Kelabat wajah seorang guru berkacamata, rambut tipis dan kulit gelap tertangkap basah oleh mata siswa kelas 12 IPS pada hari pertama pembelajaran setelah USBN sekarang. Beliau hadir hari ini dengan mematut pakaian berupa jaket, kemeja batik serta celana kain tepat di jam pelajaran Sosiologi yang selalu digurui oleh Bu Yani. Akan tetapi guru 25 tahun tersebut menutur akan ada yang berbeda hari ini. “Oke ya. Mulai hari ini ibu akan mengajar secara bergantian dengan guru baru kalian ini. Barangkali untuk lebih jelasnya, kalian langsung saja berkenalan ya.” Ujar Bu Yani saat akan pergi meninggalkan kelas karena ada perlu.
Guru laki-laki tersebut lalu menaruh tas ranselnya di kursi jelang memperkenalkan diri. “Assalamu’allaikum, Selamat siang teman-teman semua. Sekarang hari pertama kita bertemu dan alangkah baiknya jika kita berkenalan lebih dulu.” Tutur beliau membuka sesi pelajaran. “Nama bapak, Tito Danaharja keturunan USA. Urang Sumedang Asli. Kalian boleh panggil Pak Tito, Pak Dana atau Pak Harja tapi biasanya dipanggil nama depan dan tidak ada hubungan apapun dengan Kapolri. Ada yang tahu namanya?” Ugh, belum apa-apa, tahu-tahu Pak Tito sudah memberi pertanyaan lagi. “Jenderal Tito Karnavian.” Rayla melempar jawaban dari bangku. “Betul, Jenderal Tito Karnavian. Jelas-jelas beda nasib juga beda nasab.” Ujar Pak Tito menambahkan. Berikutnya ia menanyakan nama serta pilihan jurusan kuliah. Rayla menyebut jurusan Bahasa Jerman dan HI. Stevie menyebut jurusan DKVserta HI. Puas berkenalan, Pak Tito lalu mulai menjabarkan materi.
Materi yang Pak Tito paparkan tidak jauh berbeda dari Bu Yani. Pertama-tama beliau mengajarkan lagi materi yang pernah Rayla pelajari kala menduduki bangku kelas 10 laksana halnya metode penelitian sosial, jenis-jenis status sosial, dan lain sebagainya. Rayla—demikian pula Stevie, sepanjang jam pelajaran Sosiologi selalu bisa duduk tenang menyimak materi. Kecintaan dua dara berwajah rupawan itu terhadap mata pelajaran Sosiologi berperan besar dalam ihwal kesuksesan belajar mereka sesuai minat mencakup potensi masing-masing. Jemari keduanya yang kini duduk bersebelahan tampak lincah mencatat setiap materi.
Hari-hari setelah USBN terasa lebih menyenangkan. Belum lagi dengan lebih cepatnya jadwal kepulangan, seolah dapat meringankan sedikit beban selama ini, on the post & pre-exam days.