Reaching For The Star

Dian hastarina
Chapter #7

Bertemu Sepupu Visioner #7

Aku bahagia sekali. Mendapat pekerjaan tak lama setelah mengundurkan diri ditempat yang lama. Bekerja sebagai Karyawan toko buku pasti akan sangat menyenangkannya, karena jujur, Aku menyukai buku. Dan wangi ini, wangi yang sama dengan wangi kemarin, namun tak menurunkan kadar semangatku yang sedang berkobar-kobar.

Sukacita berdetak dalam nadiku. Hatiku tak berhenti mengucap rasa syukur ketika akhirnya datang hari dimana Aku bekerja di Toko Buku. Napasku juga tak henti-hentinya merasakan hawa buku berplastik, saat berputar mengelilingi rak-rak buku ini. Kak Raya baru saja mengorientasikanku mengenai pekerjaan

Waktu pun sudah menunjukkan pukul sepuluh, sejak satu jam toko ini dibuka. Hampir semua letak sudah kuhapal. Kak Raya mengatakan hari ini Aku akan lebih banyak mengenal tentang apa yang disajikan toko buku ini, berikut nilai lebihnya. Kurasa nilai lebihnya adalah Café Bookstore seperti ini jarang ada di dapatkan di sudut kota Bandung.

“Yura..” panggil Kak Raya, saat mataku mengamati lagi sekeliling Toko ini. “Ya, Bu..” jawabku.

“Kenapa tiba-tiba memanggilku Ibu?” tanyanya, keningnya hampir berlipat. “Tidak, euh.. begini, bukankah Kak Raya adalah Bos disini?” jelasku. Kini Aku adalah karyawannya, maka setidaknya aku harus memanggil Ibu bukan?

“Oh, ternyata..” jawabnya, tersenyum lega. Tipis. “Tidak usah…. Kau tak perlu” jelasnya lagi. “Panggil Kak Raya saja boleh.. Silmi juga memanggilku Kak Raya” ucapnya, ketika pandangannya beralih pada salah satu karyawan wanita berjilbab yang sedang berlutut pada sebuah rak berjudul buku Islam. Wanita itu berbadan ramping dengan seragam Rayariva yang celana abu tua dan baju abu terang. Hidungnya mancung. Matanya besar dengan wajah yang tirus. Dia terlihat sibuk mendata buku, pada buku tebal yang Dia bawa.

“Silmi…” Panggil Kak Raya. Wanita itu menoleh kekiri dan mendonggak, “Kak Raya” Dia segera berdiri, ketika tahu wanita yang Dia panggil Kak Raya itu menghampirinya, bersamaku.

 “Perkenalkan, ini Yura. Dan Yura ini Silmi, Dia adalah karyawan disini juga yang akan menjadi rekanmu.” Jelas Kak Raya, yang memperkenalkan pada karyawan pertama yang kami temui. “Hai, Aku Yura..” ucapku, masih terkesan kaku. “Hai, selamat datang di to toko bawah ini bukan ini kan saya ambil barangku jatuh aja yako Rayariva” Jawabnya sangat ceria. Wajahnya juga cerah, tipe orang yang bisa membina hubungan baik dengan siapapun yang Dia temui

 “Wah.., Kau terlalu formal..” Timpalnya, namun masih terlihat bersahabat. Dia tak salah, begitulah sapaan kakuku yang selalu kuberikan pada orang yang baru kukenal.

“Silmi bekerja di bagian SA (Store Associate) Di Rayariva.” Jelas Kak Raya padaku. “Dan Silmi.. untuk sementara ini Yura juga akan bekerja sebagai SA juga,” ujar Kak Raya.

“Sementara?” tanyanya.

“Ya, untuk sementara ini, kita tidak tahu kedepannya akan seperti apa, dengan Rayariva yang semakin besar ini.”

“Benar juga,” timpal Silmi bermanggut-manggut. “Okay Yura. Semoga kita bisa jadi tim yang baik.” Sahutnya kemudian padaku.

“Sekali lagi mohon bimbingannya.” Kataku.

“Kurasa kita akan kompak karena seumuran, ya kan!”

“Tidak, kalian tidak seumuran.” timpal Kak Raya yang diakhiri dengan mendeham, “Memangnya berapa umurmu?” Silmi langsung berbalik padaku.

“Dua puluh sembilan, hampir tiga puluh tahun.” jelasku.

“Hah?!” Pekiknya, dengan mata membulat. Dia melihatku dari bawah hingga atas, tak percaya. Memang, dari wajahku yang kecil, banyak orang yang tak menyangka usiaku hampir kepala tiga.

“Kau lebih tua tiga tahun dariku, ah maaf… Kakak lebih tua ternyata…” Dia benar-benar tak percaya.

“Tapi Aku tidak ingin dipanggil Kak, cukup memanggil nama saja, nama saja” pintaku.

“Oh, tidak, tentu tidak” Wanita itu menolak.

“Ditempat kerjaku dulu banyak orang-orang muda, dan Aku meminta mereka memanggilku nama saja, sungguh.. Aku tak keberatan” Dengan seperti ini Aku menyadari, bahwa Aku sudah selangkah lebih maju untuk berinteraksi dengan orang-orang.

“Begitu?” tanyanya, terlihat tak yakin.

“Ya. Tentu" jawabku kemudian.

“Baik.. akan kucoba panggil saja..Ya”ucapnya. Ya, begitu lebih baik. Aku yakin Silmi akan menjadi rekan yang baik.

Lihat selengkapnya