Hari menunjukkan pukul dua siang, ketika Risyad masih berdiam di Toko ini. Ingin rasanya Aku bertanya, kenapa Dia hampir seharian berada disini? Apa Dia tak mengunjungi Amadeus, rumah musik, atau bisnis lain yang Dia pegang? Apa Rayariva begitu penting untuknya hingga Dia mengabaikan semuanya? Dan, apa yang Dia sebut misi penting?Tidak sepertiku yang berkejar-kejaran dengan hutang besar dari Rentenir, semua waktuku harus kufokuskan bekerja keras dan membuat outline tegas agar tujuanku tercapai.
Kembali pada situasi saat ini. Aku sendiri, masih dalam posisi melayani Pelanggan di kasir, bergantian dengan Silmi yang kini ada di area buku (menangani Pelanggan yang bertanya). Safitri dan Dimas, yang adalah dua Pegawai lainnya sedang berada area baca (mengganti istirahat Ardan), dan membantu Silmi di area buku.
Hari ini Pelanggan cukup banyak. Bahkan lebih banyak dari beberapa hari kemarin. Ruang baca yang bernama Readpoint yang ada disudut kiri, menjadi ramai. Tempat itulah yang menjadi favorit para pengunjung hari ini. Ini karena ide voucher membaca yang ditawarkan Rayariva. Ide itu berasal dari Risyad. Ya, semua perubahan toko ini berasal darinya. Dan kuakui idenya selalu berhasil.
“Yura..” Sapa suara lembut yang sangat kukenal, yang datang dari belakang punggungku. “Kak Raya” jawabku, menoleh padanya ketika sampai disampingku. “Bagaimana hari ini?” Tanyanya, memandang isi toko yang cukup padat. “Banyak pengunjung, terutama di Readpoint, Mereka juga banyak memesan Snack ringan dan minuman.” Jawabku yang dari tadi lebih banyak melayani Taman baca. “Jadi, Readpoint merangkap Eatpoint hari ini” Umpat Kak Raya. “Sepertinya ide cerdas Risyad sukses menambah pelanggan. Bila begini terus, kita akan merekrut karyawan lagi.” Kak Raya melipat tangannya, sedikit bangga.
“Ya..” jawabku, kuakui itu benar. "Voucher membaca membuat banyak orang membaca, ide yang membuat anak bangsa pintar" sahutku kemudian.
“Oh iya, Yura.. Ada pertemuan komunitas untuk para orangtua anak berkebutuhan khusus, kalau Kau mau… Hari minggu nanti ikutlah, kegiatannya sangat positif untuk diikuti.” Tukas Kak Raya.
“Minggu ya?” Betul, dulu Kak Raya menawarkanku untuk datang, “Ya Kak, akan kuluangkan waktu..” ujarku. Tentu, akan kuusahakan untuk datang, Aku perlu contoh - contoh hebat untuk membesarkan anakku. Lagi, pandanganku tak sadar, teralih pada Risyad yang kini berada di area buku motivasi. Dia terlihat masih sibuk memilah-milah buku. “..Apa Risyad, memang berencana membaca buku seharian disini? Kenapa Dia tak bekerja?” tanyaku.
“Dia menghindar dari seseorang.” jawabnya kemudian.
“Menghindar?” Sudah kuduga, pasti ada sesuatu.
“Dia bersembunyi dari seorang Wanita sambil mengerjakan sesuatu disini.” ucap Kak Raya. Aku terkejut, tapi otot wajahku sekuat-kuatnya kutahan agar tak tersenyum. Jadi itulah alasannya berada disini? Kabur? Aku benar-benar tak tahan ingin tersenyum. “Wanita itu mengajaknya bertemu di Amadeus pusat. Dan, disinilah Pria yang dicari itu berada.” terang Kak Raya lagi.
“Kenapa Dia tak berterus terang saja?” timpalku spontan.
"Setahuku, ….Risyad belum mau membuka hatinya pada siapapun.” jelas Kak Raya lagi dengan nada berat, “Sudah banyak wanita yang mendekatinya. Tapi sejak menduda, Dia belum mau mencari istri lagi..” timpal Kak Raya, entah kenapa Dia mengatakannya padaku yang adalah orang luar. Kak Raya menghela napas, sepertinya sesuatu telah menganggu pikirannya. “Risyad adalah anak yatim piatu, jadi Dia tak perlu ijin sebetulnya.... Namun untuk seorang Istri, kuharap Dia memilihnya dengan baik” Kak Raya terlihat serius. “Dia telah banyak mengalami hal tak menyenangkan dalam pernikahan pertamanya, kuharap calon Istrinya nanti adalah orang yang setia” lanjutnya lagi. Kata harap dan setia mengundang rasa penasaranku. Aku tak ingin bertanya, tapi…
“Hal ini sebetulnya bukan urusanku, tapi apa ada sesuatu dari masalalunya?”
“Hidupnya dulu sangat sulit” Jawab Kak Raya, “Saat Dia jatuh, Dia ditinggal istrinya bersama Pria lain” Penyataan Kak Raya sangat jujur, terlalu jujur untuk orang baru sepertiku.
“…Dan?” Rasa penasaran ikut menggebu lewat mataku.
“Akhirnya Dia memilih fokus pada karir saja."
Jadi, Risyad juga punya kisah memilukan di masalalunya. “Kau pernah satu SMP dengannya kan? Kudengar Dia pernah tertarik pada seorang Temannya” ujar Kak Raya. “Teman?” Setahuku, Risyad tak pernah dekat dengan seorang gadis. “Aku tak pernah mendengarnya, Kami tak dekat ” jawabku. Karena dulu Aku hanya suka menjahilinya.
“Dia membahasnya lagi, saat pertemuan reuni SMP kalian waktu itu” jawab Kak Raya juga.
Reuni? ... Yoana?
“Entahlah” Aku sendiri takut salah. Mungkin ada” jawabku lagi, yang sebetulnya tak mau ikut campur. “Katanya, hal itu berawal dari kagum, Dia juga sudah lama mengamati Wanita itu” tutur Kak Raya, sambil melipat tangannya diatas perut. “Kagum?” alis kananku menukik karena terkejut. “Itulah, katanya. Risyad tak bisa jujur setelah itu, bahkan ketika kutanya apa Kau mengenal Wanita itu, Dia tak menjawab. Biasanya Dia jujur padaku, tapi kali ini Dia menutupnya rapat-rapat” Jelas Kak Raya.
Menutup rapat-rapat? Itu artinya... Aku tahu orangnya?
Semasa SMP, Aku tak pernah melihat Risyad tertarik pada teman perempuan. Tapi sudah bisa kupastikan, bahwa Wanita itu adalah Yoana Syheril. Dan berita baiknya, Yoana Shyeril juga menyukainya. “Hanya satu jawaban yang bisa kuberikan..., mungkin Wanita itu teramat penting” Terangku. Tentu saja begitu. Wanita itu adalah wanita penting dan terkenal, sehingga menyebutkan namanya sembarangan adalah sesuatu yang harus Pria itu hindari.