Kelabat wajah guru perempuan muda itu tampak lagi di ambang pintu ruangan Bu Laksmi, tempat Rayla biasa belajar Sejarah Indonesia dan Sejarah IPS bersama teman-temannya. Perawakan guru perempuan tadi terbilang pendek, ditambah kulit putih dan mengenakan kerudung yang gayanya sederhana saja alias tidak perlu digulung-gulung apalagi dibubuhkan perhiasan. Di bahunya tercantol tas ransel kulit berwarna ungu, sedangkan tangan kirinya mencengkram folder sewarna tasnya erat-erat. Ada di sebelah kanannya, Herr Warsono berdiri tegak sembari membaca rangkuman materi pelajaran Bahasa Jerman. Lantas siapakah guru perempuan tadi? Mengapa beliau datang berdua menemani Herr Warsono sekarang?
Rasa penasaran Rayla yang dipendam sepanjang kegiatan ritual ibadah shalat Dhuha tadi terjawab di sesi pembukaan jam pelajaran Bahasa Jerman sekarang. Telapak kakinya yang masih memakai sandal jepit bekas wudhu tadi mengais sepatu kets biru langit pemilik ikatan tali putih di bagian atasnya. Kaos kaki warna abu-abu kehitaman dipakaikan pada masing-masing telapak kaki. Pun kemudian Rayla memasukkan telapak kakinya ke bagian dalam sepatu kets tersebut. Lengkap sudah penampilan Rayla pada hari Kamis, apalagi ditambah baju batik hijau beserta celana jeans biru dongker yang dia pakai setiap Kamis. Oh iya, satu lagi kupluk abu-abu miliknya. Hampir dia lupa memakainya. Dan tak ingin lupa akan itu, dia lantas mengenakannya di atas kepala.
Herr Warsono melihat lagi seisi kelas. Murid-muridnya yang belajar Bahasa Jerman dirasa sudah lengkap karena semua anak sudah menduduki kursi sesuai masing-masing pilihannya. Pria asli orang Jawa ini lalu bangkit dari kursi guru dan memulai sesi pelajaran Bahasa Jerman. “Jungs, hallo und guten morgen. Wie geht es euch? Anak-anak, halo dan selamat pagi. Apa kabar?” Tanya beliau begitu mengawali jam belajar. “Es geht mir gut, danke. Kabar baik, terima kasih.” Rayla menjawab pertanyaan Herr Warsono diikuti kawan-kawannya pemilih Bahasa Jerman. “Oke Alhamdulillah semuanya baik-baik saja. Herr Warsono hari ini akan mengajak kalian berkenalan sama calon guru baru yang sekitar sebulan ke depan akan mengajari kalian sebab Herr Warsono ada keperluan. Biar enggak penasaran, langsung saja kenalan ya.” Imbuh ayah tiga anak tersebut.
Suara sang guru perempuan mengalun lembut saat mulai begrüßung bei der schuler und die schulerinnen alias perkenalan dengan para murid. “Guten morgen alles, ich heiße Ayu Utami Nairaputri, ihr kannt ruft mich Frau Ayu. Ich bin 24 jahre alt, dann ich bin eine freundin von Herr Warsono wann ich unterrichte Deutsch auf Yogyakarta. Jetzt arbeite ich als eine Deutsch Lehrerinnen auf Bandung. Wollt ihr fragt?”Selamat pagi semua, nama saya Ayu Utami Nairaputri, kalian bisa memanggil saya Ibu Ayu. Umur saya 24 tahun, dan saya adalah teman Herr Warsono saat mengajar Bahasa Jerman di Yogyakarta. Sekarang saya bekerja sebagai guru Bahasa Jerman di Bandung. Kalian mau bertanya?”
Sederet kalimat yang terbilang panjang untuk sebuah perkenalan. Banyak anak yang tidak mengerti perkataan Frau Ayu barusan, namun diam seribu bahasa. Mungkin mereka malu bertanya. Paling banter, anak yang mengerti hanya Rayla. Herr Warsono kemudian menambahkan tanya. “Ada yang mau bertanya?” Bunyinya ternyata sama dengan Frau Ayu tadi.
“Dulunya kuliah di universitas mana, Frau?” Rayla mengirim pertanyaan paling pertama tanpa ditunjuk. “Dulu frau kuliah di UNY, Universitas Negeri Yogyakarta jurusan Pendidikan Bahasa Jerman” Mata Rayla lalu berbinar-binar membelalak lebar saat mengetahui guru Bahasa Jerman barunya tersebut pernah menelan bulir-bulir ilmu Bahasa Jerman di UNY yang menjadi lumbung ilmunya. Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman, usut punya usut pula tak ayal adalah mimpi terbesarnya di samping jurusan Hubungan Internasional sepanjang masa remaja berlangsung. Tak heran jika Rayla memasukkan jurusan Pendidikan Bahasa Jerman dalam daftar rencana hidupnya. Lalu Rayla kembali fokus pada perkenalan dengan Frau Ayu.
Kini giliran anak-anak lain memperkenalkan diri pada Frau Ayu. Mereka seperti biasa menyebutkan nama, alamat dan masing-masing hobi tentunya dalam Bahasa Jerman. Tatkala Stevie mendapat giliran, ternyata dia agak kesulitan berbicara Bahasa Jerman sehingga dengan inisiatif sendiri, dari kejauhan Rayla membantu kosa kata Bahasa Jermannya agar ditiru oleh Stevie. Gadis berpenampilan mirip Rayla ini syukur-syukur merasakan kemudahan bertengger dalam dirinya saat berbicara Bahasa Jerman. Dan ketika Diandra disuruh melakukan hal yang sama seperti Stevie dan Rayla, Stevie mengedipkan mata kanan seiring dengan acungan jempol kanan. Bibirnya berbisik mengucapkan terima kasih untuk Rayla.
Frau Ayu dibantu Herr Warsono lalu mengajarkan materi tentang kegiatan sehari-hari dalam Bahasa Jerman pula perkenalan sekilas tentang konjugasi modal verba penghubung kata-kata kerja. Rayla membuka buku catatan Bahasa Jermannya lebar-lebar, dan dengan penuh semangat menuliskan kata-kata konjungsi di garis lembarannya.
vvv
Hati Rayla terperanjat kencang tatkala ia baru menyadari suatu event penting yang wajib ditonton olehnya hari ini. Rayla yang sejak pulang shalat Ashar di masjid hanya rebahan santai pada buaian kasur di kamarnya dengan memakai kaos oblong hijau tosca plus celana legging kelabu buru-buru berlari ke ruang keluarga dan menyetel pesawat televisi di sana. Ia ingat akan acara penutupan PON XIX-Jabar 2016 yang hari ini digelar di Stadion Gelora “Gede Bage” Bandung Lautan Api. Rangkaian acaranya kurang lebih sama seperti pembukaan silam, hanya saja bedanya ini sudah sampai pada epilog cerita. Dan epilog cerita turut akan dipunggawai oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla serta mungkin, Paskibraka favorit Rayla.
Inilah kesempatan emas yang tidak bisa Rayla lewatkan. Prolog cerita PON hanya dia ikuti setengahnya, juga isi cerita PON tak semua dia ikuti. Maka dia mesti mengikuti epilog PON secara utuh walau hatinya masih menyiratkan sedikit sesal. Dan Rayla mencoba mencari-cari jam tayang acara penutupan PON di monitor televisinya. Berulang kali ia mencari jam tayang, namun tidak ketemu. Bapak yang datang kemudian menanyakan Rayla suatu hal perkara. “Cari acara apa nak? Sudah mandi belum?” Tutur pilot yang sedang tidak terbang sampai minggu depan tersebut. “Oh, biasa pak. Aku cari jadwal acara penutupan PON nanti malam. Iya tadi sudah mandi.” Rayla kemudian mencium tangan kanan bapak sebab dia baru bertemu bapak sekarang, pukul 16.40 WIB. Dan ajaib, baru saja bicara tentangnya, tahu-tahu di satu channel jam tayangnya muncul.
Rupanya acara akan dimulai pukul 19.00 WIB disiarkan langsung. Untuk itu, Rayla mesti nongkrong di depan TV pada rentang waktu yang berdekatan. Bapak pun tidak punya pilihan selain ikut menonton acara penutupan PON bersama anak perempuan satu-satunya tersebut. Christoff terjerumus pada hal yang sama persis bagaikan efek domino.