Re-Birth

S_hayati
Chapter #3

Mozaik Dua

Ravindra segera melepaskan tubuh wanita dengan rambut bondol yang memeluknya tiba-tiba, namun rengkuhannya begitu kuat mengikat tubuh Ravindra, membuat ia kesulitan melepasnya.

"Ma-maaf kamu siapa? tolong jangan kayak gini, nanti saya panggil security." Teriakan Ravindra mengisi lorong hotel tapi tak cukup membuat orang-orang dari kamar lain keluar untuk menolongnya. 

Sementara wanita bertubuh sedikit berisi itu, bukannya berhenti dan melepaskan pelukannya, justru semakin kuat merengkuh pinggang Ravindra sambil berseru, "Aku engga akan ngelepasin ... Ravindra kamu harus jadi milikku, aku sayang kamu, aku engga bisa cuma jadi fans kamu doang."

"Tolongggg ... kamu jangan kayak gini," pekik Ravindra. Ia berusaha melepaskan dengan kasar rengkuhannya, lalu setelah terlepas Ravindra buru-buru mendorong wanita itu. "Bisa-bisanya kamu tahu kamar aku, kamu pasti penguntit kan? oh ... tu-tunggu kamu yang sering menguntit aku selama ini kan?" Ravindra mengenali wajah wanita itu, sebab ia sering melihat di sekitar rumahnya. Wanita itu yang selama ini membuat Ravindra resah karena terus mengikutinya kemanapun. Bahkan pernah menunggu di depan rumah Ravindra selama seminggu dan paling parah wanita itu pernah membuat heboh jagat maya dengan mengatakan akan membunuh Ravindra jika tidak menikahinya.

"Kamu gila, bagaimana bisa kamu sampai kemari, benar-benar sudah keterlaluan ...." Ravindra berjalan ke kamar Indra di sebelah, digedornya pintu dengan kuat.

"Bang Indra, Bang!!!" Tak ada jawaban dari dalam.

"Ravindra, kamu jangan marah dulu, aku cuma mau ketemu kamu."

Wanita itu mencoba mendekat ke Ravindra, namun ia sigap mengelak. "Engga bisa dibiarin begini. Bang Indra ... !!!" gedoran kali ini lebih keras, pastilah Indra keluar karenanya.

"Ke-kenapa Rav, kok gedor-gedor pintu?"

"Liat nih, siapa yang ngikutin aku sampai kemari."

Indra terperangah, melihat wanita di depannya yang tengah memasang wajah memelas. "What the ... kenapa kamu bisa tahu?"

"Kita harus bawa dia ke security," Ravindra menarik kasar lengan wanita itu. 

"Kamu harus jadi milikku aku Rav, aku engga peduli harus dipolisikan agar kamu bisa menikahi aku."

"Otaknya benar-benar udah engga berfungsi deh kayanya," gumam Indra sambil geleng-geleng.

"Ayo Bang, ngapain masih disitu?"

"I-i-iya Rav." Indra berlari kecil mengikuti Ravindra yang sudah berjarak jauh.

Ravindra terus menarik wanita itu , membuat semua perhatian tertuju kepadanya. Ditolaknya kasar wanita itu di depan manajer hotel yang kebetulan juga ada di lobby hotel.

"Ke-kenapa Pak Ravindra, ada masalah apa?"

"Apakah keamanan hotel ini tidak bisa diperhatikan, bukannya managerku sudah memberi peringatan agar tidak ada penggemar yang bisa menerobos ke lantai kamar saya?"

"Maaf, penggemar? tapi kami sudah meningkatkan keamanan di kamar anda."

"Lalu ini apa?" Ravindra ke arah wanita itu. "Dia datang ke kamarku dan melakukan pelecehan padaku, keamanan apa yang kalian katakan?"

"Benarkah... tapi kami sudah." melihat wajah Ravindra yang jelas tidak senang, manajer hotel itu mengurungkan niatnya untuk memberi penjelasan lagi. "Ma-maaf Pak Ravindra atas ketidaknyamanan ini. Kami akan mengurus masalah ini segera." Manajer itu memberi isyarat kepada security untuk membawa wanita tadi, namun mendapat perlawanan darinya bahkan saat pihak keamanan hotel menyeretnya, ia masih terus berteriak hal yang sama tentang Ravindra.

"Kamu balik saja lagi ke kamar Rav, biar aku yang mengurusnya."

"Memang sudah seharusnya, jangan biarkan dia lolos kali ini."

Mendengar kalimat Ravindra dengan suara meninggi, Indra mencelos. Tak pernah Ravindra seperti itu, selama ia bekerja dengannya. Mungkin karena Ravindra sedang marah, pikir Indra.

----_-_-_-_----

Ravindra baru saja habis mmbersihkan tubuhnya, ia keluar dari kamar mandi dengan masih mengenakan handuk yang menutupi dari pinggang hingga setengah kakinya. Badan atletis dan perut sixpacknya terpampang nyata, seolah itu salah dari sebagian keindahan dunia yang tidak boleh dilewatkan untuk dilihat. Mungkin bagi para kaum wanita yang melihatnya secara langsung, akan terbelalak tanpa berkedip sedikitpun.

Mesin AC dinaikkan sedikit, sebab Ravindra merasa kedinginan, lalu ia duduk di sofa tunggal berlengan. Diusapnya layar ponsel, lalu beberapa detik setelahnya, kedua bolamata Ravindra membelalak seakan ia tengah melihat sesuatu yang mengerikan. Tapi apa yang dilihatnya lebih mengerikan daripada melihat hantu. Bagaimana tidak, ia mendapati ada jutaan notifikasi masuk dari akun media sosialnya dan puluhan panggilan dari CEO Rise Label. Hal tak biasa ini membuat Ravindra mengerutkan kening, Berbagai pertanyaan muncul di benaknya.

"Kenapa notif gue jebol gini?"

Tepat ketika Ravindra mencoba mencari tahu lebih lanjut, pintu kamarnya terbuka. Indra masuk dengan wajah serius, membuat Ravindra yakin kalau ada yang tidak beres.

"Ada apa Bang?"

Lihat selengkapnya