Akhirnya mereka telah sampai di selter akhir pendakian yang menandai banyaknya vegetasi tumbuhan yang tingginya sedikit melebihi tinggi mereka, sedangkan Irna yang sepanjang jalan selalu menanyai kepada Bidu perihal hadiah apa yang ia akan dapatkan, dasar wanita memang tak bisa mendengar kata hadiah.
“Na!” panggil Bidu yang tepat didepannya.
“Kenapa bang Bidu?” jawab Irna dengan delikan mata yang mengharapkan sebuah hadiah.
“Kau mau tahu hadiah apa yang akan kau dapatkan?” lalu Irna celingak-celinguk mencari sumber di mana ia kan mendapatkan hadiah yang dimaksud oleh Bidu.
“Kau tidak akan mendapatkannya jika mencarinya disini, Na.”
“Lalu?”
“Lepaskan daypackmu lalu pejamkan mata!” Irna seolah menurut dan mengikuti dengan polosnya apa yang Bidu katakan.
“Jangan ngintip yah nanti hadiahnya hilang lho!” bisik Moza
Lalu Moza menuntun lengan Irna bersama Bidu dan menyelusuri jalur setapak yang ditumbuhi belukar di kiri dan kanan. Lalu tidak selang berapa lama Irna menyelusuri jalur setapak dengan mata terpejam dengan berjuta tanda tanya di kepalanya akhirnya sampailah mereka pada bibir lembahan yang luas
“Na, sudah siap dengan hadiahnya?” tanya Bidu.
“Ya.”
“Sekarang buka matamu!”
“Taraaaaaaa!” ketika Irna membuka kedua matanya secara perlahan ia melihat hamparan luas lembah yang ditumbuhi rerumputan edelweiss yang bermekaran berwana putih keabu-abuan yang terhampar indah di sepanjang mata yang dilukiskan bermilyaran spektrum warna yang diciptakan.
Bunga edelweiss yang mempunyai nama latin Anaphalis Javanica adalah tumbuhan yang hanya bisa tumbuh di ekosistem sub-alphin yang dimana ekosistem ini biasanya ditumbuhi oleh dataran yang ditumbuhi rumput isachne, pangerangensis, violet dan cantigi, semua itu tumbuh dengan subur di lemban Surya Kencana termasuk edelweiss yang mempunyai ciri-ciri berdaun kecil-kecil memanjang lancip seperti duri dan diselimuti bulu-bulu seperti beludru. Setiap kuntum terdiri dari lima mahkota bunga berwarna kuning selebar 5 milimeter dikelilingi kelopak yang membentuk bintang.