Tak terasa hari telah sampai pada penghujung minggu. Dan ini adalah hari dimana Aku akan bertemu komunitas penting. Jam tanganku tepat menunjukkan pukul sepuluh pagi, ketika Kak Raya datang menjemputku. Zidan duduk bersamaku dibelakang mobil, sementara Riva berada didepan bersama Kak Raya.
Kak Raya membelokkan mobilnya, memarkir disamping mobil lainnya yang telah datang. “Komunitas ini adalah perkumpulan kecil yang kami bentuk, beberapa dari kami bertemu di tempat terapi, dan beberapa lainnya bergabung melalui teman-teman. Anggota kami ada dua puluh orang." jelasnya.
"Lumayan banyak." sahutku.
"Ya, lumayan. Tapi untuk hari ini sepertinya yang hadir hanya setengahnya. Banyak yang bekerja dan berhalangan hadir”
"Ohh," imbuhku.
"Ayo.. kita masuk"
Aku bersama Zidan keluar dari mobil, dan Kak Raya membawa keluar kereta dorong Riva dari mobil. Kami akhirnya berjalan menuju teras rumah itu. Bagian luarnya tampak terawat, terlihat dari bunga-bunga hias hijau dipekarangannya yang masih segar. Di depan pintu masuk rumah itu juga ada dua banner setinggi badanku. Banner pertama bergambar kartun anak-anak. Tangan kartun itu saling bergandeng tangan, mungkin dibuat untuk kampanye Anak- anak berkebutuhan khusus. Banner kedua, berisi untaian kata yang dibawahnya terdapat foto-foto, yang mungkin adalah para anggota perkumpulan ini.
Rasanya fantastis bisa berada disini. Dua tahun dengan kondisi enggan mencari bantuan. Aku tak pernah tahu, bahwa ada sebuah komunitas yang menaungi Kami, para Orangtua anak berkebutuhan khusus. Membesarkan Anak-anak luar biasa memang tak pernah mudah. Dan ikatan kuat yang bernama dukungan satu sama lain, akan sangat membantu Kami, ketika semangat hidup kami turun.
Bersama Kak Raya dan anak-anak yang kami bawa, Kami akhirnya masuk pada ruang pertama yang cukup luas. Mataku mendapati belasan kursi yang diatur melingkar. Disebelah kiri, ada arena main untuk anak-anak. Tempat itu pasti diperuntukkan anak-anak yang mudah bosan, saat para Orangtua butuh bertukar pikiran. Arena main itu pun tak sembarangan dibentuk. Desain yang ada di ujung sana adalah arena teraman yang pernah kulihat dalam hidupku.
Satu persatu kutatap semua Orangtua yang telah datang bersama anak yang mereka bawa. Tak berbeda dariku yang membelenggu tangan Zidan, mereka juga datang dengan kondisi yang sama. Semua Anak yang Kami bawa, butuh pengawasan. Ada yang sangat aktif, sangat pendiam, biasa, hingga yang datang dengan kondisi tak berdaya, seperti Riva.
Mereka tertawa, sangat santai.
Hatiku terenyuh. Bagaimana bisa mereka datang dengan canda tawa, seakan tak ada masalah dari rumah? dan hebatnya Mereka terlihat bahagia. Energi positif itu membuat pundukku merinding, Aku semakin ingin memulai sesi awal ini, karena semangatku untuk mendengar trik sukses mereka juga semakin menggebu.
"Pertemuan ini selalu membahas hal-hal baru yang didapat dari Komunitas, nanti akan dimulai dengan moderator yang juga adalah relawan Terapis dari bagian Okupasi terapi. Wanita itu bernama Viana, "Kak Raya menunjuk pada seorang Wanita yang menggunakan kerudung ungu, dan sepertinya lebih tua dariku. "Viana juga Orangtua anak berkebutuhan khusus. Dia cantik kan?"
Aku mengangguk, mengiyakan. Dengan perangainya yang anggun, Dia terlihat autentik. "Anaknya menderita ADHD. Dialah yang awalnya mengumpulkan komunitas ini" sahutnya lagi. Kami masih memegang anak-anak Kami, ketika Viana melihatku sekilas. Dan kusapa dengan senyum. Dia membalasku tersenyum, namun Dia tampaknya harus pergi kesuatu tempat untuk melakukan sesuatu. "Kita tunggu sampai banyak yang datang, kurasa sepuluh menit lagi, diskusi akan dimulai" sahut Kak Raya. Ya, baiklah. Akan kutunggu bersama Zidan yang juga melihat-lihat sekeliling dengan diam. Kurasa menunggu sebentar takkan masalah.
***
Ya, Aku adalah Orang baru. Dan tentu saja semua mata akan tertuju padaku, yang berada disamping Kak Raya, untuk mencari tahu siapa Aku dan apa kondisiku. Wanita yang bernama Kak Viana itu akhirnya kembali setelah pergi selama tujuh menit, duduk di kursinya, dan akhirnya bersiap memulai acara pertemuan ini.
"Baik, Assalamulaikum warohamtulllahi wabarokatuh…" Ya, Dia memulainya.
"Waalaikum salam Warohmatullahi wabarokatuh." Semua menjawab salam itu tanpa terkecuali.