Aku jelas-jelas melihat Risyad di awal wawancara. Tapi Aku tak menemukannya di tengah acara, diakhir, bahkan setelah tanda tangan. Apa Dia hanya mampir sebentar? Mataku masih mencari, karena siapa tahu dugaanku salah. Hari ini Dia tak bilang akan datang. Tapi jelas-jelas punggung yang kulihat tadi mirip sosoknya.
Kalaupun Dia sudah pergi… Kenapa Dia tak menemuiku dulu?
Ah, tidak. Aku akan mencoba mencarinya dulu. Acara juga telah selesai. Syukurlah. Moderator cukup tahu bagaimana mengarahkan pertanyaan yang membuatku tak canggung. Dan tepuk tangan Mereka yang hadir cukup menenangkan. Aku bisa memberi senyum nyata tanpa bercampur rasa gugup.
“Yuraa!!” Langkahku terhenti oleh suara Wanita yang kukenal, Silmi. Dia ternyata bersama Kak Raya, Pak Yogi, Ibu Viana dan Imelda. Mereka berjalan kearahku. “Selamat ya…” Silmi memeluk pundakku. Aku tertahan, dan tak mungkin tak menyapa mereka. “Terima kasih. Sebetulnya Aku gugup” jelasku, sembari membenarkan kerudung (mengantisipasi rasa buru-buruku yang ingin mencari Risyad). “Ya, akhirnya ada Penulis di Komunitas Seruni” Pak Yogi menyerigai dengan gigi-gigi yang mewakili semangatnya. “Kisahnya menyentuh, Yura” Ujar Bu Imelda. “Yura mengerjakannya dengan cukup keras loh” Kak Raya mewakiliku menjawab.
Aku hanya bisa menyunggingkan senyum tipis. Malu. karena Aku sendiri tak berharap banyak dari apa yang kutulis. “Terima kasih, jangan lupa beri saran dan kritik setelah Kalian menamatkan ceritanya ya” Pintaku. Aku juga tak bisa terlena dengan pujian-pujian Mereka. Masih banyak yang harus kuperbaiki.“ Bu Viana disebelah Kak Raya menghela napas ringan, sepertinya Dia juga ingin mengutarakan sesuatu. “Yura… Bagaimana kalau Kau membuat cerita tentang pengalaman hidup dari Orangtua berkebutuhan khusus?” Dia melihat semua mata yang tertuju padanya, “Yaa.. berdasarkan pada pengalaman pribadi. Tak ada salahnya untuk dicoba kan?” Ujarnya lagi. Beberapa detik kemudian semua tatapan langsung tertuju padaku. Bisa kutebak, mereka juga hendak mengatakan tak ada salahnya untuk di coba.
“Entahlah…., mungkin akan kupertimbangkan dulu..” jawabku tak ingin membuat mereka kecewa. Hidupku yang lama sebetulnya tak ingin kusorot. Tapi, seperti yang mereka bilang, tak ada salahnya untuk dicoba. “Nanti akan ada pertemuan Komunitas Seruni lagi, pastikan Kau juga ikut” ujar Kak Raya. “Iya, mudah-mudahan jadwalku tidak bentrok..” Akan kuusahakan, karena berada di Komunitas membuatku tak lupa bahwa Aku tak berjuang sendiri.
Silmi mendekat memegang kedua tanganku. "Kakak cantik ini membuatku terkejut dengan bakatnya, teruslah menulis, dan...sering-seringlah datang Ke Rayariva juga, meskipun Kau sudah bukan Karyawan, Kau tetap bagian dari kami..” Mata Silmi berbinar, membuatku tergugah. Tentu saja, Rayariva adalah tempatku pertama kali meyakinkan diri untuk menulis. “Tentu, Aku akan sering main kesana" Dan lagi, tempat itu penuh kenangan, tempat dimana Seorang Pria memotivasiku untuk menulis.
Ah, Risyad! Aku sampai lupa sesaat, bahwa barusan Aku mencarinya.
“Ah… Maaf teman-teman, Aku sedang mencari seseorang.. Aku permisi sebentar ya? Nanti Aku kembali” ujar, “Oh, siapa?” tanya Pak Yogi, “Aku ingin memastikan orang yang kulihat tadi tidak sal-” Aku tak mungkin memberitahu mereka, bahwa orang yang kucari tadi adalah Pria yang setahun lalu melamarku.
“Apa? Kok tidak dilanjut?” Silmi yang selalu peka dan penasaran mencoba mencari tahu.
“Itu…, ada hal yang harus kuselesaikan” Sekali lagi, Aku tak bisa jujur.
“Pergilah.. siapa tahu itu penting” Kak Raya membantuku. Kurasa, Dia tahu apa yang terjadi. “Iya.. sangat penting “jawabku.
“Ya, pergilah, tenang saja. Jangan lupa Kau harus mentrakrik kami ya..!” Goda Pak Yogi juga, yang tak mau kalah. “Tentu, Aku akan mentraktir semua orang, Rayariva dan Komunitas Seruni!” jawabku, antusias. “Oke, sampai ketemu lagi ya!” Aku bergegas, ketika mereka semua mengangguk. Maaf Teman-teman, Aku buru-buru. Aku bangga mengenal kalian. Dan akan terus terinspirasi oleh kalian.