Reaching For The Star

Dian hastarina
Chapter #18

Aku akan tetap berjuang #18

Terduduk dalam ruang tamu yang sunyi, Aku menemani Zidan yang tidur di pangkuanku. Pertemuanku dengan Yoana tadi siang masih menyisakan pertanyaan dalam benakku. Sebuah tuduhan tak beralasan yang dari mulut Yoana. Aku mencintai Risyad? Ya, itu benar. Tapi merayunya dengan busana tipis dan memanfaatkan hujan?

Sungguh, tak pernah kubayangkan tuduhan klise itu akan keluar dari mulut Yoana.

Mungkin bila Aku menggunakan jilbab...

Ah, tidak.

Aku mengenakannya bukan karena takut fitnah.

Aku memang seorang Wanita dengan status Janda, namun Aku punya harga diri.Tak bisa kupungkiri, Aku menyukai cara Risyad mendukung, dan mendengar ceritaku. Namun, dengan kondisiku, Aku sangat tahu diri. Tak ada harapan untuk berharap. Keputusanku pun sudah mantap. Cinta tak akan mengangguku dan Zidan. Membesarkan Zidan seorang diri adalah misiku. Aku akan berjuang menjadi Ibu yang baik. Anak yang tertidur diatas dipangkuanku ini adalah tanggung jawab hebat yang ingin kubesarkan dengan baik.

Pemuda kecil tampan, dengan bulu matanya yang indah saat tertidur adalah hal yang menggemaskan untuk kusentuh. Pipinya yang putih kenyal seperti bayi adalah kebanggaanku sebagai Ibu. Melalui kekurangannya Aku akan berjuang untuk terus berkarya, dan menciptakan suasana nyaman untuk tumbuh kembangnya.

Baik, selesai dengan perdebatan hati ini. Ini saatnya menulis kembali, meraih cita-cita tak mungkin yang masih harus kuperjuangkan. Dengan pelan, kupakaikan Zidan selimut, dan meninggalkannya dengan suara tutup pintu yang nyaris tak berdenting, agar Dia tak terbangun. Aku baru saja akan bersiap menggunakan laptopku, saat kulihat Alina telah berdiri didepan kamarnya.

“Kakak...” panggilnya.

Mataku berkerlip sekali, " Ya...?" Baru kusadar, matanya lagi-lagi bengkak karena menangis. “Kamu menangis?” Langkahku berderap mendekatinya, “Ada apa? Kukira Kau bekerja?” tanyaku sambil mendekatkan wajah, ketika Dia hanya bisa menjawab menggeleng.

“Mereka.. datang lagi..” suaranya mengecil.

“Me....reka?” keningku melebar, mengangkat dengan berat. Rentenir? kedua tanganku spontan memegang kuat lengannya. “Apa yang terjadi? Mereka melukaimu?!”

Semoga bukan, semoga bukan hal yang kutakutkan!

Dia kembali menggeleng. “Mereka mengancam, bila kita tak melunasinya dalam sebulan, pinjaman kita akan meningkat dua puluh lima persen” jelasnya.

“APA?!”

Lihat selengkapnya