Re-Birth

S_hayati
Chapter #4

Mozaik Tiga

"Aku kangen kamu," Ravindra memeluk erat tubuh kecil Gisel. Ia meletakkan kepalanya di pundak kekasihnya sembari memejamkan matanya, dibarengi desah cemas diujung napasnya.

"Kamu engga apa-apa kan sayang?"

Ravindra menggeleng pelan, matanya masih terpejam, "Setidaknya dengan bertemu kamu, beban pikiranku sedikit berkurang."

"Semua pasti baik-baik aja yang," Gisel menepuk lembut pundak Ravindra.

Beberapa menit mereka saling berpelukan, setelahnya Ravindra melepas tautan tangannya dari tubuh Gisel. Ia berganti menautkan jari-jemarinya pada sela jari tangan Gisel, lalu mereka mulai berjalan di sepanjang tepi pantai. Untungnya saat ini tidak banyak orang di sekitar mereka, karena waktu sudah mendekati larut malam sehingga keduanya pun tidak perlu khawatir untuk ketahuan oleh orang lain. Apalagi Ravindra dan Gisel menutup muka mereka pakai masker, topi, dan penutup kepala, sehingga tidak mungkin membuat orang mengenali mereka.

Ketika tengah berjalan-jalan romantis, tibalah mereka di bibir pantai, dari jarak tak begitu jauh dari mereka berpijak terlihat sebuah meja yang diatasnya telah dihiasi oleh bunga-bunga, dan setingkat kue tart. Gisel memalingkan wajahnya ke Ravindra, menyadari kalau itu adalah kejutan yang telah dipersiapkan kekasihnya. Gisel tahu betul, Ravindra adalah pacar yang sangat romantis.

"Kapan kamu nyiapin semua ini?"

"Bukan aku, tapi Bang Indra." Ravindra tersenyum mengejek, Gisel memasang wajah pura-pura cemberut, yang malah membuat Ravindra menarik senyum lebar. "Selamat Anniversary yang kedua tahun sayang," ucapnya lembut.

Gisel balas dengan senyum yang lebih lebar, "Happy Anniversary sayang, makasih sudah selalu ingat hari jadi kita."

"Tentu aja aku ingat, hari jadi kita adalah satu hal spesial yang akan selalu aku ingat." Ravindra mengelus wajah Gisel, lalu perlahan ia mendekatkan dirinya dan mencium puncak kening Gisel.

"Semoga kita bisa terus merayakan hari jadi kita beberapa tahun ke depan sampai kita bisa menikah nanti."

Gisel mengangguk pelan dan menautkan tangannya ke leher Ravindra, memeluknya erat, Ravindra merengkuh punggung Gisel lebih kuat.

----_-_-_-_----

"Halo Ravindra, aku Libra Helena dari Media Trusted." Seorang gadis mengenakan kemeja hitam menyodorkan tangannya. Ravindra dengan cepat meraih jabatan Libra sembari menarik garis senyum kaku di ujung bibirnya.

"Ini pertemuan pertama kita ya, salam kenal, senang sekali bisa bertemu dengan kamu," ucap Libra ramah, tapi sebenarnya lebih terdengar seperti basa-basi saja untuk membuka pertemuan mereka.

"Kalau begitu kita mulai wawancaranya sekarang?"

"Semakin cepat lebih baik kan."

"Oh tentu saja, aku tidak akan berlama-lama, tidah usah khawatir. Kita hanya akan melakukan wawacara ringan saja," ucap Libra yang mendadak sedikit kikuk dengan sikap dingin Ravindra. "Silahkan duduk," sambungnya lagi.

Ravindra duduk di bangku kosong yang berada di tengah berlatarkan kain kuning dari properti pemotretan sebelumnya. Ravindra menghadap ke arah kamera tepat di depannya dengan sorot mata datar.

"Baiklah, kita mulai sekarang ya."

Ravindra balas berdehem ringan saja.

Libra mulai memberi pertanyaan, dijawab dengan santai oleh Ravindra. Dilanjut pertanyaan seterusnya yang berkaitan dengan kegiatan Ravindra akhir-akhir ini, juga Libra membahas mengenai rencana project Ravindra selanjutnya. Penyanyi sekaligus aktor itu, memaparkan rencana untuk comeback dengan mini albumnya dan tengah mempersiapkan lagu-lagu terbaru yang seperti biasa akan ditulisnya sendiri. Saat ini Ravindra telah membuat beberapa lagu yang kemungkinan akan ia masukkan ke dalam mini albumnya. Namun Ravindra masih bingung menentukan lagu utama untuk comebacknya kali ini.

Sekitar 10 lebih pertanyaan telah diajukan oleh Libra, hingga di dua pertanyaan terakhir. "Menurut kamu, apa sih arti Penggemar?"

Ravindra terdiam beberapa saat sebelum menjawab, matanya menatap arah lain seperti tengah mencoba mencari jawaban yang tepat. Kemudian ia mantap menjawab, "Penggemar? kurasa menggambarkan penggemar dalam sebuah kata-kata tidak akan bisa cukup. Karena bagiku, arti penggemar lebih dari sekedar orang yang mendukung karirku. Tapi mereka adalah bagian dari nyawaku. Mereka adalah nadi dalam perjalanan karirku. Mereka juga ibarat detak jantungku, sehingga mereka sangat kubutuhkan dan aku tidak akan ada apa-apanya tanpa mereka. Seumpama udara, mereka memberikan harapan padaku untuk memulai kehidupan selanjutnya. Penggemar, lebih dari kata-kata, mereka segalanya."

"Wah, itu sangat menyentuh sekali, aku terharu mendengarnya."

Lihat selengkapnya