Cahaya matahari menyalip masuk melalui celah-celah jendela kamarku. Suara detak jam mengiringi diriku yang tengah menggambar Helianthus annuus (bunga matahari) di atas selembar kertas.
Hari ini, sekolahku meliburkan seluruh murid karena menteri pendidikan akan mengunjungi sekolahku. Jadi, hari ini aku tidak akan kesepian lagi karena Nono ada di rumah.
"Shar, makan dulu tuh sarapannya," teriak Nono dengan tiba-tiba. Begitulah Nono jika berada di rumah. Suaranya menggelegarkan seisi rumah.
Aku meninggalkan alat menggambarku, lalu menuju dapur. Kulihat ibu sedang sibuk memanggang kue. Aroma cokelat dan keju dari kue tersebut benar-benar membuat bulu hidungku menari-nari.
"Ibu bikin kue?" Tanyaku, basa-basi.
"Iya, karena jam delapan Revo mau ke sini,"
"Hah? Sekarang? Kok bisa?"
"Kepo deh..." Sahut Nono diakhiri dengan sendawa kerasnya.
"Apa sih No," seruku kepada Nono. Jika tidak ada dia, suasana rumah seakan-akan redup. Namun jika dia ada di rumah, aku harus terus menguatkan mentalku untuk bersilat lidah dengannya.
"Mulai deh debatnya..." seru adhizar yang sedang mengerjakan tugasnya.
"Mending, sekarang kamu mandi," ucap ibu padaku.
"Yang cepet mandinya, biar masih ada waktu buat dandan, kan mau ketemu sama babang Revo! Ahahahah." Lagi-lagi Nono membuatku kesal hingga kucubit perutnya.
Aku pun segera membersihkan diri, dan berpakaian yang sewajarnya, karena bagaimana pun aku dan Revo masih sebatas teman.
Aku sudah siap untuk bertemu Revo, dengan model hijab pashmina yang kubentuk sesimpel mungkin. Ibu sudah selesai menyiapkan bermacam jenis kue di meja makan. Aku dan Aratha juga membantu ibu membuat es teh manis dan menghias kue.
"Assalamualaikum..."
"Waalaikumsalam..." Sahut kami secara bersamaan. Sepertinya aku mengenal suara itu.
"Sharza, tolong bukain pintunya..." Ibu tersenyum tipis padaku.