REA

Beni satria
Chapter #27

12/

Sebulan genap telah berlalu sejak kejadian itu, Bidu telah cepat bisa menerima kenyataan bahwa ia pernah memiliki sosok wanita hebat dalam hidupnya dan ia bangga akan hal itu, walau pun tekadang ia agak sedikit murung ketika mengenangnya kembali. Bidu jadi lebih sering ke rumah pohon, dia selalu ditemani Moza dan Irna untuk sekedar menghiburnya atau diskusi ringan masalah seni dan sastra, tetapi, Ruri tiba-tiba menjadi sosok pendiam.

“Hei guys! Nanti malam aku mau mengisi akustikan di Cafe Caping deket kampus kamu itu, Ri. Aku harap kalian bisa datang. Termasuk kamu Bidu, harus ikut! Sekadar ganti suasana sekali-sekali!” ajak Nenez saat mereka berkumpul kembali di rumah pohon. Ruri hanya menanggapi dengan anggukan dan Bidu lebih respek menanggapinya dengan senyumnya walau itu terlihat ambigu.

Sore pun bergilir menunggu malam, mereka berempat menumpak SUV merah milik Moza termasuk Irna. Dia jadi sering ikut bersama mereka untuk melaju menuju Cafe Caping di daerah bilangan Pamulang. Sampailah mereka setelah 30 menit perjalanan dari kediaman rumah pohonnya Nenez, setelah turun dan memasuki pintu kafe, mereka disambut oleh suasana kental kultural, aroma pedesaan yang kentara dari segi visual maupun aroma makanannya yang khas daerah, yang tersaji dalam berbagai bentuk angkringan. Mereka duduk lesehan di sebuah gazebo yang di bawahnya ada kolam ikan mirip konsep gazebo di tempat tinggal Nenez. Tiap gazebo di kafe ini berisi empat meja di dalamnya dan tiap gazebo tersebut berjejer membentuk formasi huruf C yang mengapit sebuah panggung pentas. Uniknya lagi, oranamen-ornamen lampu yang terhias menggantung dalam topi caping dimana sisi dalam kerucutnya menempel sebuah lampu yang menjadi khas dinamakannya kafe tersebut ‘Cafe Caping’. Lalu mereka semua duduk lesehan santai sambil menyantap hidangan kafe, dengan ditemani oleh alunan musik akustik yang begitu mengakrabkan suasana kafe tersebut. Tidak lama setelah beberapa penampilan akustik dipentaskan di kafe itu, kini giliran Nenez untuk tampil dan langsung mendapat tepuk tangan dan ejekan dari Moza yang bilang: “Nanti kalo kamu udah main kita semua pulang yah?” 

“Terima kasih sebelumnya untuk kawan-kawan saya di gazebo sebelah sana, yang mereka berencana untuk pulang setelah saya tampil malam ini.” 

“Dan khususnya malam ini sangat teristimewa buat saya karena saya akan mengutarakan sesuatu dalam bentuk sebuah lagu yang akan ku berikan kepada gadis berambut bondol yang berada di dalam gazebo itu, yah walaupun gadis bondol itu terlihat amat sangat menyebalkan, tetapi di situlah letak keistimewaan sebuah lagu yang akan ku bawakan khusus untuknya.”

 Moza terlihat tercengang mendengar pembukaan Nenez. Sebelum Nenez tampil sepertinya ia merasa akan mendapat sebuah surprise, dan lalu Ruri terlihat gelisah sambil memandang dengan mimik penuh segudang tanya ke arah Moza yang langsung bersitatap tegang diantara keduanya.

“Lagu ini berjudul ‘Ajari Aku Cara Mencitaimu’ karya Azis Ms,” musik akustik pun mengalun mengawali pembukaan sebuah ungkapan yang penuh dengan sebuah harapan.


Bukan ku tak mau mengucap segala kelebihanmu

Bukannya aku tak harus menghujani kata setia padamu

Bukan karena jenuh 

Atau telah berkurang kasih sayang ini

Yang terasa mengering tanpa bunga kata

Telah berulang kali ku siapkan waktu yang terbaik

Untukkuku akan memberi beribu kata mesra kepadamu

Juga seribu mimpi yang mungkin terwujud esok atau lusa

Datang menghampiri kita berdua

Dan bila waktunya tiba untuk memulainya pastilah ku ragu

Tak sanggup ku menyususun semua kata-kata ini...

Ajarilah aku bahasa cintamu

Agar mudah ku ucap kepadamu

Ajarilah aku cara mencintamu

Biar kita berdua sejalan selamanya

Lihat selengkapnya