secarik kertas kecil tempat jawaban mereka ditulis menyegerakan diri berpindah ke sudut kanan aula. Perlombaan ranking wahid dimulai, setiap kelompok mengerahkan upayanya menjawab aneka ragam pertanyaan dari panitia. Salah satunya adalah asal-usul Patung Liberty yang terkenal berdiri tegak di tepian Kota New York, AS tersebut.

“Kak Rayla, Kak Hanum, Patung Liberty dibuat di negara apa? Perancis bukan?” Reza menanyai dua kakak kelas perempuannya di tengah perlombaan.

“Patungnya berdiri di Amerika, tapi kayaknya sih betul dibuat di Perancis.” Hanum ragu.

Jawaban salah, dua kelompok langsung dinyatakan gugur dari perlombaan. Dan bagi kelompok yang gugur dari perlombaan, menyingkir dari area hukumnya adalah fardu’ ain bin wajib. Lalu selepas pertanyaan pertama dan kedua dilontarkan, perlombaan berlanjut lagi dengan penuh keseruan tersendiri bagi siswa. Mereka sering menjawab salah atau bahkan sama sekali tidak menjawab pertanyaan yang tadi diberi. Kelompok Rayla masih berupaya maksimal menuliskan jawaban di atas kertas hingga pada ujung-ujungnya, kelompok Rayla harus ikhlas digugurkan dari ajang perlombaan karena ketahuan bermain curang mencari salahnya jawaban.

Kemudian tanpa terasa, hari pertama menjadi siswi kelas 12 bagi seorang Rayla dan seorang Stevie berakhir pukul 15.00 WIB sebelum dilanjutkan dengan sosialisasi detail mengenai teknis kafilah dan guru wali. Ihwal demikian sudah pernah dijelaskan Pak Khalid menjelang kenaikan kelas lebih dari satu bulan silam dimana pada sepanjang tahun ajaran baru nanti, murid-murid kelas 10-11-12 akan bergabung dalam grup kafilah yang dipimpin oleh satu orang kakak wali tepat di bawah bimbingan seorang guru wali.

Lihat selengkapnya