"Muka kamu tuh jelek!"
"Enggak akan ada cowok yang mau sama kamu!"
"Dasar jelek!"
"Jangan pernah ngarep pacaran sama cowok ganteng!"
"Argh!!!" Aku terbangun dari tidurku. Lagi-lagi kejadian pahit tersebut terus menghantuiku. Sekarang masih pukul dua pagi dan aku terbangun karena mimpi tersebut. Kejadian itu memang sudah lama terjadi, namun pikiranku tak dapat menolak kejadian itu sehingga aku masih terus mengingatnya.
"Mungkin omongan mereka bener. Mana mungkin ada cowok ganteng yang mau sama aku," ucapku dalam hati.
Aku segera mengambil silet yang berada di atas meja belajarku.
"Ayah, ibu, maafin Sharza ya..." Aku segera menggoreskan silet tersebut ke urat nadiku.
"Awh!" Aku terjatuh dari sofa.
"Sharza, lo kenapa dah?" Tanya Reyan kepadaku.
Aku segera melihat lenganku. Apa! mimpiku benar-benar aneh. Tenyata, tadi aku baru saja bermimpi di dalam mimpiku. Itu sungguh menyeramkan!
"Eh, udah bangun..." ucap Reyan yang berjalan menghampiriku.
Kami masih berada di cafe. Aku baru ingat, jika tadi aku tak sengaja tertidur di sofa saat kami sedang berbincang. Sekarang Claudia sudah pulang dan Revo tengah memainkan handphonenya di sampingku.
"Maaf ya tadi aku ketiduran." Aku membenarkan hijabku yang sedikit berantakan.
"Maklum... lo pasti kecapean, kan?" Tanya Reyan padaku, membuatku terkekeh kecil.
"Jam berapa sekarang?" Tanyaku pada Reyan ataupun Revo.
"Setengah 12," jawab Reyan dan Revo, bersamaan. Aku mengangguk sambil tersenyum simpul melihat mereka yang begitu cepat meresponsku.