Re:

AvaRe
Chapter #18

Dongeng 17 - Masih Jauh

Re:

Saya percaya bahwa setiap orang memiliki standar moralnya masing-masing. Benar dan salah, semua itu ditentukan oleh masyarakat.

Tetapi, kalau masyarakatnya bermasalah, maka standar moralnya akan mungkin jadi ikut bermasalah.

Orang-orang terlalu terpaku pada hitam dan putih, padahal realita ini sebenarnya abu-abu.

Bukan berarti saya menolak norma-norma yang ada di dalam masyarakat ini. Tetapi banyak orang yang hanya mau tahu apa yang sudah melekat dengan mereka sejak awal, sesuai standar mereka sendiri. Hanya mau tahu, apa yang lebih memungkinkan membuat dirinya sendiri merasa nyaman. Tidak salah.

Bagi saya, pemaksaan moral kepada orang lain bukanlah sebuah tindakan penegakan moralitas. Tetapi, tak lebih dari upaya penegakan ego diri sendiri.

Itulah kenapa saya selalu berusaha untuk merasionalkan masalah moralitas ini. Bukan untuk menentukan batas antara hitam dan putih dari spektrum yang sebenarnya tak terbatas, melainkan supaya dapat menemukan solusi terbaik bagi semua pihak.

Seorang egois memaksa orang lain supaya mau mengalah, mencari kambing hitam agar diri sendiri tak terlihat buruk. Maka dengan begitu, bagi orang lain yang menolak keinginan si egois, dia akan tampak lebih egois. Upaya cuci tangan berhasil.

Kehidupan itu dinamis. Sebuah atau beberapa doktrin tidak bisa dipaksakan kepada semua orang. Bagi saya, surga dan neraka itu hanyalah sebuah imaji untuk memperoleh kenyamanan pribadi. Tetapi banyak di antara mereka tanpa sadar, selama mereka masih mengejar surga yang masih di angan, mereka malah menciptakan neraka yang benar-benar nyata di dunia saat ini.

Mereka berteriak-teriak tentang kebaikan, tetapi dalam prosesnya malah melakukan kejahatan. Sebenarnya apa maunya? Bukankah pada akhirnya, kita hidup di dalam lingkaran kemunafikan yang begitu masif?

Maka, di titik ini saya berpikir demikian, mereka yang bijak bukanlah mereka yang dengan lantang menyuarakan keadilan, moralitas, atau kebaikan menurut standar mereka atau beberapa orang.

Tetapi mereka yang benar-benar bijak adalah mereka yang mampu untuk tetap berdiri di tengah, di zona abu-abu, di wilayah netral. Bukan berati menjadi manusia pasif tanpa pendirian. Tidak memihak bukanlah sebuah kejahatan. Tetapi dengan mampu untuk berdiri di tengah, tanpa ada niat untuk menghakimi, dapat menilai dengan imbang, tanpa perlu menarik batas pemisah antara kedua sisi.

Ray

Society is scared me.

Jujur, ini serius. Ketika aku menghabiskan terlalu lama dalam society, perasaan aneh dan tidak nyaman ini akan mulai menghantuiku. Betapa rasanya sesak ketika aku seolah-olah mampu memahami bagaiaman orang-orang ‘bekerja’.

Aku sudah sering mengatakan bahwa kebanyakan orang hidup dengan mengenakan topeng. Hidup dalam kemunafikan yang sangat besar. Aku juga kadang bertanya-tanya kenapa orang mampu hidup seperti itu, mencari-cari … sampai ketika aku menyadari bahwa diriku tak jauh berbeda dengan mereka—juga sama munafiknya, aku pun paham jawabannya. Survival. Untuk bertahan hidup. Kita manusia adalah makhluk hidup, dan sudah menjadi sifat dasar makhluk hidup untuk berusaha mempertahankan kehidupannya. Dan menjadi munafik, adalah salah satu upaya bertahan hidup manusia sebagai makhluk sosial.

Aku tahu, mungkin kata ‘munafik’ terdengar cukup kasar. Aku juga tahu, mungkin akan banyak orang yang tidak setuju dengan ucapanku ini, yang seolah-olah mengatakan bahwa semua orang adalah munafik. Tetapi … bukankah memang demikian? Entahlah. Entah bagaimana orang lain mendefinisikan kata ini, tetapi bagiku, selevel membohongi diri sendiri sudah masuk ke ranah munafik. Dan aku tidak pernah berkata bahwa kata ini harus melulu memiliki arti negatif. Tapi terserahlah.

Tiga hari yang lalu, akhirnya Haze menuntaskan ujian akhir sekolahnya. Tinggal menunggu kelulusan. Saat itulah aku teringat, aku pernah memiliki sebuah janji dengan seseorang yang lama kukenal, mungkin sekitar sembilan tahun yang lalu, ketika aku baru saja lulus SMA. Seseorang, yang entah kenapa tiba-tiba namanya terlintas lagi di kepalaku setelah sekian lama, apalagi semenjak perjalananku dan Haze camping tempo hari.

Aku memutuskan untuk mengajak Haze pergi, meski sebenarnya dia dilarang untuk izin oleh gurunya di sekolah. Tapi toh, saat ini tinggal menunggu hasil kelulusan saja. Daripada dia berkeliaran seperti siswa gak guna di sekolah, mending kuajak saja jalan-jalan.

Lihat selengkapnya