Re-Birth

S_hayati
Chapter #2

Mozaik Satu

Sinar mentari pagi musim kemarau memasuki sela jendela kamar Ravindra, mencoba memecah kegelapan di dalamnya yang masih tak diterangi cahaya apapun, hanya pendar kecil di atas nakas berasal dari alarm LED digital. Kemudian, beberapa detik setelah alarm itu berdering keras, nyaris memekkan gendang telinga. Ravindra menggeliat oleh deringannya, tangannya menjulur ke nakas untuk menekan tombol off. Setelahnya, alat kecil dari bahan kaca itu mati.

Ravindra bangun dengan rambut sedikit berantakan, matanya terpejam sedikit, masih duduk di atas kasur untuk mengumpulkan kesadaran sebentar. Selagi dalam keadaan separuh sadar, mendadak ketukan dan seruan kecil dari pintu kamar membangunkan sekaligus mengembalikkan kesadaran seutuhnya.

"Kak Ravi, bangun kak, udah jam delapan nih," teriak Diandra dari luar. "Bang Indra udah datang loh ini."

"Rav ... kamu masih tidur ?" Indra ikut berseru.

Ravindra mendesah pelan, suara beratnya menjawab, "Udah." Lalu, ia bangkit dan membuka pintu kamarnya.

"Rav ... Rav, kamu masih tidur aja, udah jam berapa ini, nanti kita telat ke bandara."

Indra buru-buru masuk ke dalam kamar artinya itu, menghidupkan lampu, serta membuka kain jendela. Sehingga kamar menjadi terang menderang.

"Masih jam depalan Bang, masih ada waktu," sahut Ravindra.

"Belum lagi kamu siap-siap mandi, pakaian, sarapan lagi. Waktu bisa habis Rav."

"Cerewet banget sih Bang," keluh Ravindra. Kalau Indra sudah marah-marah begini persis seperti istri yang ngamuk dengan suaminya.

"Kak Ravi mau ke luar kota lagi?" tanya Diandra sembari duduk di beanbag dekat kasur. Ravindra hanya menjawab dengan berdehem. Jawaban Ravindra justru membuat reaksi wajah Diandra berubah cemberut.

"Kenapa dek, kok tiba-tiba cemberut gitu?"

Bibir Diandra makin maju beberapa senti. "Padahal baru aja pulang kemarin malam, masa mau pergi lagi?" ucap Diandra, tangannya menyilang di dada.

Ravindra tersenyum melihat ekspresi wajah Diandra, pipinya yang menggembung dan bibir condong ke depan membuat wajahnya yang sudah tembem makin terlihat menggemaskan.

"Jadwal Kak Ravindra sudah terjadwal hingga tahun depan dan semuanya padat dek. Jadi kamu harus mengerti ya." Alih-alih Ravindra, justru Indra yang menjawab pertanyaan Diandra.

"Akhir minggu ini juga sibuk?"

Ravindra mengangguk pelan sembari melempar senyum tipis. "Kakak mandi dulu, kamu tolong bilang ke Mama, gak usah buat sarapan, bawain bekal aja. Nanti Kakak makan di mobil."

Diandra bergegas dengan hati berat, tepat di ambang pintu, Diandra mendesah panjang. Ravindra cuma geleng-geleng kepala. Ia sadar, waktu bersama Diandra memang sangat sedikit. Dia sudah jarang sekali bermain-main dengan adik satu-satunya itu, tapi ia juga tidak punya pilihan. Ada banyak jadwal dan pekerjaan yang harus dikerjakan.

"Aku sudah bereskan baju untuk kamu pakai hari ini, kamu mandi, dan aku akan ke bawah membawa koper ke mobil." Ravindra mengangguk pelan, berlalu ke kamar mandi dengan membawa handuk di tangan kirinya.

Ravindra Karunasankara nama lengkapnya. Ia adalah salah satu artis di bawah naungan Rise Label - Perusahaan management artis ternama di industri hiburan Indonesia.

Karir Ravindra termasuk yang patut diperhitungkan, karena terus melaju di puncak kepopuleran. Tak ada yang tidak mengenalnya, bahkan seluruh masyarakat tahu siapa Ravindra. Ia dikenal sebagai artis multitalent. Ia bisa menyanyi, akting, dan menulis lagu dengan baik. 

Tak sedikit pula pesaing Ravindra di industri hiburan merasa terancam dengan ketenaran Ravindra. Hal ini diyakini, setiap kali Ravindra mengeluarkan lagu akan langsung merajai seluruh tangga lagu. Jika mengeluarkan film, maka akan dengan mudah menjadi film terlaris, bahkan sinetron yang dibintanginya akan menjadi terkenal dan mendapat rating paling tinggi. Maka tidak heran, kesuksesan karirnya itulah yang menjadi alasan bagi Ravindra tidak punya waktu banyak di rumah. Bahkan baru saja, sehari lalu dia pulang dari Surabaya, hari ini Ravindra harus segera berangkat ke Palembang untuk tour konsernya.

"Sudah siap Rav?" seru Indra saat Ravindra muncul di dapur.

Ravinda mengangguk, "Kita berangkat sekarang Bang."

"Kamu minum dulu teh hangatnya bentar Rav," suruh Mama Hesti dengan lembut.

Ravindra mengindahkan suruhan Mamanya dan duduk dan meraih gelas, lalu menyeruput tehnya. "Aku akan pulang lusa, sepertinya pulang malam lagi. Mama jangan menunggu lagi seperti semalam."

Lihat selengkapnya