Re Me Re

Vika Lian Azizah
Chapter #13

Beside Him

"Untung tadi soalnya gampang," ucap Lala membicarakan tentang ulangan harian matematika tadi. Bel pertanda usainya kegiatan belajar mengajar telah berdering sekitar lima menit yang lalu. Kini aku, Lala dan juga Nono sedang menuruni satu demi satu anak tangga.

"Loh, emang kalau susah kenapa?" Tanya Nono sambil menggaruk rahangnya.

"Tadi malem gue nonton drakor..." Lala mengakhiri ucapannya dengan kekehan yang membuatku menghela nafas pendek.

"Kebiasaan deh, bukannya belajar." Aku menatap kendur Lala. Ia hanya tertawa dan memperlihatkan matanya yang membentuk setengah lingkaran.

Ketika kami sedang berjalan santai di koridor, mataku tiba-tiba terikat pada Reyan yang sedang menyender di dinding sambil memainkan handphonenya dan juga earphones bluetooth putih yang terselip di lubang telinganya. Suara langkah kami yang menggema membuatnya menoleh dan melepaskan kedua earphonesnya itu.

Nafasku seakan-akan terhenti ketika Reyan melemparkan senyum manisnya kepadaku. Ia berjalan santai sambil mencangklong tas serutnya. Aku memperkecil langkahku ketika ia mulai mendekatiku.

"Hai, Shar." Argh! Suaranya membuat detak jantungku tak terkendali. Aku hanya tersenyum dan tidak menjawab sapaannya. Nono menyenggol tanganku dengan tatapan menggoda, sedangkan Lala hanya menggigit bibirnya, lebih tepatnya menahan tawa. Ayolah, bantu aku menyelesaikan kegugupan ini!

"Shar," panggil Reyan membuatku menoleh cepat.

"Iya..."

"Tadi Ikmal nelpon gua, katanya kafe lagi sepi. Makanya kita kesana aja buat ngomongin keperluan besok," ucap Reyan. Ya, sekarang hari jumat dan esok adalah hari yang sangat kunantikan.

"Sama Lala juga kan?" Tanyaku mengangkat kedua alis.

"Iya sama kalian juga. Nono kalau mau ikut ke kafe ya ikut aja," ucap Reyan ramah.

"Gua enggak ikut deh," kata Nono sambil mengeluarkan handphone dari saku celananya.

"Emang kenapa?" Reyan mengerutkan alis.

"Sekarang gua pulang ke rumah, terus nanti ke sini lagi mau latihan basket." 

"Oh iya..." Reyan menganggukkan kepalanya beberapa kali.

"Yaudah gua duluan ya." Nono menatap kami seraya tersenyum lebar dan mulai melangkah.

"Eh No, nanti kalau ketemu Revo tolong bilangin ke dia suruh ke kafe," kataku membuat Reyan sontak menoleh ke arahku.

"Kok?" Reyan mempertegas pertanyaannya.

"Kan besok dia juga ikut," ucapku.

"Kenapa enggak ditelepon aja?"

"Handphone dia lagi rusak."

"Terus dia ke kafe sama siapa?"

Lihat selengkapnya