RE: Incarnation

Yudi
Chapter #2

Masa lalu sang raja iblis dari surgawi ke enam (Prologue)

21 Juni 1582, Kuil Honnoji, Kyoto, Jepang.

Di antara gelapnya malam, beberapa ribu prajurit berpakaian zirah samurai terlihat sedang berjalan mendekati sebuah bangunan yang diketahui adalah sebuah kuil. Dilihat dari kesigapan para prajurit itu, sepertinya mereka benar-benar siap untuk bertempur saat ini, bahkan regu pemanah di bagian depan telah mengarahkan ratusan anak panah api mereka ke bangunan kuil itu, dan tinggal menunggu perintah kapan untuk menembakkannya.

“Musuh berada di Honnoji. Ayo maju, jangan takut dan bawalah kemuliaan pada tuan kita!!” ujar seorang pemimpin pasukan di bagian depan. Ia bersuara dengan lantang agar dapat didengar oleh semua bawahannya.

Instruksinya diikuti oleh prajurit regu pemanah yang berjalan maju secara perlahan beberapa langkah dan menembakkan anak panah mereka. Suara tarikan busur dan lesatan anak panah menjadi pemecah kesunyian di malam itu, sekarang, pertempuran-Tidak! Tapi pengepungan ini akan membuat dunia kehilangan salah satu penakluk paling brilian dan tersukses dalam sejarah manusia, serta mengubah sejarah Jepang di masa depan.

Line Break

POV

Ungkhk. Ada apa ini, mengapa udaranya mendadak jadi panas dan suara ribut apa itu di luar? Dasar! Mengganggu orang tidur saja. Karena terganggu dan merasa tak bisa tidur lagi, Aku membuka mataku, lalu berjalan menuju pintu balkon kuil ini untuk melihat apa yang terjadi di luar. Namun, ternyata hal tak terduga telah terjadi. Saat ini kuil Honnoji telah dikepung dari berbagai arah dan sebagian telah terbakar, tapi yang paling mengejutkanku adalah para prajurit yang mengepungku itu menggunakan panji berwarna biru muda dengan lambang Bellflower putih. Ya, tak salah lagi itu adalah lambang miliki salah satu bawahanku yang paling setia, Akechi Mitsuhide.

Keparat!! Sepertinya aku tahu apa yang terjadi saat ini. Mitsuhide brengsek!! Rupanya dia menghianatiku. Tapi apa alasannya? Dia memang suka menentang keputusanku yang ia anggap salah, tapi diantara seluruh jendral-ku, kesetiaanta tidak dapat tertandingi. Cih, sudahlah, ternyata memang hati manusia itu dapat dengan cepat berubah. Aku tak peduli lagi dengan alasan mengapa Iya bisa membelot, yang terpenting sekarang ini adalah bagaimana caranya agar aku bisa lolos dan membalas perbuatan Mitsuhide ini.

SREEK!

Suara pintu yang digeser itu memasuki indra pendengaranku. Mengalihkan pandangan ke asal suara dengan sikap waspada kalau sampai itu adalah musuh. Namun, ternyata Aku salah, itu bukan pasukan Akechi, melainkan seorang pemuda berusia 17 tahun yang memiliki gaya rambut pony tail. Dia adalah salah satu bawahan yang terpercaya dan pemanah ku yang paling handal, Mori Ranmaru.

“Nobunaga-Sama!! Kita telah terkepung” ucap Ranmaru dengan ekspresi serius dan tetap tenang.

“Aku tahu itu, Ranmaru,” balasku berjalan ke tempat di mana katanaku tersimpan.

Tiba-tiba Ranmaru melakukan posisi dogeza kepadaku. “Wahai Tuanku, berikanlah perintahmu!” ucapnya yang masih dalam posisi dogeza.

Aku terdiam menatapnya selama beberapa saat. Hanya ada satu arti dari ucapannya barusan. Seulas senyum tercipta di bibirku. Ternyata memang benar, kesetiaan dari pemuda ini begitu besar dan tak kenal waktu, tapi sayangnya dia terlalu muda dan jalannya masih panjang, Juga kemampuannya itu sangat hebat, Aku yakin dia akan menemukan tuan yang lebih baik dariku jika bisa kabur sekarang.

“pergilah dari sini dan hiduplah, Ranmaru, Kau masih terlalu muda untuk mati,” jawabku sambil masih menatapnya.

Tiba-tiba linangan air mata terlihat jelas dimatanya. Tunggu!? Apakah dia menangis karena aku menyuruhnya pergi?

Lihat selengkapnya