Diam...
Tergeletak..
Kaku tak berdaya..
Begitulah aku meihat ibuku yang tergeletak jatuh di lantai, ia hendak mengambil gelas yang berisikan air untuk ia minum.
Akupun langsung terkejut dan lari sambil menangis.
Hikss... Hikss... Hikss
“Ibu-ibu kenapa kok bisa jatuh gini”. Ujarku sambil memapahnya untuk bangun dan menempatkannya kembali ke temat tidur.
“Ibu, kalo mau minum bilang sama tiara aja”. Sambungku sambil menyelimutinya.
“Nak, ibu gak apa-apa cuman tadi ibu gak hati-hati aja mangkanya bisa jatuh”. Jawab ibu meyakinkan aku agar tidak khawatir.
“Hikss.. Hikss.. Ibu maafin Tiara, Tiara belum bisa bawa ibu kerumah sakit buat berobat, Tiara cuma bisa beli obat yang murah di apotik buat ibu, maafin tiara bu”. Rengeanku sambil menangis terisak-isak menatap wajah ibu yang pucat,lemah tak berdaya.
“Gak apa-apa nak yang penting Tiara udah berusaha keras ngerawat ibu, ibu juga udah bersyukur”. Jawab ibuku sambil tersenyum dan memegang erat tanganku.
“Yaudh bu, ibu istirahat aja dulu”. Ucapku sambil mencium kening ibu.
Akupun lantas mengusap air mataku yang penuh membasahi pipiku. Bagai mana ini? Bagai mana ibu bisa sembuh kalau gak berobat ke dokter. Aku harus nyari uang,biar bisa bawa ibu ke dokter pikirku dengan tatapan melamun ke arah ibu.
Melihat ibuku yang terbaring tak berdaya membuat hatiku tak tenang, rasa gelisah ini terus menyelimutiku,bagaikan bayangan yang terus mengikutiku.
Aku langsung bergegas pergi keluar untuk mencari pekerjaan. Yah aku memang miskin bahkan untuk makan sehari-haripun susah. Ayahku pergi meninggalkan kami pas aku masih berusia 5 tahun, ibukulah yang dengan sabar merawatku,tapi sekarang dia tak bisa merawatku lagi karena penyakitnya jadi akulah yang harus merawatnya.
Aku menyusuri toko-toko untuk mencari pekerjaan siapa tau ada yang membutuhkan jasaku. Aku melihat ke segala arah dan pandanganku tertuju pada sebuah Restoran yang ada di seberang jalan. Akupun langsung menyebrang jalan dengan tergesa-gesa.