Beberapa bulan selang kejadian penggeledahan kamar kost di kawasan Radio Dalam, tempat di mana Bidu tinggal, Moza akhirnya mengetahui peristiwa itu setelah beberapa waktu ia sempat mencari kabar Ruri dan Bidu yang tiba-tiba hilang tanpa kabar setelah melakukan pertemuan dengan mereka untuk membahas masalah hubungannya dengan Nenez, karena mereka tak biasanya seperti itu, ia sempat berpikir mereka marah karena jalinan hubungan mereka. Moza akhirnya mencoba mencari tahu kabar tentang Dara, karena hanya dia yang mungkin tahu dimana kabar Bidu dan Ruri. Moza menemukan kabar bahwa sekarang Dara berada di daerah Cileungsi di tempat kediamannya dan mengetahui perihal tentang menghilangnya sahabatnya itu setelah dapat informasi dari anggota Mapala kampusnya.
Kabarnya Dara telah bebas dari jeratan hukum narkotika, setelah melalui beberapa pemeriksaan dan interogasi, karena pihak berwajib hanya mendapatkan tiga batang lintingan ganja siap pakai dan beberapa bungkus papir (kertas untuk melinting ganja), ternyata ganja yang berjumlah 1 kilogram itu tidak ditemukan oleh pihak berwajib karena telah terlebih dahulu Dara sempat mengamankan di suatu tempat yang berbeda. Dara pun akan dimasukan dalam pengawasan dan pembinaan panti rehabilitasi seandainya hasil tes urin dan darahnya tertuju sebagai pemakai narkotika bukan sebagai pengedar.
Di sebuah halaman yang cukup rimbun yang ditumbuhi beberapa tanaman bunga hias yang tertata rapi dalam berbagai macam pot, di sana tampak sedikit ramai seperti ingin mengadakan suatu acara pesta. Moza yakin alamat Dara memang benar, lalu Moza dan Nenez mencoba membenarkan dengan menghampiri tujuan alamat tersebut dan bertanya kepada beberapa orang yang terlihat sedang bercengkerama di halaman itu.
“Permisi, Kang. Maaf, kalau boleh saya tahu apakah ini benar alamat rumahnya Dara Kirana?” tanya Moza.
“Iya, Neng benar. Ini alamatnya memang agak susah sih mencarinya karena peta yang di undangan gak begitu jelas, yah udah ayo sok atuh langsung masuk soalnya resepsi akad nikahnya sedikit lagi mau dimulai,” jawab orang itu yang sepertinya kerabat dekat Dara. Nenez dan Moza saling bertatap heran mendengar kata ‘akad’ dari orang tersebut. Tidak lama mereka berdua diantarkan sampai menuju kamar Dara oleh orang itu. Di benak Moza dan Nenez bertanya-tanya apakah benar Bidu menikah dengan Dara, tetapi kenapa mereka tidak mengabari tentang perjanjian sakral tersebut kepada mereka. Kebingungan mereka berdua pun semakin menjadi tatkala ketika mereka berdua diperkenalkan oleh orang itu kepada calon mempelai lelaki yang ternyata itu bukan Bidu melainkan adalah orang lain. Moza dan Nenez menghela nafas panjang dan penuh dengan tanda tanya kenyataan apa lagi yang akan terpentaskan. Setelah mereka sampai di kamar tempat dimana Dara dirias mereka pun akhirnya bertemu. Dara sempat kaget melihat mereka berdua menemuinya, lalu mereka pun duduk di bangku samping di mana Dara dirias. Tak ada yang bisa dibicarakan di antara mereka, setelah melakukan pecakapan basa-basi, Dara meminta perias pengantin tersebut untuk menunda pekejaannya dan meminta untuk meninggalkan mereka bertiga.
“Pasti kalian heran dengan keadaan ini,” ucap Dara setelah mereka saling diam dan saling menunggu untuk berbicara
“Tentang penggeledahan kamar kost Bidu oleh pihak yang berwajib dan sampai di mana keberadaanya saat ini, hingga sampai kalian mengetahui acara akad ini, yang mungkin kalian telah sadari, keberadaan Bidu yang tidak kalian temui disini,” Moza dan Nenez hanya terdiam mencoba menyimak apa yang sedang terjadi.