Tahap pertama rangkaian ujian diawali pekan ini untuk Ujian Sekolah. Rayla apabila melihat daftar pelajaran di Ujian Sekolah, dia merasa akan bisa mengerjakan untuk mayoritas mata pelajaran kecuali Matematika. Dan dia mengawali Ujian Sekolah Bahasa Indonesia hari Senin ini dengan pemahaman penuh merangkap kemahirannya merangkai kata-kata sejak awal masa remajanya. Lalu terang saja hal barusan terbukti saat ia sudah sampai setengah mengerjakan ketika dia telah memasang asumsi ujian Matematika akan sangat sulit besok. Baginya, mau belajar atau tidak, soal Matematika tetap saja akan sulit dan dia menulis ekspektasi jika dirinya takkan pernah mengerti Matematika sampai tua nanti. Sedangkan soal ujian Bahasa Indonesia sendiri didominasi teks bacaan berbuntut pertanyaan seputar ide pokok, gagasan utama serta kalimat padu dan tidak. Tak ada kesulitan baginya. Kedua, pelajaran yang diujikan ialah Qur’anic.
Jangan mau dibohongi pakai soal Matematika. Kebencian Rayla terhadap mata pelajaran Matematika kambuh lagi keesokan harinya. Hari kemarin dia sudah mempelajari materi-materi selama tiga tahun dan hari ini dia akan menjawab soal Matematika entah untuk ke berapa kalinya selama hidup. Kemudian ketika membubuhkan jawaban dari soal pilihan ganda, banyak sekali soal yang sukar dijawab sementara Stevie terlihat tak bisa duduk tenang. Nafasnya tersengal-sengal bersama suaranya mempertontonkan kegelisahan stadium empat. Jam di pergelangan kanan tak jarang ia tatap seakan ingin cepat berakhir. Dan Rayla terus berupaya menjawab soal yang kosong.
Baru hari kemudian Rayla bisa mengerjakan soal dengan sangat tenang sebab ia sekarang hendak menggempur soal ujian Bahasa Jerman. Pemahaman luas serta kefasihannya membantu ia menghabisi soal tersebut. Akan tetapi kendati demikian, Rayla tetap harus hati-hati ketika menjawab soal dari mata pelajaran favoritnya di SMA tersebut. Sama dengan hal yang terjadi pada Stevie. Pemahaman Bahasa Jerman yang hampir menyetarai Rayla membantu gadis itu tenang menjawab pertanyaan di atas lembar jawaban. Hal senada turut terjadi saat ujian Sejarah mengikuti kelebihan daya ingatnya merekam banyak tanggal terjadinya suatu peristiwa bersejarah.
Beda dari Ujian Sekolah, mata pelajaran yang sekiranya Rayla kuasai saat tiba Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) sekarang adalah Agama, Geografi, Sejarah, PKN dan Sosiologi terutama untuk tiga mata pelajaran terakhir. Geografi—walau dirasa sulit namun masih tetap bisa Rayla jawab sesuai penguasaannya pada bidang hafalan dan Sejarah serta PKN adalah segaris jalan lurus baginya. Ia mampu melewati dua hari pertama USBN dengan lancar serta dirinya akan segera menghafalkan materi Sosiologi. “Kenapa ya kita masih harus ikut Ujian Ekonomi-Geografi di luar UN? Padahal memilih mata pelajaran UN ‘kan sudah bagus.” Stevie menceletuk dari belakang punggung Rayla di sepanjang perjalanan pulang sekolah. “Aku juga berpikir begitu sejak kemarin. Sekadar saran-masukan buat Pemerintahan Jokowi saja ya. Sebaiknya mata pelajaran USBN bisa dipilih juga kita fokus sama minat kita tanpa saja.” Lalu Stevie mendeham, tak punya pilihan selain menyetujui ucapan Rayla. “Tapi kenapa begini?”
“Apapun pasti punya maksud baiknya, Stevie cantik. Menurut aku, barangkali USBN sengaja dibuat biar kita lebih siap UN apalagi kalau lihat bentuk Karena. Karena tanpa USBN, nanti waktu UN pasti deh kita kaget lihat soal yang beda jauh. Perkara pelajaran belum bisa dipilih, mungkin buat mengecek lagi pilihan kita.” Panjang lebar imbuhnya. “Aku yakin kamu benar.” Stevie bicara pendek. Dan diam-diam iia memperhatikan Stevie yang entah kenapa irit bicara walau hatinya periang. Malah jika ditanya cinta, dia malu-malu, wajahnya memerah.
Setiba di rumah, Rayla istirahat sejenak lalu membuka materi Sosiologinya.
Kemudian masih sama seperti kemarin, Rayla sanggup melibas puluhan pertanyaan pada lembar soal karena dia menyukai pelajaran Sosiologi persis bagai pepatah bersabda, “Kerjakan apa yang kamu suka hingga kamu tak pernah merasa bekerja sedikitpun sampai kamu tak sempat lagi melihat waktu.” Oleh karena itu juga tak salah lagi bila Rayla optimis nilai USBN dan UN Sosiologi akan bagus, barangkali 80 hingga 90. Ia lalu mengerjakan lagi di sisa waktu selama 45 menit terakhir pada ini hari Rabu, 22 Maret 2017. Apakah dia bisa mengerjakan soal USBN Sosiologi? Jelas bisa.
Siang harinya di tengah-tengah kesibukan belajar Ekonomi esok, Rayla menyempatkan diri menunaikan ibadah Shalat Dzuhur berjamaah di masjid dekat rumahnya. Tak canggung dirinya shalat Dzuhur berjamaah di masjid walau mayoritas jamaahnya adalah kaum laki-laki dari kalangan pria paruh baya sepantaran bapak. Syukur ia dapat menunaikan shalat dengan khusyuk dari takbiratul ihram sampai tasyahud akhir. Baru usai berdoa, Rayla mendapati ponselnya bergetar dan ia tahu ada pesan singkat dari nomor yang tak dikenal, bunyinya:
“Halo, selamat siang ini dengan Ibu Mita. Besok adalah hari USBN terakhir untuk mata pelajaran Ekonomi. Hmm, sepertinya terdengar sulit ya? Dan pasti kalian ingin hari esok cepat berlalu. Namun tidak apa-apa. Besok adalah langkah terakhir kalian dalam mengikuti pembelajaran Ekonomi di kelas 12 & di SMA karena setelah USBN nanti, beberapa dari kalian sudah tidak akan bertemu ibu lagi. Maka, sekarang ibu ingin meminta maaf jika kemarin-kemarin banyak kesalahan. Ibu tidak lupa mendoakan hasil terbaik bagi kalian, dan yang terpenting saat mengerjakan, tetap tenang serta jangan lupa berdoa JJJ. Akhir kata, sekian yang bisa ibu sampaikan dan terima kasih, kelas 12 IPS...”
Rayla hanya mengulum senyum ketika membaca pesan singkat tersebut. Lalu sambil dalam perjalanan pulang, ia beringsut membalas pesan Whatsapp Bu Mita tersebut sebelum makan siang dan kembali mempelajari materi Ekonomi untuk esok hari.
Kamis pagi, 23 Maret 2017, Rayla mengawali harinya dengan penuh ketegangan. Rasa gelisah acap kali berseliweran tak tentu arah saat berkumpul di aula sekolah masih seperti hari-hari kemarin. Mata pelajaran Ekonomi dengan banyaknya hitung-hitungan jelas saja mendorong jiwanya supaya resah dan gelisah, seperti Stevie yang malah melebihi Rayla. Tangan putihnya membolak-balik kertas bersama badannya yang gemetaran. Keringat kecil keluar lewat pori-pori di balik rambut panjangnya menarik perhatian Rayla jelas. “Eh Stevie, mumpung belum mulai ujian, sok kamu ke WC dulu saja. Dari tadi kamu selalu gelisah, badan kamu gemetaran terus.” Bisik Rayla sembari membetulkan posisi rok seragam. Stevie lalu menurut, tanpa sempat bicara.
Ujian dimulai tepat pukul 07.30 WIB, Stevie sudah terlihat lebih tenang sementara masih dengan was-was, Rayla mulai mencoba mengerjakan soal pilihan ganda biar dia tak tahu pasti jawabannya. Dan lewat satu jam, ketegangan benar-benar dirasakan Rayla saat ingin ke kamar mandi. Nafasnya memburu kencang, dan ia cepat-cepat saja melewati waktunya s untuk menggilas habis soal USBN terakhir. Dan ujian selesai tepat pukul 09.30 WIB. Rayla menghempas nafas lega ditambah senyum merekah apalagi besok libur tiga hari JJJ.